Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tritri03Avatar border
TS
tritri03
Mencari Benteng Semarang di Bawah Kota Lama
Semarang, - Kota Lama Semarang merupakan kawasan peninggalan Belanda yang hingga kini masih menjadi daya tarik bangunan-bangunan kunonya. Namun ternyata masih banyak misteri yang belum diketahui tentang kota lama termasuk benteng yang pernah dibuat di sana.

Balai Arkeologi Yogyakarta sejak tahun 2009 lalu sudah meneliti keberadaan benteng yang pernah ada di daerah Semarang Utara itu. Dengan menggunakan peta kuno tahun 1741 yang di-overlay dengan foto udara Kota Lama Semarang saat ini, maka diketahui ada benteng yang mengelilingi Kota Lama.

Spoiler for pict:


Pada peta kuno tersebut terlihat benteng memutar memiliki lima Bastion atau pojokan benteng berbentuk mata panah yaitu Bastion De Smits, Bastion De Zee, Bastion Ijzer, Bastion Hersteller, dan Bastion Amsterdam. Ada juga satu Bastion lainnya lebih kecil yaitu Bastion Ceylon.

Ketua Tim Penelitian Benteng Kota Lama Semarang, Novida Abbas mengatakan diperkirkan benteng tersebut dibangun sebelum tahun sekitar tahun 1741 dengan fungsi melindungi Kota Semarang yang dulu hanya seluas kawasan Kota Lama. Namun Belanda memperluas daerahnya sehingga pada tahun 1824, benteng tersebut dirubuhkan dan sekarang sudah tertimbun dan berdiri berbagai macam bangunan di atasnya.

Sejak tahun 2009 lalu, tim Balai Arkelogi Yogyakarta sudah memperkirakan titik Bastion tersebut dan melakukan penggalian. Namun hanya Bastion De Smits yang lokasinya masih berada di tanah lapang milik PT Gas Negara dan milik Damri.

Spoiler for pict:


"Bastion Amsterdam sudah menjadi bundaran Bubakan, Ijzer menjadi terminal angkot, Hersteller jadi Dealer Isuzu. Kita survei dan hanya di sini yang lahannya kosong," kata Novida di lokasi penggalian, kampung Sleko, Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, Senin (8/9/2014).

Tahun 2013 lalu, penggalian tersebut membuahkan hasil, setelah menggali 1,2 meter, mereka menemukan sisa Bastion yang menyiku setinggi 60 cm. Dari temuan tersebut diperkirakan benteng pelindung Kota Semarang itu terbuat dari bata dan kapur serta berpondasi batu kali.
"Diatasnya itu sudah ada selokan dan bekas selokan gas milik Belanda. Yang kami temukan tahun lalu kembali kami tutup dengan tanah, agar tidak rusak terendam air. Lagipula ini lahan orang," terang Novida.

"Kami juga menemukan uang kuno. Ada dua keping, yang satu masih terlihat logo VOC-nya," imbuhnya.

Berdasarkan temuan tersebut tim Balai Arkeologi Yogyakarta kembali ke Semarang dan melanjutkan pencarian di lokasi yang berdekatan dengan lokasi sebelumnya. Setidaknya sudah 23 titik pencarian sejak tahun 2013 lalu, namun belum ada sisa benteng lain yang berhasil ditemukan.

Meski demikian, penggalian yang dimulai lagi sejak hari Jumat (5/9) lalu itu justru menemukan pecahan-pecahan benca kuno antara lain pecahan keramik dinasti Cing, logam, tembikar, dan tulang binatang.

"Kita cuci, jemur, kering dan pisahkan. Ada sekitar 100-an fragmen campuran. Kalau keramik ada dua jenis yang China dan Eropa," pungkas Novida.

Penggalian yang dilakukan tahun ini, lanjut Novida, akan berakhir hari Sabtu (13/9) mendatang. Ia dan delapan rekan tim arkeolog lainnya menargetkan penemuan sisa Bastion tersebut sebelum akhir pekan ini.

"Setelah ditemukan, akan ada focus group discusion tentang ini serta untuk menentukan langkah selanjutnya bersama instansi lainnya," kata Novida.
Jika saja tim Balai Arkelogi Yogyakarta tersebut tidak melakukan penelitian, kemungkinan benteng itu tidak akan pernah diketahui keberadaannya. Hal itu diungkapkan Joko Pramono, Pegawai Dinbudpar Jawa Tengah Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan di seksi Kesejarahan.

"Jujur saya baru tahu setelah tim dari Ibu (Novida) ini melakukan penelitian. Saya datang juga karena ingin melihat secara langsung. Tim arkeolog dan kami (Dinbudpar) terus berkoordinasi," kata Joko.

Proses penggalian dilakukan sejak pagi hingga sore hari. Dengan menggunakan alat cangkul, sekop, linggis, dan alat pertukangan lainnya, tim arkeolog melakukan penggalian dengan hati-hati.

"Kalau terlalu keras nanti malah hancur. Kami juga memakai pompa air karena ada genangan air saat digali," ujat Novida.

SUMBER
0
2.8K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.