Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

shantikemAvatar border
TS
shantikem
Pilpres 2019: Besar Kemungkinan Keluarga Cendana (Dinasti Eyang) 'Come Back'?
Tommy Soeharto akan maju menjadi Ketua Umum Golkar
November 21, 2014


Tommy Soeharto

Jakarta-KoPi | Hutomo Mandala Putra atau lebih dikenal sebagai Tommy Soeharto, menyatakan secara terbuka di dalam akun FBnya (20/11) untuk mencalonkan kembali menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Langkah ini diyakini Tommy sebagai amanah untuk menyelamatkan partai dan banga dari perpecahan. Tommy mengaku bahwa pencalonannya ini bukan karena ambisi menjadi presiden 2019.

"Keputusan ini saya ambil karena saya ingin menjadi penengah di antara para senior yang semakin kelihatan junior perilakunya karena pengaruh segelintir kader ambisius, kader yang hanya mengerti tujuan jabatan tanpa memikirkan fungsi pokok partai."

Selanjutnya putra bungsu mantan Presiden ke dua HM Soeharto ini bertekad untuk memajukan Partai Golkar hingga pada titik kejayaannya kembali bersama petani dan nelayan sebagai basis perjuangannya. Ia juga berpandangan bahwa seharusnya para senior Golkar tahu, bahwa partai bukan sebagai alat pemecah belah, tetapi untuk pemersatu.

"Sudah saatnya kita kembalikan kejayaan Partai Golkar bersama petani dan nelayan, kembalikan fungsi lambang pohon sebagai tempat bernaung,Padi sebagai pangan, dan kapas sebagai tempat beristirahat."

Untuk itu Tommy berencana akan segera membuat jumpa pers sebagai bentuk deklarasi secara terbuka. Sebagai penutup Tommy meminta dukungan rakyat Indonesia.

"Saya mohon doa Restu sahabat se tanah Air, Insya Allah langka yang saya ambil ini berguna untuk kemajuan partai ke depan nanti," Demikian Tommy Soeharto.
http://koranopini.com/berita/news/po...ua-umum-golkar


Tutut tak jadikan TPI sebagai alat politik
Jumat, 21 November 2014 17:09



Merdeka.com - Siti Hadijanti Rukmana atau akrab dipanggil Tutut Soeharto mengaku tak menjadikan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), sebagai alat politik. Ini menyusul kesuksesnya merebut stasiun televisi kini bernama MNC TV dari tangan Hary Tanoesodibyo.

"Kalau mau terjun ke politik ya bisa tanpa TPI," ujarnya saat jumpa pers, di Jakarta, Jumat (21/11).

Seperti diberitakan, Mahkamah Agung menolak permohonan Peninjauan Kembali (PK) Hary Tanoesoedibjo terkait kasus kepemilikan saham TPI. Ini menguatkan putusan sebelumnya yang mengabulkan kasasi Siti Hardiyanti Rukmana selaku pemilik PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI).

Kepala Biro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur menjelaskan, keputusan ini membuat putusan kasasi Oktober 2013 menjadi berlaku. Dengan demikian, MNV TV harus kembali bernama TPI dan menjadi milik Tutut.

Hary Tanoe tidak puas. Taipan media ini mengajukan PK lantaran berkukuh sebagai pemilik sah MNC TV. "PK ditolak, artinya kembali ke putusan sebelumnya, yaitu kasasi," ujar Ridwan.

Atas dasar itu, Tutut bakal tetap menduduki studio televisi di bilangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk kembali menyiarkan TPI. Dia akan meminta apara penegak hukum mengganti menurunkan logo MNC TV di studio tersebut. "Frekuensi, ya pakai frekuensi TPI. Sementara sekarang ini sedang dipakai orang lain," ungkapnya.
http://www.merdeka.com/uang/tutut-ta...t-politik.html


Titiek Soeharto Ingin Gantikan JK sebagai Ketua PMI
Jumat, 14 November 2014 | 22:35 WIB


Anggota DPR-RI dari fraksi Partai Golkar Titiek Soeharto hadir dalam Sidang Paripurna MPR RI Awal Masa Jabatan Periode 2014-2019 di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (1/10/2014).

BOGOR, KOMPAS.com- Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Titiek Soeharto menyatakan kesiapannya untuk memimpin organisasi kemanusiaan terbesar di tanah air, Palang Merah Indonesia, menggantikan Jusuf Kalla yang masa jabatannya sebagai ketua berakhir Desember 2014.

Dalam siaran pers yang dikirimkan kepada Antara di Bogor, Jumat, Putri Presiden kedua RI ini menilai PMI memiliki kontribusi besar sebagai organisasi kemanusiaan sejak masa perjuangan kemerdekaan negara Republik Indonesia sampai saat ini.

Jika diberi kepercayaan, Titiek berkomitmen untuk membawa PMI menjadi organisasi kemanusiaan yang maju dan mandiri selama kurun waktu kepemimpinannya periode 2014-2019.

"PMI telah banyak berbuat untuk masyarakat khususnya yang paling rentan dan dapat dirasakan manfaatnya oleh mereka dalam menghadapi permasalahan bencana maupun tragedi kemanusiaan," kata Titiek.

Titiek mengatakan, sebagai organisasi kemanusiaan internasional, PMI memerlukan sumbangsih dari orang-orang yang ingin berbakti untuk kemanusiaan guna menjadikan organisasi ini manju dan mandiri.

Lebih lanjut Titiek mengatakan, upaya dan kepedulian PMI beserta komponen sumber daya di bidang kemanusian pada permasalahan bencana yang terjadi di lingkup nasional dan internasional, yang diakibatkan karena bencana alam dan akibat ulah manusia atau konflik.

Pada tahun 2004 telah terjadi bencana tsunami di Aceh dan Sumatera Utara yang menelan korban jiwa cukup banyak, PMI bersama dengan Palang Merah Negara sahabat menunjukkan existensinya dengan memberikan bantuan dalam respon darurat hingga masa rehabilitasi.

"Palang Merah Indonesia dikenal pula dengan suakrelawannya yang mempunyai dedikasi tinggi dan dikenal tanpa pamrih. Ini adalah gambaran nyata dari sumber daya PMI yang menjadikan organisasi ini terdepan dalam setiap penanganan perasalahan kemanusian yang terjadi," ujar Titiek.

Menurut Titiek, PMI yang dikenalnya selain sukarelawannya juga mempunyai jejaring yang sagat kuat mengakar dari pusat hingga tingkat kecamatan di seluruh bumi nusantara, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh dan mengabdikan diri untuk menjadikan PMI dengan sepenuh hati, jujur dan ihklas serta menjaga kepercayaan masyarakat tentang keberadaan PMI yang tergabung dalam wadah kepengurusan PMI serta dukungan staf yang profesioanal dan berkompeten.

Kegiatan - kegiatan PMI, lanjut Titiek, berjalan dengan baik berkat dukungan masyarakat, pemerintah dan sektor swasta atau korporasi sehingga mewujudkan PMI kuat dalam memberikan pelayanan pada korban bencana, pelayanan sosial dan kesehatan serta donor darah yang merupakan satu-satunya lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah sejak awal berdiri pada saat kemerdekaan Indonesia.

"Melihat kiprah dan keberadaan PMI, saya sebagai warga negra yang selama ini juga selalu aktif terlibat dalam kegiatan - kegiatan sosial dengan kelompok sasaran adalah masyarakat melalui wadah antara GNOTA, Beasiswa Supersemar, serta kegiatan lain dalam bidang olah raga," ujar Titiek.

"Semangat pengabdian dan menyalurkan jiwa kepedulian sosial, maka saya Siti Hediati Hariyadi siap untuk membagi waktu dan memberikan kompetensi serta kapasitas yang saya miliki untuk meneruskan PMI sebagai organisasi kemanusian yang maju dan mandiri dengan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum PMI periode 2014-2019," lanjut Titiek.

Titik menambahkan dengan semangat untuk melanjutkan keberhasilan para pimpinan PMI terdahulu khususnya Jusuf Kalla yang banyak membantu kemajuan PMI di ditingkat Nasional maupun Internasional, yang mendasarinya untuk mau memimpin PMI ke depan.

"Perjuagan yang akan saya lakukan adalah melahirkan landasan konstitusional PMI (Undang - undang Kepalangmerahan) yang Insya allah dengan posisi saya di parlemen akan mempercepat lahirnya undang undang tersebut, memperkuat kapasitas PMI provinsi-kabupaten-kota (Pengurus, Staf dan Relawan ) selain itu tentunya melanjutkan program program yang telah digagas dan dilaksanakan oleh para ketua umum PMI sebelumnya," ujar Titiek.
http://nasional.kompas.com/read/2014...agai.Ketua.PMI

Titiek Soeharto
Melanjutkan Perjuangan Tinggal Landas



Sebagai sebuah bangsa, Indonesia akan selalu ditantang untuk menyempurnakan eksistensi kebangsaannya di tengah dinamika perubahan lingkungan strategis dunia. Bangsa Indonesia yang tiada lain adalah bangsa nusantara, merupakan bangsa pejuang, dan akan selalu bergairah untuk menegakkan eksistensi peradabannya sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Elan vital perjuangan itu adakalanya mengalami pasang naik dan adakalanya mengalami pasang surut. Bahkan ketika elan vital itu tampak redup, sebenarnya tidak sedikit kader-kader pejuang bangsa yang masih selalu bergerak, bekerja dan berkorban untuk tegak eksisnya Indonesia sebagai sebuah bangsa. Keberadaan mereka bekerja tanpa lelah, namun kurang terkonsolidasi sebagai sebuah kekuatan skala bangsa, sehingga kesan pesimisme, apatisme dan rasa lesu kebangsaan yang tampak di permukaan.

Melalui media ini saya, Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto, ingin menemani perjuangan saudara-saudaraku segenap rakyat Indonesia dalam mengambil kembali kejayaan bangsa kita, bangsa yang berdaulat, diliputi keadilan dan kemakmuran, serta memiliki harga diri yang tidak bisa disepelekan oleh superioritas bangsa-bangsa lain. Saatnya kita mengalokasikan semua energi dan potensi yang kita miliki untuk kita konsolidasikan dan kontribusikan dalam meraih kemajuan yang kita cita-citakan bersama.

welcome-titiekSelain aktif di bidang sosial melalui Yayasan Supersemar, Yayasan Purna Bhakti Pertiwi, dan Yayasan Seni Rupa Indonesia, saya juga dipercaya sebagai Ketua Bidang Tani dan Nelayan DPP Partai Golkar dan Caleg DPR RI Dapil Yogyakarta nomor urut 1. Kesempatan pengabdian melalui Partai Golkar merupakan fasilitas untuk melanjutkan perjuangan ayahanda saya, HM Soeharto, mewujudkan agenda tinggal landas. Sebuah bangsa mandiri, berdaulat secara teritori, ekonomi, hukum, hankam dan sosial budaya yang ditopang oleh usaha pertanian yang kuat dan industri yang tangguh.

Upaya mewujudkan sebagai bangsa yang tangguh itu dilakukan melalui konsep trilogi pembangunan. Yaitu terciptanya stabilitas yang mantap, pembangunan di segala bidang, dan pemerataan pembangunan bagi seluruh rakyat. Tanpa stabilitas, pembangunan mustahil diwujudkan untuk dapat secara cepat berkompetisi dengan dinamika global yang semakin kompetitif. Begitu pula dengan pembangunan, bukan sekedar ditandai oleh pergerakan ekonomi, tapi juga harus berorientasi pada kedaulatan ekonomi. Pembangunan dan hasil-hasilnya juga harus bisa di akses dan dinikmati secara merata bagi seluruh lapisan masyarakat dan wilayah NKRI

Dahulu dikenal adanya delapan jalur pemerataan pembangunan. Pertama, pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok yang ditekankan pada pemenuhan kebutuhan pangan, kebutuhan sandang dan papan. Kedua, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. Ketiga, pemerataan pembagian pendapatan. Keempat, pemerataan kesempatan kerja. Kelima, pemerataan kesempatan berusaha. Keenam, pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya generasi muda dan wanita. Ketujuh, pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air. Kedelapan, pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Konsep itu kini masih relevan untuk diterapkan. Apapun istilah teknis dan modifikasi programnya, trilogi pembangunan masih dibutuhkan bangsa kita. Melalui media ini, semoga kita semua bisa saling berbagi spirit dalam melanjutkan perjuangan bangsa kita, mencapai fase lepas landas, sejajar dengan negara-negara maju.
http://titieksoeharto.com/


Cendana Kembali?
Sabtu, 20 April 2013 | 09:41 WIB

ADA yang menarik ketika mengamati daftar caleg sementara (DCS) Golkar untuk DIY. Nama Gandung Pardiman, Ketua DPD Partai Golkar DIY yang biasanya berada di urutan pertama, kali ini ‘tergeser’ ke posisi kedua. Lebih menarik lagi ketika nama yang mengisi tempat nomer satu adalah nama Titiek Soeharto, salah seorang ahli waris Dinasti Soeharto, penguasa Orba. (KR, 15/4)

Mengapa menarik? Sebagian kalangan menilai Keluarga Cendana masih bertahta dalam perpolitikan Indonesia meski tanpa kursi dan mahkota. Sekarang, ketika wacana Capres 2014 mulai mencuat, diduga juga keluarga mantan Presiden Soeharto ini sedang ancang-ancang. Diam-diam keluarga Cendana kembali memainkan langkah politiknya untuk mengincar kursi pemerintahan. Bahkan bukan tak mungkin, kesempatan meraih kursi presiden akan diambil.

Memang bukan keinginan yang mudah. Pasalnya, untuk merebut kekuasaan kembali harus melalui jalur partai politik. Jalan satu-satunya dan yang paling memungkinkan untuk saat ini adalah mendirikan partai baru, dan mereka bukan tidak pernah mencoba jalan ini. Tiga parpol telah didirikan oleh para pewaris Dinasti Soeharto sebagai usaha untuk ikut dalam Pemilu 2014. Sayangnya ketiga parpol ini tidak lolos verifikasi administrasi KPU. Sekarang para pewaris ‘berkelana’ dan bergabung dengan parpol peserta pemilu. Titiek Soeharto di Golkar dan Tommy Soeharto sendiri diisukan sedang berusaha masuk ke Partai Hanura, yang dipimpin bekas orang dekat almarhum ayahnya, Wiranto.

Upaya sistematik kembali panggung politik, tampaknya sedang dilakukan Dinasti Cendana. Sadar atau tidak, ada pelbagai cara yang dilakukan termasuk menumbuhkan kembali romantisme masyarakat terhadap Soeharto. Munculnya gambar poster Soeharto dengan senyum kas termasuk kalimat : “Isih penak zamanku to?”, tentulah bukan tanpa scenario jelas. Ironisnya, fenomena yang menjual kerinduan pada zaman Soeharto saat ini memang laku keras.

Mungkin, kondisi stabilitas saat ini tidak lebih baik dibanding ketika Soeharto berkuasa. Saat ini begitu banyak hal terasa berat dijalani oleh awam. Korupsi merajalela, terorisme dan intoleransi marak, kekerasan, anarki seperti tidak tersentuh oleh peradilan. Kemudian kebrutalan massa, mahalnya pendidikan, biaya kesehatan juga mahal adalah realita yang dihadapi sekarang. Tetapi haruskah kita rindu masa lalu?

Tidak ada demokrasi dan pemerintah sangat otoriter, di masa lalu. Masyarakat awam mungkin tidak begitu melihat represi dan otoriternya pemerintah karena kehidupan yang dilalui seakan nyaman dan aman. Harus diakui bahwa pada masa Soeharto stabilitas nasional memang terjaga. Sandang pangan relatif murah. Pendidikan di sekolah-sekolah negeri dari tingkat SD sampai PT juga murah. Kesehatanpun sangat diperhatikan melalui banyak program. Tetapi bagaimana kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat? Bagaimana peran sipil dan lainnya?

Mungkin yang dirindukan masyarakat hanya variabel yang dianggap baik, bukan berarti kembali menghidupkan rezim yang tumbang oleh reformasi itu. Masyarakat belum tentu menginginkan Orba kembali berkuasa, mereka hanya minta variabel yang baik saat Orba seperti keamanan, stabilitas ekonomi, dan kenyamanan kembali hadir dalam kehidupan.

Tapi apakah ‘kembalinya’ Keluarga Cendana akan mengembalikan semua itu? Akankah kehadiran mereka membuat kekuatan parpol melemah atau justru menguat. Atau apakah para pewaris itu bisa merebut simpati masyarakat dan kembali berkuasa? Kita harus menunggu. Tetapi romantisme masyarakat, apalagi di tengah kondisi negara yang semakin carut maruk, bisa saja menimbulkan sebuah kejutan. Kita tunggu saja….
(Ane Permatasari. Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UMY, sedang mengambil Doktor di UMY)
http://krjogja.com/liputan-khusus/an...ana-kembali.kr

-------------------------

Sistem pemilu dan pilpres serentak di 2019, tanpa ada lagi syarat 'presidential thereshold', sangat besar kemungkinannya figur-figur yang berasal dari keluarga Cendana atau Dinasti eyang Harto akan kembali lagi dalam kancah perpolitikan Indonesia. Dan bukan tidak mungkin, meerka akan menang! apalagi kalau akan didukung oleh 47% massa Praowo di Pilpres 2014 lalu itu


emoticon-Angkat Beer
0
5.7K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.