Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

11.05.10.1309Avatar border
TS
11.05.10.1309
[hiks....] Pencurian bahan nuklir di babel
Kabarnya sudah tiga abad timah dieksploitasi di bumi Bangka-Belitung (Babel). Semakin hari semakin terkuat adanya mineral ikutan yang sangat mahal harganya. Kandungan uranium dan thorium pun juga berada di dalamnya. Anehnya, penyelundupan pasir timah bukan semakin turun, malah semakin marak di tengah Babel telah memiliki perangkat pengamanan laut dan darat yang amat ketat. Sejumlah oknum pun berkoar bak "mafia timah" seakan tak tersentuh hukum. Malah ada kesan aparat hukum "dibawah kendali" mereka.

Badan Pemeriksa Keuangan (BKP) ketika melakukan audit terhadap PT. Timah Tbk dan PT. Koba Tin mencatat bahwa Kabupaten Bangka pada 24 November 2007 pernah menyelundupkan mineral ilmenite yang diduga BPK mngandung uranium dan thorium (bahan nuklir). Penjual maupun pihak yang terlibat hingga kini tidak pernah diproses secara hukum. Yang diaudit BPK tersebut sebenarnya mineral tanah jarang (rare earth) yang selama ini ada kesan disembunyikan oleh stake holder tambang timah di Babel, termasuk penambang besar seperti PT. Timah Tbk dan PT Koba Tin (kini bubar).

Hasil audit tahun 2008 itu menunjukan, bahwa PT Timah Tbk memiliki stok 408.877 ton monazite (mengandung 50-57% oksida rare earth), 57.488 ton xenotime (mengandung 54-65% REO), dan ada 309.882 ton zircom (mengandung ittrium dan cerium). Sedangkan Koba Tin disebut hingga 2007, memiliki stok monazite sebesar 174.533 ton. Badan Geologi pun pernah melakukan eksplorasi menunjukkan potensi sumber daya monazite sebesar 10.527,8 ton.

Mantan Direktur Utama PT Timah Tbk yang kini menjadi Staf Ahli Menteri ESDM, Thobrani Alwi, pernah memberikan catatan kepada penulis, bahwa PT Timah Tbk memiliki 45 ribu ton cerium (Ce) per tahun yang harganya ketika berkisar USD 219,11/kg. Lalu ada Lanthanum (La) sebesar 30 ribu ton per tahun, harganya berkisar USD 219,09/kg. Ada Neodymium (Md) sebanyak 22,5 ton per tahun, dengan harga USD 335,25/kg. Dan terakhir ada mineral Yttrium (Y) dengan ketersediaan 3,6 ton per tahun dengan harga capai USD 379,32/kg. Jika dihitung dari kapasitas produksi PT Timah Tbk ketika itu (2002), mineral cerium capai USD 9,8juta, lanthanum USD9,8 juta, neodymium USD7,5 juta, dan ytterium USD1,3juta. Artinya bila dihitung periode itu, PT Timah Tbk ada tambahan pendapatan sebesar USD 28,5 juta atau paling rendah USD 25 juta per tahun.

Yang paling aktual adalah berita Harian Bangka Pos (03/02/2014) yang menyebut adanya ekspor zirkon sebanyak 1.750 metrik ton milik PT FBKM yang diangkut oleh kapal MP Throung Phat 02 di Pelabuhan Pangkalbalam, Selasa (31/12/2013). Mineral mahal itu diduga berasal dari pertambangan timah di Kabupaten Bangka Selatan. PT FBKM bekerja sama dengan dua perusahaan pengelola tambang yakni, PT APN dan PT PMK yang diduga memiliki IUP (Izin Usaha Penambangan) di Bangka Selatan. Ketika itu kapal MP Throung Phat 02, milik Agen GB Jaya Sejati dari Pangkalbalam menurut rencananya akan berlayar ke Qinzhou, China.

BATAN (makalah Ir. Agus Sumaryanto MSc) dalam sebuah seminar di Ruang GBHN di Gedung Nusantara V DPR baru-baru ini menyampaikan, sedikitnya ada 17 unsur mineral tanah jarang (mahal) yang terkandung di dalam pasir timah Babel. Mineral-mineral mahal tersebut menjadi bahan dalam teknologi tinggi seperti industri telekomunikasi, fiber optik, mobil hibrid, CD, baterei, solar cell. Juga digunakan untuk material peralatan vital militer seperti sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, perangkat palacak sasaran pada peluru kendali, dan sebagainya, termasuk menjadi bahan baku penting untuk PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
Seperti diberitakan Kompas (15/07/2013) yang mengutip The Next Web menyebutkan bahwa timah Babel telah menjadi bahan baku pembuat produk-produk Apple seperti iPad dan iPhone dari 249 pemasok komponen untuk Apple Inc selama ini. Sambung juga mengakui demikian seperti yang mereka sampaikan ke Friends of the Earth (kelompok pecinta lingkungan). Perusahaan yang didirikan Stave Jobs ini (Apple Inc) ini dituding oleh pencinta lingkungan sebagai tidak saja membeli produk timah yang merusak lingkungan, tetapi juga dituduh membeli timah ilegal Babel untuk produk mereka. Akhirnya Apple bersama kualisinya Electric Industry Citizenship Coalition (EICC) melakukan investigasi ke Babel baru-baru ini.

Tudingan tersebut bisa terjawab apabila membaca data yang disajikan oleh Industrial Technology Research Institute (ITRI) Desember 2013. Menurutnya, sejumlah negara membeli langsung timah putih dari Indonesia (Babel) dan pembelian tidak langsung melalui Malaysia dan Thailand. Laporan ITRI menyebut, dari 27.800 ton timah Jepang selama 3 tahun terakhir, ada sekitar 50,4% diperoleh langsung dari Indonesia, dan sisanya sekitar 29,8% Jepang membeli timah dari Malaysia dan Thailand yang tidak punya wilayah tambang timah putih itu.

Masih menurut ITRI (makalah Marwan Batubara, IRESS), Korea Selatan pun membeli 15.000 ton timah (langsung 37,9% : tidak langsung 25%), Taiwan 10.000 ton (68,4% : 8,4%), Jerman 20.000 ton (7,6% : 1,4%), Italia 4.000 ton (44,1% : 10,7%). Adanya penjualan tidak langsung timah putih dunia ini, telah membuktikan bahwa ada perdagangan ilegal timah putih yang tentunya hanya Babel yang punya di Indonesia.

Sebuah laporan rahasia belum lama ini (yang disampaikan kepada Presiden SBY) menyebutkan produksi biji timah (tin in concertrates) yang bersifat unreported (tidak tercatat) dari Babel capai 76 juta kg tahun 2005. Angka itu sempat turun menjadi angka terendah dua tahun kemudian 33 juta kg. Akan tetapi tahun berikut, angka penyelundupan timah Babel meningkat kembali dua tahun belakangan ini hingga mencapai 61 juta kg. Diduga pembelinya adalah Malaysia dan Thailand, karena negara itu mencatatkan angka ekspor timahnya ke pasar internasional cukup fantastis, padahal mereka tidak memiliki wilayah tambang timah sekualitas timah Babel.

Misalnya, ketika Indonesia mencatat produksi logam timah (refined tin production) 60 juta kg pada 2011, Malaysia mencatatkan diri 40 juta kg dan Thailand 23 juta kg. Posisi angka itu terus bertahan hingga kini, walau ada pergeseran angka namun tidak terlalu signifikan. China negara produsen timah terbesar, tetapi China juga sekaligus membukukan diri sebagai negara pengonsumsi timah terbesar di dunia. Prakteknya, memang China tidak melakukan ekspor. Sebab 2012 saja, China memproduksi 152 juta kg tetapi negara tirai bambu itu membutuhkan timah putih dalam negerinya sebanyak 147 juta kg. Situasi inilah yang menyebabkan dunia membelalakan matanya kepada timah Babel. Memang ada negara pensuplai timah dunia lainnya seperti Bolivia, Brazil, Peru, Belgia dam Rusia untuk memenuhi konsumsi masyarakat dunia sebesar 342 juta kg saat ini, tetapi kualitas terbaik untuk teknologi tinggi (hi-tech) untuk sementara hanyalah timah Babel.

Ekspor timah Indonesia pernah mencapai angka tertinggi pada 2005 sebesar 137 juta kg. Setelah itu terus menurun hingga hanya 92,5 juta kg 2012. Bahkan tahun lalu (2013) data ekspor balok timah (pasir timah sudah dilarang ekspor) periode Januari-November 2013 yang tercatat di Bea Cukai Pangkalbalam, Bangka, sebesar 48.244.895,88 kg. Catatan Bea Cukai, eksportir terbesar masih PT Timah Tbk sebanyak 9.034.859 kg, kedua PT. Bukit Timah capai 3,4 juta kg. Lainnya dari tercatat 29 eksportir timah di Bea Cukai Pangkalbalam berhasil mengekspor balok timah antara 300 ribu kg hingga 2 juta kg.

Di Babel saat ini tercatat sedikitnya 40 smelter timah. Material mereka disuplai sedikitnya 43 pemilik IUP (Izin Usaha Penambangan), tetapi Dirjen Minerba ESDM menyebut ada sekitar 700 IUP timah (tidak dijelaskan lebih rinci). Hingga akhir tahun lalu IUP di Babel mencapai 249 ribu ha milik swasta, PT Kobatin mencatat 29 ribu dari 41 ribu hektar yang mereka miliki. Sedangkan PT Timah Tbk memiliki wilayah tambang 171 ribu hektar dari 512 ribu hektar yang mereka miliki.

Peningkatan peran swasta ini mempengaruhi angka produksi timah Babel. Dua tahun lalu swasta mampu memproduksi 70.228 ton timah putih, PT Kobatin capai 2.103 ton dan PT Timah Tbk hanya 22,040 ton, padahal seharusnya BUMN ini mampu mengekspor lebih besar karena wilayahnya juga sangat besar. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan plat merah itu (laba perusahaan terus menurun).
Wilayah tambang yang tercatat dalam buku besar di Babel saat ini pun mencatat lahan PT Timah Tbk paling luas, 326.755 hektar dari 433.339,92 hektar luas IUP timah di Babel yang dimiliki oleh 109 perusahaan. Sedangkan eks PT Koba Tin 41.680 hektar, disusul pada lapis ketiga oleh IUP milik PT. Mutiara Prima Sejahtera, PT. Sentra Tin Indo (perusahaan ini memiliki WIUP di berbagai tempat di Babel).

Seharusnya jika sudah terpetakan sedemikian rupa, sebenarnya tidak ada alasan lagi bagi negara untuk tidak memerintahkan aparat penegak hukum untuk membenahi timah Babel. Isunya tidak saja telah menurunkan pendapatan negara, juga telah mempermalukan Indonesia di mata internasional, sehingga perusahaan kelas kakap dunia seperti Apple dan Samsung merasa direpotkan oleh "mafia timah" yang bersarang di Babel dalam puluhan tahun hingga kini. Tak hanya itu, penjualan pasir timah illegal diperkirakan masih akan marak kendati sudah dilarang. Sebab mereka telah dibacking oleh oknum aparat penegak hukum baik darat maupun perairan. Dan itu akan membahayakan keamanan nasional dan internasional jika yang membeli mineral tanah jarang yang mengandung uranium dan thorium itu adalah kelompok teroris internasional. Ini diperlukan investigasi yang mendalam.

Jika memang serius Indonesia berbenah soal ini, maka laporan rahasia yang masuk ke meja Presiden RI belum lama ini, telah memetakan posisi yang diduga menjadi gudang kolektor timah ilegal. Laporan itu mencatat dugaan ada 4 kolektor timah ilegal di Kabupaten Bangka, 4 di Bangka Barat, 7 kolektor di Bangka Tengah, 2 di Bangka Selatan, 3 di Belitung Timur, 2 di Belitung, dan 4 kolektor di Pangkalpinang. Pulau Bangka dan pulau Belitung adalah pulau yang tidak terlalu besar dibandingkan Kalimantan, Sumatera, Jawa, Papua.

Cerita dari mulut ke mulut di Babel, hanya dalam sehari telah menyebar luas se Babel. Jika ada niat untuk membasmi kegiatan haram dunia timah ini, seharusnya tidak terlalu sulit dan tak perlu menghabiskan biaya milyaran rupiah. Operasi Mabes Polri yang ada selama ini di Babel lebih mirip drama. Jadwal operasi telah menyebar dalam sekejap ke seluruh pelosok negeri Serumpun Sebalai itu. Ketika aparat Mabes Polri berkeliaran di hutan dengan motor trail, mereka diarahkan ke tempat-tempat penambangan yang tidak sepaham dengan aparat keamanan lokal. Biasanya yang tertangkap adalah masyarakat kecil yang memang dapurnya dari hari ke hari tergantung dari tambang kecil yang mereka lakoni setiap hari. Sementara kelas kakap dan kaya semakin eksis dan jaya, walaupun merekalah sebenarnya otak yang mengatur permainan.

Menyimak rumitnya permasalahan klasik dunia timah di Babel bisa dikategorikan mirip dengan mafia kayu ilegal di Kalimantan Barat dua tahun silam. Setelah isunya berkali-kali menjadi laporan utama media nasional. Mabes Polri dibawah komando Kapolri sendiri (turun gunung), menunjukan keperkasaannya. Mafia kayu ilegal digulung dalam sekejap berikut pergantian aparat penegak hukum di Kalbar hingga ke tingkat kabupaten. Pelakunya dihukum berat, lalu sistem mafia itupun berkahir dalam sekejap. Akankah dunia timah berakhir tragis seperti mafia illegal logging di Kalbar?

gimana kita mau bangun senjata dan fasilitas dan pembangkit listrik dan ahli nuklir dan tentang nuklir dan nuklir di dalam Negri
emoticon-Turut Berdukaemoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka emoticon-Turut Berduka


septhitank
0
4.6K
8
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
MiliterKASKUS Official
20KThread7.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.