Banyak pemain bertahan yang lebih memilih membuang bola keluar ke sisi pinggir lapangan dari pada bola keluar diarea gawang, karena bisa terjadi sepakan pojok. Para pemain bertahan tersebut mati-matian membuang bola agar tidak tidak terjadi tendangan sudut.
Tetapi lain cerita bila bertemu dengan tim yang dibela pemain ini. Para pemain bertahan pasti lebih memilih lawan mendapatkan sepak pojok, ketimbang lemparan kedalam.



yapp..Dia adalah Rory Delap.
Gelandang Stok City Medio tahun 2006-2013. Dia memiliki skill tersendiri yang sangat jarang dimiliki pemain lainnya. Delap mampu melempar bola hingga area kiper lawan. Sontak hal ini membuat para pemain bertahan lawan harus berupaya menghalau lemparan delap layaknya sebuah crossing yang berbahaya.

Catatannya mengerikan. Kira-kira setiap dua gol yang dicetak Stoke, satu diantaranya hasil lemparan ke dalam Delap.

Tim kelas kakap sudah ditaklukkan lewat gol dari Delap ini. Arsenal, misalnya, kalah dari Stoke karena dua gol yang dihasilkan dari lemparan Delap. Aston Villa kebobolan di menit terakhir karena lemparan bola dari Delap. Pelatih Everton, yang kebobolan dua kali dari lemparan Delap, David Moyes, mengatakan, "Ia seperti ketapel manusia."

Delap ditakuti karena ia melakukan lemparan dalam dengan cara dan hasil berbeda. "Saya pikir mungkin karena sangat mendatar, tidak melambung di udara," kata Tony Pulis, pelatih Stoke. "Ia melempar sangat mendatar dan sangat sulit bagi pemain bertahan untuk menghalangi lajunya."



Liga Primer bersusah payah menyusun taktik mencegah lemparan Delap menjadi gol jika tidak ini mendapat nasib buruk seperti tim-tim papan atas.

Wigan dan Manchester City melihat bahwa satu-satunya yang bisa melawan lemparan Delap adalah tangan kiper dan kiper sering terhalang pemain lain. Jadi, Wigan dan Manchester City mengurangi pemain bertahan di depan gawang saat Delap beraksi agar kiper bisa leluasa bergerak.

Sedang Liverpool menggunakan cara lebih sederhana lagi untuk menghalangi Delap. Mereka tidak membuang bola ke luar lapangan di wilayah mereka sendiri. Mereka mencegah Delap melakukan lemparan ke dalam.

Selama bermain di tim Derby, Southampton, dan Sunderland, Delap selalu mendapat jatah lemparan dalam. Tapi musim ini berbeda. Pelatih Stoke, Tony Pullis, merancang taktik agar lemparan itu lebih efektif di depan gawang. Pulis biasanya menempatkan setidaknya dua pemain yang berjarak dua meter di wilayah penalti lawan.

Delap sulit menjelaskan bagaimana ia bisa melakukan lemparan mematikan itu. "Saya tidak tahu bagaimana teknisnya,". "Saya cuma mengambil bola dan melemparnya."

Yang jelas, bola itu dilempar mendatar sehingga tenaganya lebih besar, serta memutar sehingga lebih lurus. "Saya selalu bisa melakukan ini," kata Delap.

Kekuatan lemparan Delap setara tembakan kaki--menurut pelatih Aston Villa, Martin O'Neill, lemparannya setara tembakan bebas atau sepakan pojok.

Lemparan ke dalam ini sangat menguntungkan. Karena dengan tangan, lemparan Delap jauh lebih akurat daripada sepakan pojok dan bola itu benar-benar akan sampai ke arah dua pemain itu.

Selain itu, dengan lemparan ke dalam tidak ada peraturan off-side sehingga pemain Stoke bisa memadati daerah penalti lawan.


Dibanding tembakan bebas, lemparan ke dalam juga lebih efektif. Awal tembakan bebas dimulai dengan bola yang menyentuh tanah. Butuh ruang di depan bola--kadang diganggu pagar betis pemain lawan--agar bola bisa melambung.


Kemungkinan besar, Delap memiliki kemampuan ini karena saat masih bersekolah, ia juga atlit lempar lembing. Bahkan popularitas Delap belakangan ini memunculkan isu bahwa ia akan dipanggil lagi oleh komite Olimpiade Irlandia untuk cabang lempar lembing. Meski Delap mengatakan, "Saya tidak tahu bagaimana omongan itu bisa muncul."

Ni gan kalau mau liat vidionya.