Ketika ada selembar kertas nyempil di jas Jokowi, maka rusuh sudah media sosial dengan orang2 yang tertawa, menghina, menjelek2an kejadian itu. Ada yang bergurau, ada yang ikut2an, ada yang memang niat sekali mentertawakannya. Padahal apa salahnya? Duh, gan, keselip kertas itu bukan dosa. Membaca catatan saat ceramah juga bukan aib. Saya kasih contohnya, ketika seseorang, pernah ketika mengisi acara, yang dihadiri banyak orang, penuh sesak satu aula besar, malah lupa menutup restliting celana. Tidak akan dia biarkan dia malu atas kejadian tersebut. Kenapa harus malu? Itu bukan aib, bukan dosa, dan jelas bukan mencuri, maling, zalim, cuma lupa.

Ketika Prabowo tidak tahu singkatan "TPID", maka juga rusuh sudah media sosial dengan orang2 yang mengolok2, merendahkan. Ada yang bergurau, ada yang ikut2an, ada juga yang memang niat menyerang hal begini. Padahal apa salahnya? Duh, gan, lagi2 akan saya gunakan contoh saja. Dalam sebuah acara, ada peserta yang nanya tentang apa pendapat seorang penulis soal "fan fiction", penulis itu bengong, nanya balik, fan fiction itu apa? Silahkan saja orang2 menganggap penulis itu penulis amatiran, masa' nggak tahu istilah itu padahal sudah nulis novel banyak. Tapi memang penulis itu tidak tahu, mau dikata apa? Seorang profesor biologi di kampus tidak tahu nama tumbuhan yang ditanya mahasiswanya, tidak akan mengurangi derajat profesor tsb. Pun sama, ketika seorang ibu tidak tahu istilah "saleh" dan "salehah", bukan berarti anak2nya tidak bisa jadi anak yang saleh dan salehah kelak.