Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

eCIPUTRA.comAvatar border
TS
eCIPUTRA.com
Mendulang Untung dari Saham Dividen
Mendulang Untung dari Saham Dividen

Saham dividen selalu membuat pemegang saham bahagia. Siapa saja perusahaan yang membagikan dividen?

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menuturkan, Bank BJB Tbk (BJBR) sejak tahun buku 2007 hingga 2013, BJBR selalu membagikan dividen rata-rata sebesar 65% dari laba bersihnya di tahun yang bersangkutan.

Pada 2013 lalu, nilai dividen BJBR tercatat Rp78 per saham. Dengan harga saham Rp965 menjelang tanggal cum-nya, maka dividend yield BJBR adalah 965 / 78 = 0,081, alias 8,1%. Angka tersebut terbilang cukup besar jika dibandingkan dengan dividend yield dari saham-saham blue chip, yang rata-rata hanya 2 – 4%.

Nah, jadi kalau anda menemukan saham/perusahaan yang membagikan dividen hingga 100% laba bersihnya, namun di sisi lain yield-nya kecil karena harga sahamnya sudah terlalu tinggi, maka anda tahu bahwa saham tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai dividend stock. Contohnya, Unilever Indonesia (UNVR).

Sebaliknya, kalau ada saham yang membagikan dividennya dalam jumlah kecil, cuma 20% labanya, namun dividend yield-nya tetap tinggi, maka juga bukan dividend stock.

Ukuran lain yang juga sering digunakan untuk menyebut ‘saham dividen’, adalah saham yang dividennya lebih besar dibanding bunga deposito, yakni di atas 4 – 5%. Jadi kalau ada saham yang dividen yield-nya mencapai 8,1% seperti BJBR, maka anda bisa langsung menyebutnya sebagai dividend stock.

Logikanya, ketika BJBR membagikan dividen senilai Rp757 milyar pada April 2014 lalu, maka ya sudah, hanya uang sebesar itu saja yang diterima oleh seluruh pemegang saham BJBR.

Rate pertumbuhan riil (pertumbuhan aset bersih/ekuitas/modal) dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibanding rata-rata sektornya. Contohnya? Bank BTPN (BTPN).

Pada akhir tahun 2010, BTPN mencatat nilai ekuitas Rp4,2 trilyun. Dan pada saat ini, atau per Kuartal III 2014, ekuitas tersebut sudah tumbuh menjadi Rp11,4 trilyun, atau tumbuh hampir tiga kali lipat hanya dalam waktu kurang dari empat tahun.

Sementara BJBR yang terbilang ‘boros’ dividen, pada rentang waktu yang sama hanya membukukan kenaikan nilai aset bersih dari Rp5 trilyun menjadi Rp6,7 trilyun.

Maka, saham yang ‘pelit dividen’, tentunya selama perusahaannya beroperasi dengan wajar dan mampu menghasilkan keuntungan (ROE) yang besar, adalah justru lebih bagus untuk dipegang terutama untuk jangka panjang.

Untuk itu, belilah saham/perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah wajar setiap tahunnya. Salah satu pegangan utama Berkshire Hathaway, the Coca-Cola Company, setiap tahunnya rutin membagikan dividen sebesar 50 – 60% laba bersihnya (untuk perusahaan consumer seperti Coca-Cola, jumlah 60% tersebut masih terbilang wajar dan tidak terlalu besar. Bandingkan dengan UNVR yang membagikan 100% labanya sebagai dividen), sementara selebihnya diinvestasikan kembali. Dan karena laba bersih itu sendiri terus naik selama lebih dari 50 tahun terakhir secara berturut-turut, maka nilai dividen yang diterima Berkshire dari Coca-Cola juga terus naik dari tahun ke tahun.

sumber
0
1.4K
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Entrepreneur Corner
Entrepreneur CornerKASKUS Official
22KThread4.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.