Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bonnie479928Avatar border
TS
bonnie479928
Membantu meluruskan tentang foto Jokowi vs PKI dari pemilik foto yang asli
http://ucuagustinfilms.blogspot.com/...nye-hitam.html

Hari ini adalah hari pertama dari serangkaian tiga hari tenang menjelang tanggal 9 Juli 2014. Pada hari Rabu 9 Juli 2014 nanti, seluruh rakyat Indonesia akan memberikan suaranya untuk melakukan Pemilihan Umum Calon Presiden RI masa bakti 2014--2019. Ini untuk ketiga kalinya dalam sejarah negeri kami, kami rakyat, akan memilih secara langsung sang presiden.

Saya tak tahu apa yang akan terjadi di hari-hari tenang yang dimulai hari ini sampai dengan 8 Juli 2014 nanti. Apakah benar-benar akan terjadi ketenangan? Akankah riuh rendah kampanye capres hilang sebentar sebelum hari pencoblosan Rabu, 9 Juli? Ataukah justru di hari-hari tersebut, keadaan akan lebih ramai tapi dalam suasana yang dari luar tampak atau seolah terlihat damai dan tenang? Isu serangan fajar yang berisi adanya rencana penyebaran uang untuk rakyat hingga bisa dibeli suaranya di hari pencoblosan, santer terdengar.

Saya sendiri, saya tak tenang.

5 Juli 2014 pagi, kemarin, itu adalah hari terakhir saya membuka timeline twitter Triomacan2000 yang memiliki nama akun resmi @TM2000Back. Di sana, bau kebencian, hasutan serta dengki demikian kuat, menyengat hidung dan membuat saya tak lagi mampu memiliki energi positif setiap kali selesai melihat isi timeline di akun yang pernah di-suspend langsung oleh twitter pada tanggal 13 Juni tersebut.

Dari cuitan-cuitannya, sangat jelas akun yang mencap dirinya sendiri sebagai ``akun intelijen publik'' itu, sedang melakukan kampanye hitam terhadap calon presiden dari PIDP, Jokowi. Isu yang digorengnya sekarang: PKI. Komunisme.

Catatan ini ada hubungannya dengan isu tersebut.

Melalui catatan ini, saya ingin memberikan keterangan tentang foto saya yang telah direkayasa sedemikian rupa oleh pihak tak bertanggung jawab dengan cara mengambil foto-foto tanpa ijin, alias dicuri dari wall Facebook saya. Oleh orang tak bertanggungjawab tersebut, foto-foto itu disatukan, diedit, lalu diberi display teks di atasnya dengan kalimat-kalimat mengarahkan serta menuduh, penuh fitnah, dan akhirnya disebarkan dengan sengaja secara viral.

Display teks yang ditulis di atas foto-foto kami yang disatukan, berbunyi :

Inilah alasan kami TIDAK PILIH JOKOWI!!! Karena PKI musuh besar bangsa INDONESIA ada di belakang mereka semua. Mereka sudah pernah MENGKHIANATI bangsa ini tiga kali dan MEMBUNUH para santri termasuk para kiyai bahkan rakyat tak berdosapun jadi korban mereka. Kini mereka mau BANGKIT kembali, NO WAY!!!
Mengetahui tentang hal ini pertamakalinya pada tanggal 31 Mei 2014, dari pesan WhatsApp pacar saya yang tinggal di Jerman, saya merasa geram tapi juga geli. Hari gini isu PKI masih dipakai? Masih laku emangnya? Namun rupanya isu tersebut masih bisa dipakai untuk jualan politik terutama untuk mendulang suara melalui kampanye hitam ke pihak lawan. Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya pesan masuk ke saya mempertanyakan apakah itu saya yang menjadi salah satu korban kampanye hitam? Apakah itu saya yang berada dalam foto di Facebook yang kini telah menyebar kemana-mana? Apakah itu saya dan teman-teman saya yang fotonya dipampang oleh sebuah situs online suaranews.com dengan kepala judul tertulis : "Terkuaknya PDIP dan Jokowi Telah Disusupi Paham Komunis". Adakah mereka meminta ijin? Tahukah kamu?

Dan yang membuat saya sungguh kaget, adalah salah satu postingan dari twitter timeline yang disebar oleh akun triomacan2000 atau @TM2000Back pada tanggal 25 Juni 2014. Tweet post tersebut kini telah di-retweet oleh 2.127 akun!

Inilah dua tautan ke sumber tersebut :
http://www.suaranews.com/2014/06/ter...owi-telah.html
https://twitter.com/TM2000Back/statu...70703876300800
Inilah foto yang dimaksud:

Saya yang akan membantah, tak usah Pak Jokowi.

Sebagai pemilik foto di mana tiga foto saya dicuri dari wall facebook, saya awalnya memiliki keyakinan bahwa siapapun yang melakukan penyatuan ketiga foto saya tersebut, mungkin hanya memerlukan wajah dan simbol. Mereka atau dia atau siapapun kamu sang pelaku, mungkin hanya memerlukan random face dari seseorang yang kebetulan memenuhi kriteria dengan isu yang ingin diangkat untuk memojokkan Jokowi.

Image dan simbol dalam foto saya, pasti pas betul dengan apa yang mereka cari :
Ada vandel jelas-jelas bertuliskan Partai Komunis Indonesia, sebagai simbol untuk pengarahan kebencian.
Ada wajah seseorang (dalam hal ini saya), untuk dijadikan kambing hitam tuduhan yang sekaligus juga dengan adanya wajah---mereka bisa menyatakan bahwa 'ini dia orangnya! kami memiliki bukti gambarnya!'
Ada gambar Pak Joko Widodo, sang calon presiden, yang kebetulan saya berfoto di hadapan posternya.
Bila semua image itu disatukan dan kemudian wajah saya dilingkari serta diberi display teks yang mengarahkan, maka KLOP! Dengan mudah rekayasa murahan tentang kami yang ada di foto itu, sebagai komunis di belakang Jokowi, jelas itu akan dengan gampang bisa dijadikan alat untuk mengompori orang yang memang tidak suka pada Pak Jokowi atau bagi mereka yang sangat takut terhadap isu komunisme. Hanya tentu saja mereka yang akan menjadi target penyebaran dari isu ini pastilah orang-orang yang tak mengenal saya sebelumnya. Mereka tak tahu bahwa apa yang tergambar dalam foto serta keterangan teks-nya tersebut adalah hasil dari rekaan yang disengaja dan penuh rekayasa. Isinya dusta semata!

Melalui kronologi di bawah ini, saya akan membantah dusta tersebut, juga display teks atau keterangan gambar yang diletakkan di atas foto kami yang telah disatukan serta telah melalui proses editing tersebut.

KRONOLOGI

Latar belakang:

Jika anda melihat tulisan dalam tiket penerbangan tersebut, tertulis di sana tanggal di mana saya terbang dari Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng, menuju Changi di Singapura, untuk seterusnya melanjutkan penerbangan ke Frankfurt-Jerman dengan menggunakan pesawat Lufthansa. Saya terbang meninggalkan Jakarta pada tanggal 14 April 2014, dan kembali lagi melalui rute yang sama, menjejakkan kaki lagi di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2014.

Meski bukan urusan Anda, tapi jika mau tahu, ada banyak yang saya kerjakan di Jerman, juga di beberapa negara Schengen yang saya lawat. Mengunjungi teman di Paris, memutar film dokumenter "Di Balik Frekuensi" yang saya sutradarai di beberapa tempat dan kampus di Jerman, menghadiri lecture Dalai Lama di Rotterdam, juga menghadiri acara promosi doktor seorang teman di Universitas Leiden, serta melakukan riset kecil di Amsterdam untuk bakal materi dokumenter saya suatu saat kelak.

Inilah yang akan saya ceritakan disini, tentang kunjungan di Amsterdam pada tanggal 13 Mei 2014.

Di Amsterdam saya mendengar tentang adanya PERDOI atau Perhimpunan Dokumentasi Asia yang dikelola oleh seorang eksil. Sebagai pembuat film dokumenter yang jarang-jarang bepergian di Eropa kecuali bila ada festival film, tentunya kesempatan ini tak saya sia-siakan. Berbekal nasi goreng dan lauk bebek dari restoran Asian Kitchen, bersama pacar saya dan dua orang teman lainnya kami pun berjanji untuk makan malam. Di apartemen kecil sekitar daerah Westlandgracht di Amsterdam, saya pun akhirnya bertemu dan dikenalkan pada sang eksil tua asal Laweyan, Solo, yang profilnya telah saya baca terlebih dahulu di harian The Jakarta Post .

Beliau bernama Sarmadji, tetapi telah mengubah namanya menjadi Wardjo, kependekan dari Waras (sehat) dan Bedjo (beruntung). Bung Wardjo adalah seorang kelayapan. Orang Indonesia yang tak bisa pulang karena kondisi politik Indonesia pasca peristiwa G30S (selanjutnya mari kita sebut peristiwa ini dengan "Peristiwa 65") . Beliau anggota Pemuda Rakyat, tetapi ia sendiri bukan anggota PKI. Saat "Peristiwa 65" itu terjadi, beliau sedang berada di Tiongkok, setelah sebelumnya dikirim tugas belajar oleh Pemerintah Soekarno. Ketika dipaksa untuk mengakui Pemerintahan Soeharto yang telah mengambil alih kuasa Soekarno, beliau menolak karena ia setia pada Soekarno. Paspor-nya lalu dicabut dan ia tak diakui lagi sebagai warga negara Indonesia, hanya karena ia bersetia kepada Pemerintahan Soekarno. Bung Wardjo adalah satu dari ribuan eksil yang juga mengalami hal serupa: Menolak untuk mengakui keabsahan pemerintahan Soeharto. Selama puluhan tahun mereka berkelana di muka Bumi ini (kecuali di Indonesia, tanah air mereka sendiri, tentunya) mencari keadilan, namun tak jua muncul. ``Kaum kelayapan,'' demikian ujar Gus Dur yang saat menjadi Presiden, mengundang kembali orang-orang seperti Bung Wardjo ini untuk kembali memperoleh kewarganegaraan RI lagi, melalui mekanisme Instruksi Presiden No. 1 tahun 2000.

Peristiwa 65 adalah peristiwa yang penuh samar, dan apa-apa yang terjadi sesudahnya seperti yang kita ketahui kemudian adalah kisah yang penuh kebohongan propaganda Orde Baru. Tidak ada penyiksaan dan mutilasi para Jendral. Tidak ada pesta seks gila-gilaan Gerwani. Apa yang terjadi sesudahnya, seperti yang sudah banyak didokumentasikan dalam sejarah pasca tumbangnya rezim Soeharto, yang terjadi adalah kampanye pembantaian siapapun yang dicurigai sebagai PKI. Siapapun, bahkan yang bukan anggota PKI, menjadi korban. Tidak ada data yang pasti berapa yang terbunuh, kisarannya antara 100 ribu hingga 3 juta orang menjadi mayat. Tidak hanya itu, setidaknya 250 ribu orang disiksa, yang perempuan kadang dirudapaksa, dipenjara tanpa pengadilan, dibuang ke Pulau Buru, dan terpinggirkan karena dilarang bekerja sebagai anggota militer dan pegawai negeri sipil. Keluarga-keluarganya pun terkena imbas dan harus diperiksa apakah ``bersih lingkungan.''

Sebagai pembuat film dokumenter, tentu saja Bung Warjo sebagai sosok serta background '65 yang melatari kehidupan kelayapannya, kisahnya yang untuk bertahan hidup di Belanda mengharuskannya menjadi seorang pemotong kaca, juga koleksi buku dan arsip serta dokumen juga artefak yang demikian lengkap mengenai peristiwa 65, adalah yang hal yang tak mungkin saya lewatkan. Saya pun merekamnya. Semua ceritanya kami dengarkan sambil disela makan malam. Setelah selesai dengan riset visual yang saya rekam tersebut, kami pun tak kuasa untuk tak membongkar-bongkar koleksi Bung Wardjo. Ia menyimpan begitu banyak koleksi dokumen PKI dan Lekra.

Vandel bertuliskan Partai Komunis Indonesia warna merah yang diakui Bung Warjo sebagai pemberian dari teman yang mengunjunginya dulu di Tiongkok, sangat menyita perhatian kami. Bila vandel itu memang asli, maka sudah pasti itu merupakan artefak yang sangat berharga bagi Indonesia. Mungkin cuma tinggal satu-satunya yang tersisa! Maka berebutanlah kami mengambil gambar dan difoto dengan aneka pose unyu. Penuh senyum dan ekspresi kami sangat riang. Meski kemudian Bung Wardjo bercerita bahwa logo dalam vandel itu bukan logo PKI melainkan logo Tim Sepak Bola PKI, kami tak perduli. Sebelum pulang, bersama Bung Wadjo dan si Vandel, kami berfoto lagi.

Kronologi foto dan kemunculannya secara viral sebagai foto yang telah direkayasa:
20 Mei 2014 - Saya Tiba di Jakarta.
Perjalanan kunjungan saya di Eropa selesai sudah. Saya bertolak dari Bandara Frankfurt pada tanggal 19 Mei jam 21.35 waktu setempat, dan tiba di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2014, jam 11.30 malam.

21 Mei 2014 - Saya Meng-Upload 2 Foto Ketika Riset di Amsterdam pada tanggal 13 Mei.
Di antara sekian banyak moment yang telah saya lewatkan di Eropa, pertemuan dengan Pak Wardjo adalah pertemuan yang sangat berarti. Generasi yang secara umur berbeda jauh, dengan kisah perjuangan hidup masing-masing kami yang berbeda pula, akhirnya bertemu. Saya berjanji, suatu hari nanti entah kapan, ketika saya sudah punya uang, saya akan kembali dan akan membuat film dokumenter atau cerita visual tentang generasi seperti Pak Wardjo. Mereka yang tersingkir dan terus melihat Indonesia dari tepi yang jauh, penuh kerinduan, tapi tak bisa kembali meski mereka adalah orang Indonesia asli. Satu-satu, mereka meninggal di tanah asing, dengan ingatan yang masih selalu - sebagian besarnya - tak pernah melupakan Indonesia. Saya harus mencatat mereka sebelum generasi tersebut dan kisah-kisahnya yang bersejarah benar-benar hilang! Itu tekad saya. Generasi saya dan generasi yang berada di bawah saya harus tahu salah satu kisah kelam bangsanya yang telah abai dan membuang para putra-putrinya.

Mengetahui bahwa tak ada larangan untuk mendisplay props yang berkenaan dengan PKI sejauh tidak melanggar Tap MPRS XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan dan pembubaran PKI serta penyebaran faham komunis (sila lihat : https://www.mpr.go.id/pages/produk-m...or-xxvmprs1966) maka dengan riang saya pun meng-upload 2 foto ketika saya melakukan kunjungan riset di tempat Bung Wardjo.

Menurut saya, foto tersebut juga konteks di balik pengambilan foto itu, sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyebaran isu komunis. Dan andai saya seorang arkeolog, maka temuan berupa vandel tim sepak bola berlogo Partai Komunis Indonesia yang (semoga) asli itu, pastilah semacam menemukan artefak atau fosil kecil yang berharga. Saya ingin meng-upload nya di wall facebook saya.

22 Mei 2014 - Bertemu teman di acara peluncuran Pondok Komunikasi Relawan Jokowi.
Setelah hampir 1,5 bulan meninggalkan Jakarta, dipenuh rasa ingin tahu yang luar biasa akan keadaan terkini situasi politik dalam negeri, saya mendatangi teman yang kebetulan sedang berada di peluncuran Pondok Komunikasi Relawan Jokowi. Dalam suasana hujan, saya pun berfoto. Malamnya ketika saya sampai di rumah, 4 foto tersebut saya unggah di wall facebook saya.

31 Mei 2014 - Mengetahui untuk pertamakalinya bahwa foto saya telah direkayasa dan telah menyebar di Internet.
Pukul 15.08, melalui WhatsApp saya di-forward sebuah gambar dari Jerman. Pacar saya menyebut dia mendapat gambar tersebut dari seorang temannya sewaktu berkuliah di Jurusan Astronomi ITB. Temannya tersebut mengatakan bahwa gambar ini ``nyebar dilapak [sic] sebelah,'' tanpa menyebutkan lapak sebelah mana yang dimaksud. Ia sebut dia dapatkan gambar tersebut dari Twitter, dan ia katakan memperoleh gambar tersebut dari akun dengan handle Twitter kangsyam78, dengan catatan bahwa ada akun-akun lain yang menyebarkan dan kemungkinan ia bukanlah orang pertama.

Beberapa kali kami mengecek perkembangan dengan menggunakan google search image, tapi gambar tersebut telah menghilang dan nampaknya Kangsyam78 pun telah menghapus gambar tersebut.

Tentu saja reaksi pertama saya melihat foto-foto kami yang beda konteks tapi telah disatukan dan diberi teks gambar yang mengarahkan pada ajakan untuk tidak memilih capres Jokowi disertai teks lanjutan yangberisi fitnah tentang kami adalah PKI, sungguh membuat saya geram. Apa jadinya kalau keluarga saya melihat gambar tersebut dan tak mengerti konteks yang sebenarnya? Kenapa kami? Kenapa saya yang dilingkari dengan bulatan merah di kepala? Siapakah kamu atau kalian pembuat kampanye hitam ini? Apa tujuanmu?

Saya sangat ingin bertemu dan berbicara pada si pembuat kampanye pembodohan yang tak bertanggungjawab ini! Siapa yang mencuri foto-foto tersebut dari wall facebook saya?

1 Juni 2014 - Gambar hasil rekayasa, akhirnya sampai secara viral di facebook saya sendiri.
Gambar dengan keterangan gambarnya yang tak relevan itu akhirnya secara viral benar-benar sampai di wall facebook saya. Arrie Chaniago, seorang bekas murid saya ketika saya masih mengajar di The Next Academy mengirimkan 2 kali foto tersebut di kolom komentar facebook dengan kalimat permintaan konfirmasi "Teh konfirmasi dong, saya dapet foto ini di twitter".

Saya cuma menjawab kurang lebih, "Saya kena black campaign tuh Arrie. Dari akun twitter siapa kamu dapet gambar ini?" Tapi Arie tak pernah menjawab dia mendapat gambar tersebut dari Twitter siapa.

Selama dua hari kemunculan gambar ini, saya dan pacar saya selalu berdiskusi. Kami akhirnya bersepakat untuk mendiamkannya saja. Menanggapinya dengan heboh dan panik, adalah justru akan membuat keadaan semakin tak menguntungkan. Kami berpendapat, cara terbaik meredam isu dan membuatnya hilang adalah dengan menganggap isu itu tiada. Saya pun mendiamkannya saja. Kami, hanya tertawa-tawa saja bila menanggapi orang yang kemudian bertubi menanyakan kebenaran foto hasil rekayasa pihak tak bertanggung jawab tersebut pada kami. Sesekali tentu saja kami masih heran, kok ada ya orang niat banget merangkai foto dan gambar dalam foto-foto dengan momen berbeda tersebut, lalu dijalin jadi satu dan direkatkan dengan teks display yang mengandung fitnah hingga menjadi sedemikian rupa?


Sebagaimana biasa yang terjadi dalam kasus KDRT atau sexual abuse, hal yang sama kami duga sepertinya terjadi dalam kasus pencurian foto saya di Facebook. Karena saya melakukan privacy seting friend only dimana yang bisa melihat gambar di wall Facebook saya adalah cuma hanya teman facebook saya, maka pasti pelaku pencurian pun adalah orang dekat : teman yang berada di facebook.

21 Juni 2014 - Akun @Ronin1946 (reinkarnasi dari akun trio macan) menaikkan kembali gambar tersebut dan melakukan tweet serta me-retweet foto rekayasa alias menyebarkannya!

Karena kami diamkan dan acuhkan, meski diam-diam kami terus melakukan penyelidikan kecil tentang siapa terduga penyebar pertama foto rekayasa kami, kami tak pernah benar-benar menemukan bukti sampai kemudian foto tersebut terdistribusi secara brutal ketika disebarluaskan oleh Trio Macan yang pada saat itu telah berubah nama menjadi Ronin1946 pasca akun aslinya di-suspend. Pada saat ini Trio Macan/Ronin1946 rupanya telah memulai kampanye hitamnya untuk memfitnah Jokowi dan PDI-P sebagai komunis.

Tanggal 21 Juni 2014 seseorang memberitahu saya bahwa ini kemungkinan adalah cuitan pertama dia di Twitter yang memuat foto kami. Selanjutnya pada tanggal 22 Juni, post dimana dia sendiri secara sengaja memajang gambar itu dengan teks pengantar dari dia.

Berkali-kali Trio Macan mengunggah foto tersebut, demi menakut-nakuti masyarakat mengenai "ancaman PKI". Satu unggahan pada tanggal 25 Juni bahkan ada yang di-retweet hingga 2100-an akun. Selama berhari-hari, beberapa kali sehari, foto tersebut terus-menerus diunggah.

Sebelum tiba di tangan Trio Macan, akun yang kami duga pertama kali mengangkat foto tersebut kembali adalah orang dengan handle Twitter @okerockingland1 yang seolah-olah meng-RT sebuah akun dengan handle @lydia_stmorang. Anehnya handle @lydia_stmorang ini sebenarnya tidak ada dan selalu digunakan sebagai sumber "informasi-informasi" yang disebarkan Trio Macan.

Sebagaimana foto-foto viral lainnya, pada akhirnya semua berakhir di Kaskus, situs forum komunitas maya terbesar di Indonesia. Foto ini diunggah sebagai bagian dari pembicaraan mengenai foto-foto palsu yang dibuat terkait kampanye Pilpres. Juga beberapa link lainnya yang bisa dilihat disini :

http://m.kaskus.co.id/post/53b2844fb...cb17813e8b4643
http://www.kaskus.co.id/thread/53b01...9-juni-2014/30
http://www.kaskus.co.id/thread/539e3...h-indonesia/10
http://pedulifakta.blogspot.com/2014...kowi-yang.html
http://metafisis.net/category/aliran-sesat/
http://kabarpengamat.blogspot.com/20...l#.U7oQtY2Sw7E

Sementara link berita yang paling sering disebar di facebook dengan memunculkan cover utama berupa wajah dan foto kami yang telah direkayasa seperti yang telah kami paparkan diatas, adalah sebuah situs berita abal-abal bernama suaranews.com
http://www.suaranews.com/2014/06/ter...owi-telah.html

Diubah oleh bonnie479928 07-07-2014 09:26
0
3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.