Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tangkurakAvatar border
TS
tangkurak
Benarkah Jokowi tidak kenal Nicollo Machiavelli?
Perkenalkan Thread PERTAMAX dari Ane nubitol, emoticon-Cendol (S),

WARNING: Bacaan ini khusus yang berjiwa anak muda demokrat pancasilais..

silahkan dibaca bareng komeng sekalian.. dengan tema INDOKTRINASI INDONESIA AGAR TIDAK INDOLENSI

Pertanyaan: Siapakah Ahli Strategi Nomor 1 di Negeri yang penuh In-doktrinasi ini????

Sebagaimana diketahui, Pada Pemilu tahun ini diketahui hanya 12,8 Persen Caleg DPR yag mengerti cara membuat Undang undang, sementara survei hukumonline: yang mengangkat pertanyaan “apa dasar pertimbangan anda dalam memilih karier?”

Hasilnya, mayoritas atau sekitar 42 persen mahasiswa fakultas hukum yang menjadi responden memberikan jawaban “materi (gaji)”. Jawaban tertinggi kedua dan seterusnya adalah “Kesesuaian dengan program kekhususan” (33%), “Pengabdian” (18%), “Arahan orang tua” (6%), dan “dan lain-lain” (1%).

Pertanyaan selanjutnya ialah, ada berapa kali lipatnya yang dikira tersisa dari sarjana hukum yg belum terjerat doktrin hukum? ya, jika materi sudah dijadikan doktrin hukum. semua serasa kembalinya The Prince Makiavelis, menghindar dari nilai keadilan, kasih sayang, kearifan, serta cinta, dan lebih cenderung mengajarkan kekejaman, kekerasan, ketakutan, dan penindasan
karena adalah Machiavelli yang pertama kali mendiskusikan fenomena sosial politik tanpa merujuk pada sumber-sumber etis ataupun hukum !!!

Keahlian yang dibutuhkan untuk mendapat dan melestarikan kekuasaan adalah perhitungan. Seorang politikus mengetahui dengan benar apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dikatakan dalam setiap situasi.

Machiavelli mengakui bahwa hukum yang baik dan tentara yang baik merupakan dasar bagi suatu tatatan sistem politik yang baik. Namun karena paksaan dapat menciptakan legalitas, maka dia menitikberatkan perhatian pada paksaan.

Dengan kata lain, hukum secara keseluruhan bersandar pada ancaman kekuatan yang memaksa. Otoritas merupakan hal yang tidak mungkin jika terlepas dari kekuasaan untuk memaksa. Oleh karena itu, Machiavelli menyimpulkan bahwa ketakutan selalu tepat digunakan, seperti halnya kekerasan yang secara efektif dapat mengontrol legalitas

Otoritas adalah suatu hak untuk memerintah.

Untuk memahami pemikiran Machiavelli, negara tidak boleh dipikirkan dalam kaca mata etis, tetapi dengan kaca mata medis. Untuk itu negara harus dibuat menjadi kuat bukan dengan pendekatan etis tetapi medis. Rakyat yang berkhianat harus diamputasi sebelum menginfeksi seluruh negara (seditious people should be amputated before they infect the whole state). Machiavelli melihat politik seperti kondisi medan perang yang harus ditaklukkan.

Nilai (virtú), dalam bahasa Machiavelli dipahami sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan keinginannya dalam situasi sosial yang berubah melalui kehendak yang kuat, kekuatan, serta perhitungan dan strategi yang brilliant.

Bahkan, untuk mendapatkan cinta seorang perempuan (Fortune), seorang raja yang idela tidak meminta atau memohon, tetapi mengambilnya secara fisik dan melakukan apapun yang dia mau. Skandal tersebut melambangkan potensi manusia yang sangat kuat di lapangan politik,

Adapun Virtú, dalam konsepsi Machiavelli adalah kualitas personal yang dibutuhkan oleh seorang raja untuk mengelola negaranya dan meningkatkan kekuasaannya.

Konsepsi lain yang menghubungkan antara Virtú dengan pelaksanaan kekuasaan yang efektif adalah Fortuna. Fortuna adalah musuh dari tatanan politik,

Dia menggambarkan fortuna menyerupai “satu dari sungai kita yang merusak, yang pada saat marah akan mengubah daratan menjadi danau, meruntuhkan pohon dan bangunan, mengambil dunia dari satu titik dan meletakkannya pada titik lain; semua orang melarikan diri sebelum banjir; semua orang marah dan tidak ada yang dapat menolak”

Dia menyimpulkan bahwa beberapa individu menginginkan kebebasan hanya untuk dapat memerintah yang lain. Sebaliknya, sebagian besar mayoritas rakyat mengalami kebingungan antara kebebasan dan keamanan, membayangkan bahwa keduanya adalah identik

Sampai dimanakah kita??

Apakah kita ini ingin kembali ke zaman Nicollo Mahiavelli??? jawaban gantung ya tergantung apa yang digantung..

*buka kamus
indokreinasi: pemberian ajaran secara mendalam (tanpa kritik) atau penggemblengan mengenai suatu paham atau doktrin tertentu dng melihat suatu kebenaran dr arah tertentu saja;
Indolensi: kelambanan berpikir emoticon-Ngakak

#demokrasi damai, Blusukan Yes, Black Campaign Kelaut aja# emoticon-I Love Indonesia (S)
ane sangat trimakasih kalo dapet kiriman cendol dari agan-agan sekalian..emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Malu (S)
0
2.2K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.