Film Indonesia, sejak awal kemunculannya sudah mengalami berbagai masa pasang surut. Sempat berjaya, ditandai dengan jumlah produksi film yang cukup banyak, serta munculnya nama-nama besar pembuat film Indonesia, tapi kemudian mati suri sampai awal 2000-an. Berdasarkan data yang dihimpun Johan Tjasmadi (2008, 151) dari Sinematek pada tabel dibawah ini, produksi film sempat mencapai masa puncak pada periode tahun 1970-an hingga awal 1990-an, kemudian selanjutnya merosot karena kalah bersaing dengan film impor.
Ada berbagai faktor yang mendasari mengapa film Indonesia tidak pernah take off sebagai sebuah industri. Menurut Salim Said (1991, 18), karena tumbuh sebagai barang dagangan, film Indonesia bukan menjadi bagian atau ekspresi pembuatnya. Maka dinamika yang ada di dalamnya hanyalah dinamika dagang, selalu berusaha untuk membuat barang yang paling disukai pembeli. Sepanjang sejarahnya, film di negeri ini senantiasa berputar di sekitar soal menebak selera penonton, tanpa pernah mempersoalkan dirinya sendiri.
Usmar Ismail pernah menyatakan bahwa, industri film yang mesti berputar terus, terpaksa memproduksi dengan tema yang pernah dibuat sebelumnya yang kemudian diubah di sana-sini. Meskipun penonton menginginkan cerita-cerita baru, tetapi kebanyakan pembuat film merasa takut untuk membuat sesuatu yang betul-betul baru dan karena itulah mereka mencari jalan yang aman dengan tetap memakai resep lama yang sudah diketahui akan sukses (Ismail 1986, 45).
Quote:
#Ziliun17 adalah 17 rangkaian infografik atau data dalam bentuk visual seputar teknologi dan Indonesia. #Ziliun17 dipersembahkan untuk menyambut HUT Republik Indonesia di tanggal 17 Agustus.
Berikut adalah 17 film Indonesia pemenang award internasional:
Spoiler for 1. Daun di Atas Bantal (1998):
Film Terbaik, Asia Pacific Film Festival, 1998 gambar: jejakandromeda.wordpress.com
Spoiler for 2. Pasir Berbisik (2001):
Best Cinematography, Best Sound Award, Festival Film Asia Pacific 2011 gambar: wikipedia.com
Spoiler for 3. Berbagi Suami (2006):
Best Foreign Language Film, Golden Orchid Award, 2006 gambar: mkini.net
Spoiler for 4. 3 Doa 3 Cinta (2008):
Grand Prize of International Jury, Vesoul Festival of Asian Cinema, 2009 gambar: wikimedia.org
Spoiler for 5. Laskar Pelangi (2008):
The Golden Butterfly Award, International Festival of Film For Children and Young Adults Iran, 2009 gambar: the-marketeers.com
Spoiler for 6. The Blind Pig Who Wants to Fly (2008):
Audience Award, Udine Far East Film Festival, 2010 gambar: wikipedia.org
Spoiler for 8. Pintu Terlarang (2009):
Best of Puchon, Fantastic Film Festival Korea Selatan, 2009
Spoiler for 9. Merantau (2009):
Film Terbaik, Action Fest Amerika Serikat, 2010
Spoiler for 10. Rumah Dara (2009):
Shareefa Danish - Best Actress, Puchon International Fantastic Film Festival, 2009
Spoiler for 11. Garuda di Dadaku (2009):
Film Terbaik, Children and Youth Armenia International Film Festival, 2010 gambar: wikipedia.org
Spoiler for 12. Jamila dan Sang Presiden (2009):
Prix de Public dan Prix Jury Lycen, Asian Film Festival Vesoul 2010, Prancis
Spoiler for 13. Madame X (2010):
Official Selection, Hongkong International Film Festival, 2010
Spoiler for 14. The Raid (2011):
Cadillac’s People Choice Award, Toronto International Film Festival, 2012
The Best Film & Audience Award,Jameson Dublin International Film Festival, 2012 gambar: totalfilm.com
Spoiler for 15. Dilema (2012):
Best Feature Film, Detective Film Festival Moscow, 2012 gambar: anginbiru.wordpress.com
Spoiler for 16. Modus Anomali (2012):
Bucheon Award, Network of Asian Fantastic Films (NAFF), 2012 gambar: danieldokter.wordpress.com
Spoiler for 17. Jalanan (2013):
Film Dokumenter Terbaik, Busan International Film Festival, 2013 gambar: muvila.com
Quote:
Tapi jangan sampai kita, sebagai penonton film, justru malah terlalu cepat memberikan label buruk pada industri perfilman Indonesia dengan menganggap semua film Indonesia sampah dan murahan. Yang kayak gini kalo ngga didukung ya bakal sulit kemana-mana. Pemerintah mah jangan diharap. Ngga bakal jalan kalau nunggu pemerintah gerak.
Industri film akan tumbuh jika ekosistemnya berkembang dengan baik, dan semua elemennya tumbuh secara sehat. Salah satu stakeholder penting ya kita ini, penonton film Indonesia. Kalau ngaku suka film, dan bangga kalau ada film Indonesia yang berkualitas, ya harus didukung. Cara paling gampang, kalau ada film Indonesia yang bagus, yuk ditonton!