- Beranda
- Berita dan Politik
[inspirasi] Menyulap Limbah Akar Bambu Menjadi Kerajinan Patung
...
TS
primantok
[inspirasi] Menyulap Limbah Akar Bambu Menjadi Kerajinan Patung
Quote:
Jumoro Joko Pratomo, Menyulap Limbah Akar Bambu Menjadi Kerajinan Patung
Dengan keahliannya memahat, Jumoro Joko Pratomo (43), menyulap limbah akar bambu menjadi sebuah kerajinan tangan yang menarik. Kini, patung berbahan limbah akar bambu hasil pahatan Joko, begitu ia akrab disapa, diminati hingga mancanegara.
Ditemui di galeri miliknya di Jl Kebonagung No 28, Kabupaten Malang, Minggu (7/12/2014), bapak dua anak itu terlihat sibuk memahat akar bambu menjadi sebuah patung. Ia sedang mengerjakan patung yang akan dikirim ke Kanada. Tangannya luwes menggerak-gerakan tatah (alat pahat) di atas dongkel (akar) bambu.
“Ini sedang mengerjakan pesanan patung. Ada pesanan sekitar 5.000 patung dari Bali yang akan dikirim ke Kanada,” kata pria asli Solo yang masuk ke Malang sejak awal 1999 itu.
Joko memulai bisnis itu sejak akhir 1999. Ketika itu, ia memilih berhenti menjadi sopir di bus Rosalia. Dengan modal awal Rp 700.000, Joko nekat membuka toko kerajinan pahat yang ia beri nama Galeri 76. Modal itu, ia gunakan untuk membeli akar bambu dan peralatan pahat.
“Ketika itu saya berpikir. Saya memiliki keahlian memahat, kenapa tidak saya kembangkan untuk mencari rezeki. Dari situ, saya akhirnya memilih berhenti bekerja di bus Rosalia dan menekuni kerajinan pahat,” ujar bapak dua anak itu.
Keseriusan Joko menekuni kerajinan pahat berbahan limbah akar bambu, akar kayu jati, dan kayu kopi membuahkan hasil. Pesanan patung berbahan limbah akar bambu mengalir lancar. Pesanan datang tidak hanya dari dalam negeri, tetapi hingga ke luar negeri. Ia mengirim patung karyanya ke Belanda, Dubai, Jepang, Florida, New Zealand, dan Perancis.
“Kerajinan patung pahat berbahan limbah ini juga membawa saya keliling dunia. Saya pernah ikut lomba kerajinan pahat berbahan di Italia pada 2003. Saya juga pernah ikut lomba di Dubai,” katanya.
Karena pesanan patung cukup banyak, Joko pun merekrut pegawai di galerinya. Ia tidak sembarangan merekrut pegawai. Pegawai yang bekerja di galerinya harus mengikuti pelatihan dulu di tempatnya. Ia juga pernah memberi pelatihan kepada para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Lowokwaru untuk diajari memahat.
Tetapi, sekitar 2007, Joko menutup kerajinan patung pahat berbahan limbah miliknya. Ia tidak menjelaskan secara detail alasan menutup bisnis kerajinan patung pahat miliknya. Ia hanya mengaku mempunyai bisnis lain yang sedang dikerjakan, sehingga harus menutup bisnis kerajinan patung pahat tersebut.
“Setelah vakum selama 7 tahun, baru akhir Oktober 2014, saya membuka kembali bisnis ini. Modalnya juga mepet, sekitar Rp 450.000. Uang itu hanya saya belikan bahan akar bambu satu pikap,” ujarnya.
Meski baru satu bulan memulai lagi bisnis kerajinan patung pahat berbahan limbah akar bambu, Joko sudah kebanjiran order. Patung yang ia selesaikan pada tahap awal, langsung diambil oleh orang Surabaya. Uang hasil penjualan, ia putar kembali untuk membeli bahan membuat patung. “Sekarang sedang mengerjakan pesanan dari Bali,” ujar suami Catur Widyanti itu.
Saat ini, Joko lebih fokus menggarap patung pahat primitif. Patung pahat karyanya menonjolkan wajah-wajah kuno yang unik. Ia mencari ispirasi membuat patung pahat dengan keliling kota. Ia memotret wajah-wajah kuno yang ada di sekitarnya untuk dijadikan inspirasi membuat patung pahat.
“Ada penjual es keliling yang wajahnya unik, saya potret, saya kasih uang Rp 50.000. Wajahnya saya buat inspirasi untuk membuat patung, saya kembangkan lagi menjadi lebih unik,”kata pria yang belajar memahat secara otodidak itu.
Salah satu pekerja di Galeri 76, Agus Tato mengatakan, sejak 2000 ikut membuat patung pahat di galeri milik Joko. Menurutnya, selain skill, untuk membuat patung pahat berbahan limbah akar bambu dibutuhkan insting yang kuat. Ia tidak membuat desain terlebih dulu saat mengerjakan patung. Ia langsung menatah akar bambu yang masih utuh menjadi sebuah patung.
“Hanya insting saja, tidak ada desain. Model patung-patung seperti ini disukai orang luar negeri. Karena pahatannya masih terlihat kasar. Kalau patung yang sudah halus, bisa saja buatan mesin. Kalau ini asli pahatan tangan, nilai seninya masih ada,” katanya.
http://surabaya.tribunnews.com/2014/...rajinan-patung
Setiap orang pasti pernah/akan mengalami kegagalan. Yang jadi pertanyaan, berapa lama Anda akan menikmati kegagalan sebelum mencoba untuk bangkit?
kalo muka panasbung dipoto trus dijadikan inspirasi membuat patung hasilnya gimana ya
0
6.1K
Kutip
12
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
670.2KThread•40.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru