TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Dadang Hawari mengomentari perselisihan antara pendukung calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo di media sosial, yang kemudian merembet di kehidupan nyata. Dadang mengatakan pertengkaran alias perang status itu merupakan tanda bahwa pengguna media sosial di Indonesia belum memiliki pemikiran yang dewasa. (Baca: Nyaris Putus Cinta Karena Jokowi)
"Itu tanda tidak dewasa sehingga mudah tersulut emosinya," ujar Dadang saat dihubungi Tempo, Jumat 11 Juli 2014. (Baca hasil riset Prapancha: Pemilu Presiden Bikin Perkawanan Rusak)
Menurut dia, ketidakdewasaan itu terlihat dari sikap pengguna yang menumpahkan seluruh pikiran dan perasaannya pada media sosial. Sedangkan orang yang membaca media sosial itu bisa saja salah menafsirkan pernyataan tersebut. Akibatnya, tak jarang jalinan pertemanan jadi terganggu. (Baca:Beda Pilihan Capres, Teman Bisa Bertengkar)
Untuk memperbaiki kondisi, kata Dadang, salah satu caranya dengan menyampaikan permintaan maaf melalui media sosial. Dadang berharap berakhirnya proses pemilihan presiden bisa meredam perselisihan tersebut. Para tokoh masyarakat pengguna media sosial juga mesti ikut meredakan situasi. "Mereka harus menjadi teladan juga di media sosial, jadi harus ikut bantu menyejukkan situasi," katanya.
Sebelumnya, Prapancha Research juga mengadakan penelitian, perbedaan pilihan politik dalam pemilu presiden 2014 membawa suasana panas dalam ajang pertemanan di media sosial.