Beberapa waktu lalu, Indonesia dihebohkan dengan Raeni, wisudawati dengan IPK 3,96 yang merupakan anak dari tukang becak. Tak cuma Raeni, di berbagai daerah di Indonesia sebenarnya juga banyak sosok-sosok yang menginspirasi.
Hal ini juga terjadi pada diri Lucky yang lulus 3,5 tahun dengan IPK 3,87. Ayahnya bekerja sebagai montir dan ibunya adalah aktivis di lingkungan setempat
Ia juga memiliki kakak seorang pelukis dan adik yang aktif.
Lucky Bagus Septyo, adalah mahasiswa asal Indonesia yang sedang mengejar S2 di Turki sejak tahun lalu. Lahir di keluarga yang kurang mampu, ternyata tak menghalangi dirinya memperoleh segudang prestasi
Saat ini Lucky telah memperoleh beasiswa dari pemerintah Turki untuk melanjutkan S2 di Marmara University, jurusan Finance
"Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu, tapi bahagia. Keluarga saya tidak pernah menjadikan uang sebagai patokan kebahagiaan," katanya melalui pesan elektronik, Selasa (12/8).
Lucky yang telah menyandang gelar Sarjana Ekonomi di salah satu perguruan swasta di Jakarta ini, dikenal sebagai sosok yang inspiratif. Saat seusia dirinya sibuk bersenang-senang menikmati hidup, justru ia sibuk meluangkan waktu untuk aktif di berbagai organisasi kampus dan luar. Maka tak heran segudang penghargaan tertuju kepada dirinya.
Ia pernah meraih penghargaan dari kampusnya dulu saat S1 sebagai The Most Inspiring dan The Most Talented, bahkan termasuk mahasiswa terbaik. Ternyata penghargaan semacam itu pernah ia peroleh saat SMA. Saat itu, ia menjadi lulusan terbaik di sekolahnya dan memperoleh beasiswa.
Kemampuannya tak hanya menggeluti bidang akademik. Pada 2011, ia berhasil memperoleh posisi sebagai Jajaka Jawa Barat dan pernah menjadi finalis news presenter. Bahkan ia juga aktif dalam organisasi kampus, khususnya Himpunan Mahasiswa dan BEM Universitas.
Memperoleh beasiswa kuliah di luar negeri telah menjadi cita-citanya sejak kecil. Hal ini bukan berarti ia tidak mencintai Indonesia.
"Sudah menjadi mimpi saya sejak kecil untuk studi di luar negeri, di tempat yang indah dan maju peradabannya (Turki). Alhamdulillah," tuturnya.
Tinggal di negeri orang, membuat dirinya merasakan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Sebab, dirinya sebagai WNI merasa memiliki kemerdekaan intelektualitas untuk belajar mengemukakan pendapat dan berprestasi. Pengalaman merantaunya ke luar negeri merupakan peluang untuk dirinya lebih merasakan "MERDEKA".
"Ketika merantau di Turki, saya merasakan betul bahwa bangsa Indonesia kita diakui sebagai bangsa yang merdeka," ceritanya.
Ia juga menuturkan betapa beruntungnya pemuda saat ini yang merdeka dalam menuntut ilmu, menuangkan ide, dan meningkatkan kemampuan diri. Tetapi terkadang lupa bahwa kemerdekaan (kita) sedang digerogoti dengan penjajahan mentalitas. Hal tersebut menurutnya dapat membuat lupa akan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Prestasi yang pernah ia raih justru tidak membuatnya melupakan orang lain yang tentunya ikut berperan dalam hidupya. Saat weekdays, ia akan sibuk dengan urusan kuliah dan teman-temannya. Sedangkan weekend, ia habiskan waktu untuk berorganisasi dan keluarga.
"Walau sekarang di Turki, saya tetap luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan orang tua, keluarga, kawan-kawan, dosen, guru, dan adik-adik pantai asuhan yang sudah menjadi saudara sendiri," tambahnya.
Menuntut ilmu di negeri orang ternyata tak membatasinya untuk beprestasi. Ia pernah menyandang juara 1 dalam lomba tari dan stand negara di International Student Festival 2014. Lomba ini ia ikuti bersama pelajar-pelajar asal Indonesia lainnya. Selain itu, ia juga aktif dalam organisasi di Turki.