Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan fitnah-fitnah kepada dirinya dilontarkan karena tidak menemui kelemahan dan kekurangan dirinya saat memimpin Solo dan DKI Jakarta. Seperti fitnah berbau suku agama ras antargolongan (SARA) yang disampaikan pihak-pihak tertentu terkait identitas dirinya.

"Banyak orang bingung mencari kesalahan saya waktu menjadi Wali Kota di Solo. Apa ndak ketemu. Waktu menjadi Gubernur DKI juga tidak mendapat kesalahan-kesalahan saya," tutur Jokowi saat mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Bustanul Ulum, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (12/6/2014).

Dalam kunjungannya, Jokowi disambut Pemimpin Pesantren Ponpes Bustanul Ulum, Tasikmalaya, Jabar, KH Didi Hudaya Buchori.
Di hadapan ratusan kiai dan santri serta warga, Jokowi pun mengetahui ada tim diturunkan untuk mencari-cari kesalahan dirinya ke Solo dan DKI Jakarta. Tapi, pencarian akan kesalahan-kesalahan dirinya tak ditemukan oleh tim yang ditugaskan tersebut.

"Gampangnya apa kalau tidak ketemu kesalahan. Ya larinya ke fitnah. Tidak ada yang lain. Yang paling cepat ya fitnah SARA. Waktu Pilgub juga sudah, kini diulang lagi, caranya sama. Di depan nama Joko Widodo, adalah Herbertus," tutur Jokowi.

Sebenarnya Jokowi sudah malas menanggapi fitnah berbau SARA tersebut. Tapi, hal ini ternyata harus ditanggapi agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Apalagi dengan gencarnya penerbitan Tabloid Obor Rakyat.
Karena itu Jokowi mengungkapkan kebenaran mengenai identitas keislamannya. "Saya itu naik haji tahun 2003. Kemudian umrah juga sudah," tandas Jokowi.

"Fitnah ini terus diulang-ulangi. Pembuat fitnahnya tidak kreatif. Waktu Pilgub seperti itu, sekarang juga," sindir Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga meluruskan fitnah mengenai asal dari ayahnya yang diisukan berasal dari Singapura.

Jokowi sampaikan, bahwa ayahnya berasal dari Karanganyer. Sedangkan ibu Jokowi berasal dari desa Gubuk Rejo di Kota Solo.
"Nama desanya saja sudah ndeso sekali. Kan wajah saya juga ndeso begini. Masa seperti ini orang Singapura," cetusnya.