Sumber : http://m.poskotanews.com/2014/08/08/kurang-dilayani-istri-gadis-tetangga-digumuli/

SAMA tetangga harus pinter bergaul, tapi jangan pula anak tetangga digauli! Gara-gara ini, Karmidi, 46, terpaksa jadi pesakitan di PN Sampit (Kalteng). Dalam pemeriksaan terungkap, dia terpaksa berbuat nekat karena di rumah kurang dilayani. “Tak ada rotan, akar pun berguna,” kata Karmidi.

Fungsi istri dan pejabat sebetulnya mirip-mirip. Bila pejabat merupakan pelayan masyarakat, kalau istri adalah pelayan………..suami. Melayani dalam segala hal, pokoknya. Ya melayani makan dan minum, ya melayani urusan ranjang. Yang terakhir ini sangatlah prinsip, karena tak bisa tergantikan orang lain. Begitu pentingnya soal satu ini, sebuah hadits Nabi mengatakan: layanilah ajakan tidur suamimu, meski kamu sedang di dapur.

Ny. Prihati, 40, warga Baamang Tengah kota Sampit, agaknya tak pernah memperoleh pencerahan seperti itu. Dalam sudut pandangnya, urusan ranjang bukanlah hal yang penting sebagaimana makan dan minum. Logikanya, orang tak makan sebulan bisa mati. Sedangkan urusan ranjang, 5 tahun tak melampiaskan libido tidak akan kehilangan nyawa. Malah orangnya tambah gemuk dan sehat. Contohnya kucing itu, setelah dikebiri justru jadi kalem dan gemuk.

Dia sudah 15 tahun berumahtangga bersama Karmidi, sejumlah anak juga telah lahir. Tapi rupanya dia belum paham benar karakter suami dalam urusan kebutuhan biologis. Dikiranya semakin tua urusan begituan bukan lagi menjadi urusan krusial, belakangan dia jarang mau melayani suami. Bila suami mencolek pinggangnya, jawabnya malah ketus. “Colak-colek, kayak kondektur bus saja kamu.”

Gara-gara sikap istri yang streng, paling-paling dalam sebulan Karmidi hanya bisa mengadakan “serangan umum” dua kali. Bisa juga sih dikebut, tapi nanti pelayanannya tak lagi prima, asal-asalan. Kesannya seperti murid SMA sedang ulangan umum, disuruh cepet-cepet numpuk, karena Bu Guru mau rapat. Padahal Karmidi ini, meski usia menjelang kepala lima, tapi tenaganya masih rosa-rosa macam Mbah Maridjan.

Kucing bila tak dapat makan kenyang di rumah pasti suka mengais-ngais di persampahan. Begitu pula dengan kucing kepala hitam bernama Karmidi ini. Di rumah tak lagi dapat daging sapi memadai, daging celengpun disikat juga. Perburuan itu kemudian menyasar kepada Ria, 17, anak tetangga. Bocah yang KTP saja belum punya –sedang diurus– itu di mata Karmidi mendadak jadi nampak gersang alias seger dan merangsang. “Ini nih, satu putaran juga selesai,” batin lelaki yang sudah dirasuki para setan berkoalisi permanen itu.

Ya, para setan kini memang sedang berkoalisi secara masif dan terstruktur, demi merusak mental dan pikiran Karmidi. Sebab jika berhasil mencuci otak suami Prihati ini, berarti mereka telah sukses menjerumuskannya ke jurang kehancuran. Ria yang di mata umum sebetulnya biasa-biasa saja, mendadak seperti artis pemeran sinetron seribu episode. Pokoknya serba menjanjikanlah, istilah kata: enak digauli dan perlu!

Kisah malang Ria terjadi saat dia beli sesuatu di warung Ny. Prihati. Kebetulan yang melayani Karmidi sendiri, lantaran istrinya sedang pergi. Tangan gadis belia itu langsung ditarik, diajak masuk ke dalam warung. Di atas balai-balai, dia dipaksa melayani kebutuhan biologisnya. Sekian menit kemudian, hasrat Karmidi pun tertunaikan. “Awas, jangan cerita ke mana-mana, tak bunuh kamu,” ancamnya.

Gara-gara ancaman mematikan tersebut, hanya dalam seminggu Karmidi berhasil menodai Ria hingga tiga kali, di tempat yang sama pula. Rupanya perbuatan penjahat kelamin itu telah menjadikan Ria stress, sehingga perilakunya tercium oleh orangtuanya. Begitu dia mengaku bla-bla-bla, marahlah orangtua. Karmidi dilaporkan ke polisi dan ditangkap. Kemarin dia menjalani sidang perdananya di PN Sampit. Kata Karmidi dalam sidang, semua itu terjadi karena istri curang sebagai ibu rumahtangga, sehingga kepala rumahtanggapun merasa tersakiti.

Yang sakit kepala bagian mana, bisa diremason? (JPNN/Gunarso TS)