Pada zaman dulu, seseorang akan dibayar untuk mengoperasikan alat khusus untuk mendengar jika ada pesawat musuh datang. Alat ini dapat membantu melacak seluruh benda yang terbuat dari besi yang berkeliaran di atas awan.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, peralatan itu sekarang sudah masuk museum, digantikan radar yang bekerja secara otomatis dan dikendalikan komputer.

Bagi para penggemar bowling, termasuk para peboling profesional, tentu foto di atas mengherankan. Benarkah pin-pin bowling masa lalu memang harus ditata manusia secara manual?

Tentu saja benar. Silakan ditanyakan kepada kakek Anda yang kebetulan tinggal di kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya: tiga kota di Indonesia yang dulu berjaya dalam olahraga bowling. Pin-pin ini ditata oleh petugas khusus.

Kalau sekarang, begitu bola digelindingkan dan pin-pin berjatuhan, maka dalam hitungan detik pintu pin akan tertutup, lalu terbuka kembali dengan tampilan semua pin sudah rapi kembali.

Jauh sebelum kulkas ditemukan, orang zaman dahulu akan mengumpulkan es-es pada musim dingin untuk berbagai keperluan. Namun, tentu saja tidak semua orang punya waktu untuk melakukannya.

Tidak mengherankan jika beberapa orang rela bersusah-payah memotong balok-balok es di jalan dan menjualnya kepada mereka yang membutuhkan.

Pemotongan dilakukan dengan cara digergaji. Pekerjaan seperti ini juga dijumpai di Indonesia, dalam hal ini di pabrik pembuatan balok es batu. Pabrik seperti ini masih ada, untuk konsumsi nelayan dan para pedagang minuman keliling, tetapi pemotongan sudah menggunakan mesin gergaji.

Tikus termasuk salah satu hewan yang paling menjijikkan, sejak dulu hingga sekarang. Saat ini sudah banyak teknologi penangkap dan pembasmi tikus, entah menggunakan jebakan (trap) maupun racun tikus.

Namun, pada masa lalu, orang-orang belum mengenal cara-cara seperti itu. Akibatnya, orang-orang meminta jasa khusus dari seseorang yang berprofesi sebagai penangkap tikus. Mereka adalah orang-orang yang sudah terlatih untuk tidak jijik terhadap tikus. dan mampu memburu dan membasminya dengan cara dipukul, dipanah, dan ditangkap dengan tangan kosong.

Dulu, sebelum ditemukan weker dan alarm seperti sekarang, orang-orang menggunakan jasa “alarm berjalan”. Mereka akan membangunkan kita pada waktu yang diinginkan.

Setelah terjadi kesepakatan soal bayaran, alarm berjalan ini akan berjalan kaki berkeliling kampung, hanya untuk membangunkan kliennya. Caranya?
mengetuk-ngetuk jendela kamar atau pintu rumah kliennya sampai bangun. Jika klien tidur di lantai dua, petugas ini akan menggunakan galah untuk mengetuk jendela kamarnya. Kasihan ya…

Lampu-lampu penerangan jalan pada zaman dulu tak menggunakan listrik seperti sekarang. Lampu-lampu tersebut menyala karena menggunakan minyak dan harus dihidupkan satu per satu secara manual setiap hari.
Mengingat banyaknya lampu yang harus dikelola, pemerintah kota akan mempekerjakan beberapa orang untuk menyalakannya setiap hari. Wah, nggak capek tuh?

Inilah pekerjaan masa lalu yang masih bisa dijumpai sampai sekarang, termasuk di Indonesia. Profesi pembongkar makam ini jarang diminati, karena menyeramkan. Makanya, hanya orang pemberanilah yang mau menekuni pekerjaan ini.

Biasanya para pembongkar makam bekerja pada kampus-kampus yang memiliki fakultas kedokteran. Tugasnya membongkar makam, mengambil mayat-mayat yang belum terlalu hancur, untuk dijadikan cadaver atau bahan praktek bagi para calon dokter.

Pekerjaan mereka legal, karena pihak kampus selalu memberitahu pemerintah tentang aktivitasnya. Profesi pembongkar makam, bagaimana pun, ikut andil dalam perkembangan kedokteran. Ya, tanpa mereka, tak akan pernah ada calon dokter yang bisa mengobservasi jasad manusia.