CamelTwoAvatar border
TS
CamelTwo
Lewat Barifola, Bangun Ratusan Rumah Rakyat Miskin Tanpa APBN/APBD
Program sosial dalam bentuk pembangunan rumah layak huni bagi kaum dhuafa di berbagai tempat sasarannya boleh sama; meringankan beban masyarakat tak mampu.

Namun, Barifola yang dilakukan Ikatan Keluarga Tidore (IKT) Maluku Utara memiliki karakteristik berbeda, terutama dari sumber dana maupun bentuk pelaksanaan.

Barifola, idiom bahasa Tidore yang berarti gotong royong membangun rumah, diimplementasikan IKT sebagai aksi sosial berbagi keikhlasan. Karena itu, Barifola berbeda dengan model pembangunan instansi dengan dukungan dana pemerintah yang disokong pihak sponsorship. Selain tanpa dukungan dana APBD maupun APBN, Barifola diwujudkan dalam konteks gotong royong sejati.

Karena, mereka yang tidak terlibat dalam pembangunan rumah, baik dari aspek material maupun tenaga, bukanlah orang berada. Artinya, orang yang masih susah menolong yang susah.

Mewujudkan rumah layak huni bagi kaum dhuafa itu merupakan bentuk gotong royong, baik aspek material maupun tenaga. Inilah perwujudan kesetiakawanan sosial yang sesungguhnya.

Ketua IKT Maluku Utara Burhan Abdurrahman yang juga Wali Kota Ternate selaku penelor konsep implementasi program Barifola ini mengakui, subtansi dari kegiatan itu terletak pada semangat gotong royong anggota IKT yang didasari keikhlasan.

“Tidak ada tujuan lain karena sesungguhnya program ini saya gagas dan dijalankan IKT sejak Maret 2008 semasih menjabat Sekretaris Kota,” kata Burhan yang belum lama ini mengunjungi Redaksi Rakyat Merdeka Group di gedung Graha Pena, Jalan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Kata Burhan Abdurrahman, aksi Barifola sebagai bagian dari nilai kearifan lokal itu bersandar pada semboyan Limau Ma Dade Dade Ma Bara Jiko Se Doe (Persatuan, persaudaraan, dan semangat kekeluargaan), tanpa membatasi pada simpul-simpul promodial namun terarah pada aspek sosial kemasyarakatan secara universal.

Karena itu, yang menjadi sasaran program bukan saja dari berbagai etnis lain yang kondisinya dianggap tak layak huni dan tentu memenuhi syarat-syarat terutama status tanah. Dalam program ini, imbuhnya, pekerjaan ditangani oleh tim IKT dan tanpa dibebani pemilik rumah, baik bahan bangunan maupun kebutuhan konsumsi pekerja.

Meski tim pekerja ini orang-orang susah, namun ikhlas. Hal itu yang membuat aksi ini terus bergulir mulai dari rumah pertama hingga sudah lebih dari seratus rumah, bahkan tidak saja di Ternate tetapi juga menjangkau Kabupaten Halmahera Utara dan Morotai.

Dia mengatakan untuk satu unit rumah yang dibangun membutuhkan dana antara antara Rp 30 sampai dengan Rp 40 juta, tanpa menghitung biaya tukang. “Biasanya, selain menyumbang tenaga, anggota IKT juga menyumbang bahan bangunan. Istilah, satu batu bata saja tetap punya nilai karena keikhlasan itu,” tandasnya.

Kebutuhan dana untuk membiayai aktifitas Barifola, selain tidak bersumber dari pemerintah, IKT juga tidak pernah mengajukan proposal bantuan kepada pihak ketiga. Semua dilakukan atas kekuatan internal.

“Kalau ada yang menyumbang, tentu kami tidak menolak. Tetapi pantang meminta sumbangan kepada pihak ketiga. Karena di sinilah nilai-nilai sosial itu sesungguhnya tumbuh dan berkembang,” tambahnya.

Metode Barifola ini diakui Hi Bur, begitu ia akrab dipanggil, semakin memiliki magnitude yang sangat dahsyat dalam lingkup komunitas IKT, sehingga setiap anggota selalu gelisah jika tidak ada program dalam sebulan.

“Secara berkelakar, ada anggota yang mengatakan Ketua IKT harus dipecat jika tidak ada rumah lagi yang kita bangun. Ini artinya, Barifola sudah mendarah daging dalam komunitas mini dan mampu memberi efek kepada masyarakat secara universal,” paparnya.

Barifola, kata Hi Bur, tidak saja untuk dhuafa tetapi juga membendung kecendrungan pola hidup individualistis di tengah masyarakat modern. “Hal ini yang barangkali membedakan program Barifola dengan proyek-proyek sosial lainnya. Karena itu, Barifola sesungguhnya merupakan roh dari kesetiakawanan sosial,” ungkap Hi Bur.

Dia memimpin Ikatan Keluarga Tidore Maluku Utara sejak 2008. Pembangunan rumah miskin pertama dilakukan di Kelurahan Santiong pada Maret 2008.

“Prihatin melihat kondisi rumah warga, membuat kami merasa tertantang. Apalagi, setelah rumah selesai dibangun, tim Barifola bertanya dimana selanjutnya rumah-rumah lain yang mau dibangun lagi. Hal ini menumbuhkan keyakinan saya bahwa suatu gagasan yang lahir dari hati yang ikhlas akan mampu menaklukan kendala seberat apapun,” pungkasnya.

Hingga kini, organisasi sosial kemasyarakatan ini telah membangun ratusan rumah sederhana bagi warga miskin Maluku Utara. [zul]

sumur

Komen TS:
Semoga makin banyak tumbuh barifola2 baru di seluruh wilayah Indonesiaemoticon-I Love Indonesia (S)
Semoga juga tidak hanya membantu pembuatan rumah layak huni, tetapi juga dapat membantu menyalurkan SDM pemilik rumah agar dapat menghasilkan dan menunjang kehidupannya sehari2.
0
1.6K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.8KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.