Kekeringan masih dialami warga di Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Hingga kini, ratusan warga di desa tersebut masih kekurangan air bersih dan terpaksa mengalihkan jatah air bersih dari dropping hanya untuk memasak.

Sementara, jika mereka mandi dan mencuci, mereka memanfaatkan air sungai yang bercampur dengan kotoran manusia.

Puluhan warga yang didominasi oleh ibu rumah tangga nampak sibuk mengantri air dropping dari Pemerintah Desa setempat, Kamis (6/11/2014) siang. Ember dengan beragam ukuran, jeriken, dan galon air kemasan nampak memenuhi halaman rumah salah satu warga.

Begitu pikap pengangkut air dengan kapasitas sekitar 2.000 liter berhenti, warga kemudian segera berebut air. Mereka kemudian sibuk mengisi ember yang mereka bawa dengan air yang keluar dari selang.

Bahkan, beberapa ibu nampak kerepotan membawa jeriken berkapasitas 20 liter, karena masih harus menggendong anak mereka yang masih balita.

“Ya, sehari-hari kami harus berjuang antri air. Karena memang air di rumah sudah habis dan mongering, hanya cukup untuk memasak,” kata salah seorang warga Sri Asih (32) saat ditemui Tribun Jogja.

Sri Asih menjelaskan, dalam dua hari sekali ada bantuan dropping air dari BPBD. Namun, karena jatah dari BPBD tidak cukup, warga bergantung dari dropping air Pemdes setempat. Bahkan, untuk mandi, Sri mengaku hanya satu kali dalam sehari.

“Itu pun disambi dengan nyuci baju dan cuci peralatan rumah tangga. Air bersih bantuan ini hanya cukup untuk memasak,” ungkapnya.

Untuk keperluan mandi, Sri dan beberapa warga lain harus berjalan kurang lebih 100 meter menuju sungai Ceret yang berada di sebelah dusun mereka. Sungai tersebut menjadi alternatif dan andalan warga saat menghadapi musim kemarau semacam ini.

sumur

manaaqua manaaqua manaaqua