- Beranda
- The Lounge
Mendewasaka Bangsa Indonesia
...
TS
young.lord
Mendewasaka Bangsa Indonesia
Spoiler for cekidot:
Inlander, satu kata paling mengerikan yang tidak juga hilang dari bumi pertiwi yang sudah merdeka lebih dari setengah abad. Mental ini tumbuh dari kekalahan berkepanjangan dan kenikmatan pihak atasan yang sebenarnya sederajat. Ada pihak yang terlalu menghormati bangsa lain dan mencerca bangsa sendiri. bermental inlander, bermental keder.
Sampai saat ini, mental inlander belum juga surut. Kita bisa saksikan dari berbagai fenomena yang muncul. Beberapa pemimpin enggan untuk meninggalkan bangku kekuasaannya. Padahal, mereka telah melakukan kecurangan tapi enggan disalahkan (atau merasa salah).
Dilihat dari sejarahnya, Inlander merupakan gelar yang diberikan pemerintah hindia-belanda sebagai wujud pembedaan strata antara Bangsa Eropa, Asia Timur, dan Inlander itu sendiri. Nama lain inlander adalah pribumi. Pribumi dianggap pesakitan karena ada sebagian dari pribumi tersebut yang nyaman membudakkan pribumi lainnya yang notabene masih saudara.
Saat ini, fenomena inlander bisa dilihat dari takutnya atau rendahnya tingkat kepercayaan diri bangsa kita saat bangsa kita yang bertubuh mungil ini bertemu dengan keturunan asli eropa. Kekaguman dan kepercayaan diri kita tiba-tiba sirna, padahal sebelumnya kita bisa berkoar-koar di hadapan saudara sendiri dengan bangga. Namun dihadapan pihak asing, koar-koar itu hilang berganti pujian yang tidak pernah ada habisnya. Budaya ini, tidak lain disebabkan karena mental inlander, mental yang membuat keder diri sendiri juga bangsa.
Jika diasosiasikan dengan perkembangan bangsa, Budaya inlander inilah yang membuat bangsa ini masih anak-anak, belum remaja bahkan dewasa. Jika harus menunggu proses dari anak-anak ke remaja kemudian ke dewasa, tentu butuh waktu yang tidak sedikit. Efeknya, kita akan semakin tertinggal jauh dari bangsa lain yang sudah keluar dari budaya inlander (istilah inlander di masing-masing negara berbeda). Solusinya, bangsa ini harus meloncati fase remaja dan langsung menuju dewasa demi mengejar bangsa lain secara lebih cepat.
Bangsa ini musti meloncat menjadi bangsa dewasa dengan kemandirian yang dimilikinya. Mandiri bukan berartia arogan karena tidak mau sama sekali berhubungan negara lain, namun lebih kepada menggunakan skala prioritas dan menjadi setara. Dengan kesetaraan yang kita miliki, tentu alasan untuk menjadi pihak yang dibeda-bedakan akan mengecil bahkan hilang.
Salah satu dan mungkin satu-satunya faktor yang menjadikan bangsa setara adalah pendidikan. Setara dalam bidang pendidikan tidak harus menyamarakatan antara pendidikan nasional dengan luar negeri. Masing-masing negara memiliki keunikan dalam sistem pendidikan. Kalaupun kita mau mencontek sistem pendidikan negara lain, akan elegan jika kita mau mengkombinasikan dulu sistem pendidikan beberapa negara. Kemudian kombinasi tersebut dicocokan dengan pendidikan dalam negeri. Ketika sesuai, kita bisa memakainya dan menerapkannya. Harapannya, bisa menjadikan bangsa ini setara dengan bangsa-bangsa lainnya.
Ketika pendidikan sudah baik, aspek lain di dalam negara akan menjadi lebih baik. misalnya bidang Kesehatan dan bidang sosial. Terwujudnya Kesehatan yang baik muncul berupa jumlah tingkat kematian dan kelahiran yang lebih terkendali. Sementara dalam bentuk sosial, Ketimpangan antara si kaya dan si miskin semakin sedikit. Akibatnya, penduduk Dhuafa atau Miskin juga semakin berkurang.
Pendewasaan ini bermula dari satu hal, pendidikan. Karena kita telah mengetahui penyakit yang selama ini dimiliki bangsa, inlander. Dengan pendidikan, inlander dan sistem kasta lain akan terhapus. Antara satu orang dengan orang yang lain memiliki kesempatan yang sama dalam melaksanakan apa yang mereka inginkan. Dalam lingkup yang lebih luas, kekalutan dan kekederan dengan bangsa lain akan sirna, karena kita memiliki pendidikan yang sama.
Indonesia belum terlambat untuk menjadi dewasa. Nyawa indonesia tidak sesingkat nyawa penduduknya. Masih banyak harapan, masih banyak waktu tapi bukan berarti kita menyiakan. Kita harus memanfaatkan, untuk bisa menjadi bangsa yang lebih dewasa.
Sampai saat ini, mental inlander belum juga surut. Kita bisa saksikan dari berbagai fenomena yang muncul. Beberapa pemimpin enggan untuk meninggalkan bangku kekuasaannya. Padahal, mereka telah melakukan kecurangan tapi enggan disalahkan (atau merasa salah).
Dilihat dari sejarahnya, Inlander merupakan gelar yang diberikan pemerintah hindia-belanda sebagai wujud pembedaan strata antara Bangsa Eropa, Asia Timur, dan Inlander itu sendiri. Nama lain inlander adalah pribumi. Pribumi dianggap pesakitan karena ada sebagian dari pribumi tersebut yang nyaman membudakkan pribumi lainnya yang notabene masih saudara.
Saat ini, fenomena inlander bisa dilihat dari takutnya atau rendahnya tingkat kepercayaan diri bangsa kita saat bangsa kita yang bertubuh mungil ini bertemu dengan keturunan asli eropa. Kekaguman dan kepercayaan diri kita tiba-tiba sirna, padahal sebelumnya kita bisa berkoar-koar di hadapan saudara sendiri dengan bangga. Namun dihadapan pihak asing, koar-koar itu hilang berganti pujian yang tidak pernah ada habisnya. Budaya ini, tidak lain disebabkan karena mental inlander, mental yang membuat keder diri sendiri juga bangsa.
Jika diasosiasikan dengan perkembangan bangsa, Budaya inlander inilah yang membuat bangsa ini masih anak-anak, belum remaja bahkan dewasa. Jika harus menunggu proses dari anak-anak ke remaja kemudian ke dewasa, tentu butuh waktu yang tidak sedikit. Efeknya, kita akan semakin tertinggal jauh dari bangsa lain yang sudah keluar dari budaya inlander (istilah inlander di masing-masing negara berbeda). Solusinya, bangsa ini harus meloncati fase remaja dan langsung menuju dewasa demi mengejar bangsa lain secara lebih cepat.
Bangsa ini musti meloncat menjadi bangsa dewasa dengan kemandirian yang dimilikinya. Mandiri bukan berartia arogan karena tidak mau sama sekali berhubungan negara lain, namun lebih kepada menggunakan skala prioritas dan menjadi setara. Dengan kesetaraan yang kita miliki, tentu alasan untuk menjadi pihak yang dibeda-bedakan akan mengecil bahkan hilang.
Salah satu dan mungkin satu-satunya faktor yang menjadikan bangsa setara adalah pendidikan. Setara dalam bidang pendidikan tidak harus menyamarakatan antara pendidikan nasional dengan luar negeri. Masing-masing negara memiliki keunikan dalam sistem pendidikan. Kalaupun kita mau mencontek sistem pendidikan negara lain, akan elegan jika kita mau mengkombinasikan dulu sistem pendidikan beberapa negara. Kemudian kombinasi tersebut dicocokan dengan pendidikan dalam negeri. Ketika sesuai, kita bisa memakainya dan menerapkannya. Harapannya, bisa menjadikan bangsa ini setara dengan bangsa-bangsa lainnya.
Ketika pendidikan sudah baik, aspek lain di dalam negara akan menjadi lebih baik. misalnya bidang Kesehatan dan bidang sosial. Terwujudnya Kesehatan yang baik muncul berupa jumlah tingkat kematian dan kelahiran yang lebih terkendali. Sementara dalam bentuk sosial, Ketimpangan antara si kaya dan si miskin semakin sedikit. Akibatnya, penduduk Dhuafa atau Miskin juga semakin berkurang.
Pendewasaan ini bermula dari satu hal, pendidikan. Karena kita telah mengetahui penyakit yang selama ini dimiliki bangsa, inlander. Dengan pendidikan, inlander dan sistem kasta lain akan terhapus. Antara satu orang dengan orang yang lain memiliki kesempatan yang sama dalam melaksanakan apa yang mereka inginkan. Dalam lingkup yang lebih luas, kekalutan dan kekederan dengan bangsa lain akan sirna, karena kita memiliki pendidikan yang sama.
Indonesia belum terlambat untuk menjadi dewasa. Nyawa indonesia tidak sesingkat nyawa penduduknya. Masih banyak harapan, masih banyak waktu tapi bukan berarti kita menyiakan. Kita harus memanfaatkan, untuk bisa menjadi bangsa yang lebih dewasa.
Spoiler for source:
Diubah oleh young.lord 28-05-2014 09:56
0
865
Kutip
6
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru