• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Batu Timah dan Kita. (Kami mempunyai diri kami yang saling mendukung satu sama lain)

MulticellularAvatar border
TS
Multicellular
Batu Timah dan Kita. (Kami mempunyai diri kami yang saling mendukung satu sama lain)
Dahulu di tengah daerah Palestina kuno terdapat daerah bernama Syefala, serangkaian bukit dan lembah penghubung Pegunungan Yudea di sebelah timur dengan dataran pesisir Laut Tengah luas hidup seorang anak yang setiap harinya menggembalakan domba-dombanya dan berbaur dengan alam. Daud kecil sering menghabiskan waktunya untuk bermain bersama domba-dombanya bahkan tak jarang ia luangkan untuk bermain lontar batu. Syefala dulu memiliki sebuah lembah paling penting karena memberikan jalan bagi masyarakat pesisir untuk mencapai kota bernama Ayalon namun lembah yang paling banyak diceritakan dalam alkitab adalah Lembah Elah.

Elah adalah tempat dimana Kesatria Salib bertempur dan pada zaman Perjanjian Lama, Kerajaan Israel mendapatkan kejayaan setelah pertarungan paling terkenal sepanjang sejarah. Si gembala kecil bersikeras melawan sang raksasa(prajurit utusan terhebat bangsa Filistin) bernama Goliat. Digambarkan Goliat membawa zirah seberat seratus pon, siap menghadapi semua pertarungan jarak dekat dimana dia bisa diam sambil menangkis pukulan dengan zirah lalu menikam dengan tombak. “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak serta lembing,” seruan si gembala mengajukan diri kala bangsa Filistin(bangsa pengarung samudera dari negri Yunani) ini kehilangan kesabarannya saat berseteru melawan bangsa Israel dengan mengutus prajurit terhebatnya tersebut, bertarung satu lawan satu.

Raja bangsa Israrel pun meminjamkan pedang dan zirah punyanya untuk mengimbangi sang raksasa namun ia menolak “Aku tidak dapat berjalan dengan memakainya” Melihat hanya seorang bocah, raksasa merasa terhina “Apakah aku ini anjing sehingga engkau mendatangiku dengan tongkat-tongkat?” Yang terjadi berikutnya telah menjadi legenda, Daud mengambil batu timah itu, menaruhnya di ketapel lalu melontarkan batu itu ke dahi Goliat, Goliat jatuh terkapar. Ia pun berlari mendekatinya, mengambil pedang si raksasa dan memenggal kepala Goliat. Pertempuran itu dimenangkan secara ajaib oleh si lemah yang semestinya tidak bisa menang.

Begitulah frasa “Daud dan Goliat” yang masuk ke dalam bahasa kita sehari-hari sebagai kiasan untuk kemenangan yang tak terduga. Kisah ini menceritakan bagaimana orang biasa mampu menghadapi raksasa. Haruskah saya bermain sesuai aturan atau mengikuti naluri? Haruskah saya bertahan atau menyerah? Haruskah saya memukul balik atau memaafkan? Dan kenyataannya itu dimana pihak yang lemah bisa mengubah orang dengan cara-cara yang sering tidak kita sadari, membukakanmu pintu, memberikanmu kesempatan, mendidik atau mencerahkanmu, dan mungkin dengan cara yang tadinya tidak kita semua pikirkan.

Inilah asal muasal bangsa Israel tumbuh dihormati bangsa-bangsa lain bahkan oleh bangsa yang lebih beradi daya daripadanya. Bisa kamu maknai? Mungkin sudah terasa membosankan bila kembali mengulas teori-teori kepemimpinan, bagaimana seharusnya pemimpin bertindak, bersikap ataupun belajar? Semua mempunyai versi terbaiknya masing-masing. Faktanya, belum ada pemimpin yang terbentuk setelah membaca buku teks tentang TEORI KEPEMIMPIAN yang kadang setebal lebih dari 200 halaman.

Siapa sosok pemimpin di cerita ini? Sang Raja atau Sang Gembala Kecil? Bukan urusan besar badan ataupun kuasa yang ia punya namun lebih kepada “aku mempunyai ini, dan aku yakin ini bisa mengalahkannya.” Masih ingat dengan kasus malpraktik RS. Omni Internasional yang menimpa Prita M. bagaimana besarnya nama rumah sakit tersebut mencabut gugatan perdatanya? Siapa prita? Hanya seorang ibu rumah tangga yang awalnya kalah atas gugatannya kepada pihak rumah sakit, dinilai sebagai pencemaran nama baik melalui surel pribadi yang dipublikasikan.

Lanjutan kisahnya anda sudah pasti mengetahuinya dimulai dari salah satu akun pengguna MySpace, banyak dukungan yang hadir untuk Prita. Merujuk pada dua kisah diatas, apa yang negara ini punyai? Terasa kurang arif bila kita dengan bangga meneriaki “kami kaya sumber daya alam” namun lebih dari itu,“Kami mempunyai diri kami yang saling mendukung satu sama lain!!” Bagaimana figur pemimpin mampu hadir sebagai sosok, bagaimana juga dulu ayah-ayah kita kakek-kakek kita begitu inginnya keturunannya untuk seperti layaknya Soekarno, Hatta, Tomo dan lainnya memperjuangkan negara ini dengan tangan kita sendiri bersama-sama.

Negara ini terlalu luas bila hanya segelintir orang yang bisa “merasakan” dan terlalu sempit bagi orang yang serakah akan pencapaian karirnya(bukan hidupnya). Dari Sabang sampai Merauke, setiap dari kita seolah disadarkanNya berbagai suku, budaya, kebiasaan, suasana tempat tinggal. Kita akan selalu terikat di tanah ini biarpun saya pergi jauh tidak akan hilang dari kalbu. Yang masyhur permai di kata orang tetapi kampung dan rumahku disanalah ku rasa senang. Tanahku tak kulupakan engkau kubanggakan..
0
743
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.