TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Pembangunan hotel yang sedemikian pesat di Yogyakarta memuculkan beberapa masalah, daiantaranya adalah perubahan tata guna lahan. Salah satu wilyah yang saat ini sedang menghadapi ancaman perubahan tata guna lahan adalah Kampung Gondolayu Lor. Satu dari tujuh RT di RW 11 Kampung Gondolayu Lor telah dikosongkan.
Karena hal tersebut, para Pemuda RW XI Kampung Gondolayu Lor menggalang gerakan Gondolayu Rumahku, Gondolayu Kampungku. Koordinator Pemuda RW 11 Kampung Gondolayu Lor, Tunggul Tauladan mengatakan, Peristiwa ini memunculkan tanggapan dari kelompok warga setempat, utamanya pemuda, yang kemudian mengusung gerakan “Gondolayu Ora Didol”. Gerakan ini berupaya menyuarakan protes warga terhadap ancaman keterusiran dari tempat mereka lahir, tinggal, dan hidup,” ungkap Tunggul saat ditemui di rumahnya, Jum'at (26/9).
Tepat di seberang Gondolayu Lor, hunian di belakang pom bensin Terban juga sudah rata dengan tanah, tak tampak dari Jalan Sudirman. Perkampungan di Ledok Macanan, selatan Jembatan Kewek juga mengalami hal yang sama. Bersambung dengan sebuah lahan yang telah kosong dan tertutup seng di kampung Gemblakan Bawah, tak jauh dari jembatan di Jl. Mas Suharto. Sedikit ke selatan, dua tanah kosong hasil pembongkaran perkampungan, bisa dilihat di kampung Ratmakan dan Sayidan.
“Perkampungan di bantaran kali yang pada awal sejarahnya merupakan hunian liar, telah lama menjadi resmi. Namun, kini, justru penduduk resmi di perkampungan bantaran kali harus siap untuk keluar kampung ketika lahan tempat rumahnya berdiri telah terjual. Memang, seluruh tanah berpindah tangan melalui proses transaksi jual beli yang sah,” ungkap lelaki asli Gondolayu Lor tersebut.
inilah yg sekarang sedang terjadi di kota ane, lahan kosong sudah mulai hilang dan berubah menjadi hotel/apartemen, pembangunan hotel yg semakin tidak terkendali membuat tata kota ane berubah