“So scared of getting older, I’m only good at being young”

Kalimat tersebut merupakan sepotong lirik dari lagu John Mayer yang berjudul Stop This Train. Entah kenapa, saya merasa kalimat tersebut sangat mengena dengan diri saya dan generasi muda pada umumnya.

Lebih sering disebut sebagai Generasi Y, saya merasa anak muda pada jaman sekarang sangat dimanjakan oleh perkembangan teknologi yang diutamakan untuk memenuhi kepentingan mereka. Sebagai contohnya adalah perkembangan mobile application seperti Instagram dan Snapchat atau social media seperti Facebook dan Twitter. Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi sudah mencapai tingkat yang boleh dibilang memberikan terlalu banyak kenyamanan dan kemudahan bagi anak-anak muda. Begitu bahagianya Generasi Y ini sehingga mereka lupa bahwa pada akhirnya, cepat atau lambat, mereka perlu untuk tumbuh dewasa. Oleh karena itu, saya yakin banyak anak muda sekarang yang ketakutan dengan ide bertumbuh dewasa dan lebih memilih untuk tetap remaja selamanya. Namun, bagi anak-anak muda yang ingin menginjakkan kaki dalam bisnis, prinsip seperti ini perlu dipecahkan karena bisnis membutuhkan kematangan dalam berpikir.

Salah satu buku favorit saya adalah “Revolution in a Bottle” karangan Tom Szaky, seorang entrepreneur pendiri TerraCycle. Dari situ, selain saya belajar mengenai social entrepreneurship, mata saya juga dibuka dengan kenyataan bahwa sukses dan gagal dalam bisnis itu bukan dua jalan yang berbeda.

Namun, kemudian ada satu pertanyaan yang muncul di dalam benak saya: Bagaimana caranya Generasi Y yang begitu dimanjakan bisa bertahan di dunia bisnis nantinya? Majalah TIME pernah menulis sebuah artikel mengenai Generasi Y yang mereka sebut sebagai The Millenials.

Pada umumnya, anak-anak Generasi Y tidak terbiasa dalam menghadapi masalah, apalagi kegagalan. Mereka sudah terbiasa mendapatkan hal yang mereka inginkan, dalam kurun waktu yang cenderung instan. Oleh karena itu, secara pribadi saya melihat dua fakta menarik mengenai anak-anak Generasi Y yang perlu diperhatikan dalam masalah berbisnis.

Pertama, anak-anak muda sekarang memiliki kepercayaan diri yang lebih atau boleh dibilang berlebihan dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat kemajuan teknologi telah mengangkat kemampuan mereka sebegitu pesatnya.

Melalui channel-channel Youtube, mereka bisa bersaing dengan label-label besar di industri musik. Melalui telepon genggam, mereka kini bisa bersaing dengan sumber berita raksasa untuk menyediakan berita terbaru dan terhangat. Namun, kita perlu hati-hati agar kepercayaan diri ini tidak berubah menjadi arogansi yang bisa mengacaukan ide bisnis mereka kelak. Kedua, karena kepercayaan diri mereka yang selangit ini, mereka sering memasang ekspektasi terlalu tinggi yang pada akhirnya hanya akan membuat mereka frustrasi. Mengingat kegagalan itu susah dielakkan dalam berbisnis, rasa frustrasi yang muncul karena memasang ekspektasi yang terlalu tinggi bisa menghancurkan hasrat berbisnis mereka kelak disebabkan oleh trauma.

Mungkin hal ini terdengar berlebihan, namun saya selalu percaya dengan prinsip ‘Expectation kills.’ Oleh karena itu saya sering menahan diri dan memasang goals yang mudah dijangkau namun bertahap menuju sesuatu yang besar. Pada akhirnya, berbisnis sejak muda mungkin merupakan mimpi anak-anak Generasi Y. Namun, mereka perlu menyadari pentingnya untuk mempelajari diri mereka sendiri sebelum terjun ke bisnis.

Dan salah satu tempat terbaik bagi anak - anak muda untuk mempelajari ilmu bisnis , bisa dengan mengunjungi website www.synergy-academy.com atau bisa juga menemukan banyak inspirasi di www.nicholaskurniawan.com

terima kasih ya =)