- Beranda
- The Lounge
WorkaHolic VS WorkaFrolic
...
TS
esaripudin
WorkaHolic VS WorkaFrolic
Spoiler for dijamin kagak repsol gan:
Spoiler for pendapat ane gan:
Mungkin sudah tidak asing dengan kata gila kerja atau yang nama kerenya itu workaholic, tentu yang terbayang oleh kita adalah seseorang yang selalu kerja, dengan penuh tekanan, serius, susah diajak becanda, diajak hangout apalagi.
Orang yang gila kerja orang yang bekerja ekstra keras dibanding dengan orang lain, orang lain pada tenggo (begitu jam 5 langsung pulang) dia tidak bergeming di tempat kerjanya, terus typing, baca laporan, menelaah, serius, susah banget rasanya melihat dia tertawa, jangan tertawa deh tersenyum aja susahnya minta ampun, itu dikarenakan pengaruh serius bangetnya dia dalam bekerja.
pulang larut malam sudah tidak aneh lagi buat dia, pokoknya kerja terusssss, boleh dibilang jangankan untuk hangout atau sekedar ngobrol bercanda ria disela-sela jam kerja atau jam istirahat bahkan makanpun dia lakukan sambil bekerja, sepertinya istirahat itu hanya tidur saja baginya.
memang berbanding lurus banget dengan penghasilannya karena kefokusanya dalam bekerja dia tentu mendapatkan finansial yang luarbiasa karena ketekunan dan kekhusuannya dalam bekerja.
namun sayang hal itu tidak akan berlangsung lama, loh kenapa???
ya bagaimana tidak! makan tidak teratur, istirahat tidak teratur, kurang asupan gizi yang memadai, kurang minum, bahkan kurang kasih sayang dan perhatian karena terlalu fokus orang-orang merasa segan untuk mendekatinya, jangankan mendekatinya menyapanya pun terasa sangat canggung.
apa yang terfikirkan ketika hal itu terjadi?
kesehatan menurun, hubungan sosial tidak bagus, ketika menghadapi kesulitan dihadapi sendiri potensi depresi sangat tinggi karena tidak di share atau dikeluarkan akhirnya menjadi penyakit jantung, paru2, struck dll.
percuma bukan setelah bekerja mati2an dengan melupakan kesehatan dan ternyata pada akhirnya berusaha menggunakan uang semuanya untuk mempertahankan kesehatan, sungguh miris bukan semoga kita tidak demikian adanya.
sebenarnya kita bisa menjadi “gila kerja” yang positif yang kita kenal dengan pecinta kerja.
loh apa bedanya antara orang yang gila kerja/workaholic dengan pecinta kerja/workafrolic????
tentu berbeda adanya sangat2 fundamental sekali perbedaanya, jika orang yang gila kerja melupakan segalanya dan menyia-nyiakan orang-orang yang dicintainya. sedangkan orang yang pecinta kerja dia memanfaatkan segalanya untuk membantunya dalam menyelesaikan pekerjaanya, dia tidak lupa hak2 tubuhnya baik makan ataupun istirahat, hubungan sosialnya baik karena dia tidak pernah tidak selalu mengawali menyapa pegawai lain dengan senyuman, atmosfir yang dia keluarkan pun menjadikan orang lain semangat bekerja juga.
motivasinya sungguh mulia, dia bekerja karena kecintaanya kepada keluarga, kecintaanya kepada kawan2nya selalu membawa suasana yang menyenangkan dan menenangkan.
ketika orang2 sedang down karena kerjaan banyak, sulit, dan belum menemukan solusinya, dia menjadi penghibur sekaligus penyemangat walau dia sendiri sedang menghadapi hal yang sama yaitu banyak kerjaan.
hidup pecinta kerja akan menyenangkan karena pekerjaan selesai, hubungan sosial baik, dan di cintai banyak orang.
tidakkah akan menambah panjang umur ketika kita menjalani hidup ini dengan suka cita.
HIDUP ADALAH PILIHAN
PILIH WorkaHOLIC atau WORKAFROLIC
TUA ITU ADALAH SUATU KEPASTIAN
DEWASA ITU PILIHAN
BAHAGIA DAN SEDIH ADALAH PILIHAN….
Office, 20 September 2012
after type the paper
Orang yang gila kerja orang yang bekerja ekstra keras dibanding dengan orang lain, orang lain pada tenggo (begitu jam 5 langsung pulang) dia tidak bergeming di tempat kerjanya, terus typing, baca laporan, menelaah, serius, susah banget rasanya melihat dia tertawa, jangan tertawa deh tersenyum aja susahnya minta ampun, itu dikarenakan pengaruh serius bangetnya dia dalam bekerja.
pulang larut malam sudah tidak aneh lagi buat dia, pokoknya kerja terusssss, boleh dibilang jangankan untuk hangout atau sekedar ngobrol bercanda ria disela-sela jam kerja atau jam istirahat bahkan makanpun dia lakukan sambil bekerja, sepertinya istirahat itu hanya tidur saja baginya.
memang berbanding lurus banget dengan penghasilannya karena kefokusanya dalam bekerja dia tentu mendapatkan finansial yang luarbiasa karena ketekunan dan kekhusuannya dalam bekerja.
namun sayang hal itu tidak akan berlangsung lama, loh kenapa???
ya bagaimana tidak! makan tidak teratur, istirahat tidak teratur, kurang asupan gizi yang memadai, kurang minum, bahkan kurang kasih sayang dan perhatian karena terlalu fokus orang-orang merasa segan untuk mendekatinya, jangankan mendekatinya menyapanya pun terasa sangat canggung.
apa yang terfikirkan ketika hal itu terjadi?
kesehatan menurun, hubungan sosial tidak bagus, ketika menghadapi kesulitan dihadapi sendiri potensi depresi sangat tinggi karena tidak di share atau dikeluarkan akhirnya menjadi penyakit jantung, paru2, struck dll.
percuma bukan setelah bekerja mati2an dengan melupakan kesehatan dan ternyata pada akhirnya berusaha menggunakan uang semuanya untuk mempertahankan kesehatan, sungguh miris bukan semoga kita tidak demikian adanya.
sebenarnya kita bisa menjadi “gila kerja” yang positif yang kita kenal dengan pecinta kerja.
loh apa bedanya antara orang yang gila kerja/workaholic dengan pecinta kerja/workafrolic????
tentu berbeda adanya sangat2 fundamental sekali perbedaanya, jika orang yang gila kerja melupakan segalanya dan menyia-nyiakan orang-orang yang dicintainya. sedangkan orang yang pecinta kerja dia memanfaatkan segalanya untuk membantunya dalam menyelesaikan pekerjaanya, dia tidak lupa hak2 tubuhnya baik makan ataupun istirahat, hubungan sosialnya baik karena dia tidak pernah tidak selalu mengawali menyapa pegawai lain dengan senyuman, atmosfir yang dia keluarkan pun menjadikan orang lain semangat bekerja juga.
motivasinya sungguh mulia, dia bekerja karena kecintaanya kepada keluarga, kecintaanya kepada kawan2nya selalu membawa suasana yang menyenangkan dan menenangkan.
ketika orang2 sedang down karena kerjaan banyak, sulit, dan belum menemukan solusinya, dia menjadi penghibur sekaligus penyemangat walau dia sendiri sedang menghadapi hal yang sama yaitu banyak kerjaan.
hidup pecinta kerja akan menyenangkan karena pekerjaan selesai, hubungan sosial baik, dan di cintai banyak orang.
tidakkah akan menambah panjang umur ketika kita menjalani hidup ini dengan suka cita.
HIDUP ADALAH PILIHAN
PILIH WorkaHOLIC atau WORKAFROLIC
TUA ITU ADALAH SUATU KEPASTIAN
DEWASA ITU PILIHAN
BAHAGIA DAN SEDIH ADALAH PILIHAN….
Office, 20 September 2012
after type the paper
Spoiler for ciri2 workaholic:
nda-Anda yang terbiasa bekerja keras, apalagi merasa menjadi seorang profesional yang bertanggung jawab penuh pada tugas, jangan terburu-buru mengatakan, “What’s wrong dengan bekerja keras?”. Karena ada perbedaan nyata antara seorang profesional dengan seorang workaholic.
Perbadaan utama itu terletak pada keseimbangan. Seorang profesional, mampu memberikan porsi waktu dan pikirannya pada aspek-aspek kehidupan selain pada pekerjaannya. Sementara si workaholic, karier dan pekerjaannya tidak dapat ia pisahkan dari aktivitas lain yang ia lakukan dalam hidupnya. Lebih jauh, ia kurang mampu melihat, pekrejaan sesungguhnya hanyalah satu aspel saja dalam hidupnya. Sehingga apa yang ia kerjakan akan menentukan, siapa dirinya. Biasanya, salah satu ciri-ciri ini akan tampak menonjol pada seorang workaholic. Sedang ciri lainnya sebagai berikut:
1. Seorang workaholic punya obsesi untuk selalu menyibukkan dirinya.
Artinya, ia terpaku pada keinginan untuk selalu sibuk. Orang ini sebenarnyaa berada dalam kecemasan tinggi dan selalu dikejar oleh perasaan ada hal penting uang harus segera dikerjakan. Kalu toh, secara nyata tak ada yang jarus ia kerjakan, dengan segera, ia akan mencari-cari kesibukan lain yang bisa “memelihara” kecemasannya tadi !
Biasanya mereka punya beberapa tanggung jawab sekaligus dan menikmati sekali kalau lingkungan mengatakan, “Wah, bagaimana ya membagi waktunya?” Kenyataaan ini akan menjadi makinparah, kalau ia juga memiliki kecenderungan perfeksionis yang besar, karena selain sibuk, ia juga ingin kesempurnaan dalam segala detail pekerjaan yang ia tangani.
Salah satu hal yang paling menonjol pada dirinya, adalah ia selalu merasa, waktu luang adalah sama dengan “buang-uang waktu saja”. Karena ia cenderung mempertahankan tempo kerja tinggi, orang lain di lingkungannya akan dengan mudah dilihatnya seperti kura-kura saja. Akibatnya, muncullah sifat tidak sabar pada lingkungannya.
Sebagai ayah, ia adalah ayah yang pemarah karena anaknya setiap pagi lamban menyiapkan diri ke sekolah. Marah pada istri yang berdandannya lama (padahal nebeng mobil suami) dan berang pada penjaga pompa bensin yang lamban mengisi tangki bensinnya. Marah, tergesa-gesa, dan tidak mau membuang waktu tanpa melakukan apa-apa! Begitulah ciri pertama si workaholic.
2. Seorang workaholic punya kebutuhan untuk mengontrol semua hal.
Ia lebih suka mengerjakan segala sesuatu seorang diri, sebenarnya. Lazimnya karena ia memang bekerja lebih keras dari para pekerja lainnya. Ia akan dengan segera menduduki posisi manajerial. Di sini akan segera terlihat, sukar sekali baginya mendelegasikan tugas pada orang lain. Ia merasa akan lebih efisien kalau pekerjaan dilakukan seorang diri. Maka, bila diminta bekerja dalam tim, biasanya, ia akan kurang mampu menyesuaikan diri dengan kelompoknya.
3. Hanya puas dengan kesempurnaan
Bila Anda harus bekerja sama dengannya, jangan berharap ia mudah puas akan hasil pekerjaan Anda! Kritik mereka biasanya “merembet” ke hal-hal kecil dalam pekerjaan ataupun diri Anda. Sebagai pasangan hidup kritiknya pun cenderung pada hal-hal kecil yang untuk orang kebanyakan sebenarnya sepele saja, tetapi untuknya lalu terlihat penting sekali.
Karena ia sendiri menetapkan standar yang tinggi untuk keberhasilan tugasnya, dapat diduga kalau ia tak mudah puas dengan apa yang telah dicapai oleh teman sekerja ataupun bawahannya. Makanya ia selalu menuntut orang untuk menampilkan kinerja sebenarnya kriterianya tidak realistik.
4. Seorang workaholic biasanya sukar menjalin hubungan yang mendalam dengan orang lain.
Walaupun tahu bagaimana cara mempertahankan minta dan daya juang untuk mencapai cita-cita pekerjaannya, biasanya ia sudak tak punya “daya” untuk mempertahankan kelangsungan kehangatan dan kedalaman hubungan dengan istri, teman dekat, dan orang-orang terdekat di lingkungannya.
Lebih mendasar lagi, yang ada dalam benak seorang workaholic adalah kepercayaan di dasar hatinya, ia memang tak bisa bersandar, atau mengharap pada siapa pun di dunia ini, kecuali pada dirinya sendiri! Pada awalnya, kita bisa saja melihatnya sebagai individu yang agak-agak “misterius” atau penyendiri. Tetapi setelah kita bergaul cukup mendalam, segera terasa sesungguhnya ia memang dingin dan sukar menjalin komitmen (keterikatan) yang didasari oleh perasaan kesetaraan (perasaan ia memiliki “derajat” yang sama dengan orang lain karena ia memang merasa “lebih dari orang lain”).
Kondisinya berdampak paling serius terhadap ikatan erkimpoian (atau pacaran) karena biasanya ia memandang CINTA sebagai sesuatu yang tidak ada granisnya (bahwa kalau tidak ada garansi tertentu. Ia akan juga mendapat sejumlah itu dari pasangannya). Karena itulah, secara tidak sadar, ia selalu membentengi dirinya agar tidak terlalu dalam terlibat dalam mencintai orang lain.
Padangan hidupnya biasanya kan merasakan gejala ini sebagai perasaan dengannya karena ia sebenarnya “takut” kehilangan kontrol atas dirinya kalau ia terlibat terlalu dalam dengan pasangan hidupnya.
Editor: SASTROY BANGUN
Perbadaan utama itu terletak pada keseimbangan. Seorang profesional, mampu memberikan porsi waktu dan pikirannya pada aspek-aspek kehidupan selain pada pekerjaannya. Sementara si workaholic, karier dan pekerjaannya tidak dapat ia pisahkan dari aktivitas lain yang ia lakukan dalam hidupnya. Lebih jauh, ia kurang mampu melihat, pekrejaan sesungguhnya hanyalah satu aspel saja dalam hidupnya. Sehingga apa yang ia kerjakan akan menentukan, siapa dirinya. Biasanya, salah satu ciri-ciri ini akan tampak menonjol pada seorang workaholic. Sedang ciri lainnya sebagai berikut:
1. Seorang workaholic punya obsesi untuk selalu menyibukkan dirinya.
Artinya, ia terpaku pada keinginan untuk selalu sibuk. Orang ini sebenarnyaa berada dalam kecemasan tinggi dan selalu dikejar oleh perasaan ada hal penting uang harus segera dikerjakan. Kalu toh, secara nyata tak ada yang jarus ia kerjakan, dengan segera, ia akan mencari-cari kesibukan lain yang bisa “memelihara” kecemasannya tadi !
Biasanya mereka punya beberapa tanggung jawab sekaligus dan menikmati sekali kalau lingkungan mengatakan, “Wah, bagaimana ya membagi waktunya?” Kenyataaan ini akan menjadi makinparah, kalau ia juga memiliki kecenderungan perfeksionis yang besar, karena selain sibuk, ia juga ingin kesempurnaan dalam segala detail pekerjaan yang ia tangani.
Salah satu hal yang paling menonjol pada dirinya, adalah ia selalu merasa, waktu luang adalah sama dengan “buang-uang waktu saja”. Karena ia cenderung mempertahankan tempo kerja tinggi, orang lain di lingkungannya akan dengan mudah dilihatnya seperti kura-kura saja. Akibatnya, muncullah sifat tidak sabar pada lingkungannya.
Sebagai ayah, ia adalah ayah yang pemarah karena anaknya setiap pagi lamban menyiapkan diri ke sekolah. Marah pada istri yang berdandannya lama (padahal nebeng mobil suami) dan berang pada penjaga pompa bensin yang lamban mengisi tangki bensinnya. Marah, tergesa-gesa, dan tidak mau membuang waktu tanpa melakukan apa-apa! Begitulah ciri pertama si workaholic.
2. Seorang workaholic punya kebutuhan untuk mengontrol semua hal.
Ia lebih suka mengerjakan segala sesuatu seorang diri, sebenarnya. Lazimnya karena ia memang bekerja lebih keras dari para pekerja lainnya. Ia akan dengan segera menduduki posisi manajerial. Di sini akan segera terlihat, sukar sekali baginya mendelegasikan tugas pada orang lain. Ia merasa akan lebih efisien kalau pekerjaan dilakukan seorang diri. Maka, bila diminta bekerja dalam tim, biasanya, ia akan kurang mampu menyesuaikan diri dengan kelompoknya.
3. Hanya puas dengan kesempurnaan
Bila Anda harus bekerja sama dengannya, jangan berharap ia mudah puas akan hasil pekerjaan Anda! Kritik mereka biasanya “merembet” ke hal-hal kecil dalam pekerjaan ataupun diri Anda. Sebagai pasangan hidup kritiknya pun cenderung pada hal-hal kecil yang untuk orang kebanyakan sebenarnya sepele saja, tetapi untuknya lalu terlihat penting sekali.
Karena ia sendiri menetapkan standar yang tinggi untuk keberhasilan tugasnya, dapat diduga kalau ia tak mudah puas dengan apa yang telah dicapai oleh teman sekerja ataupun bawahannya. Makanya ia selalu menuntut orang untuk menampilkan kinerja sebenarnya kriterianya tidak realistik.
4. Seorang workaholic biasanya sukar menjalin hubungan yang mendalam dengan orang lain.
Walaupun tahu bagaimana cara mempertahankan minta dan daya juang untuk mencapai cita-cita pekerjaannya, biasanya ia sudak tak punya “daya” untuk mempertahankan kelangsungan kehangatan dan kedalaman hubungan dengan istri, teman dekat, dan orang-orang terdekat di lingkungannya.
Lebih mendasar lagi, yang ada dalam benak seorang workaholic adalah kepercayaan di dasar hatinya, ia memang tak bisa bersandar, atau mengharap pada siapa pun di dunia ini, kecuali pada dirinya sendiri! Pada awalnya, kita bisa saja melihatnya sebagai individu yang agak-agak “misterius” atau penyendiri. Tetapi setelah kita bergaul cukup mendalam, segera terasa sesungguhnya ia memang dingin dan sukar menjalin komitmen (keterikatan) yang didasari oleh perasaan kesetaraan (perasaan ia memiliki “derajat” yang sama dengan orang lain karena ia memang merasa “lebih dari orang lain”).
Kondisinya berdampak paling serius terhadap ikatan erkimpoian (atau pacaran) karena biasanya ia memandang CINTA sebagai sesuatu yang tidak ada granisnya (bahwa kalau tidak ada garansi tertentu. Ia akan juga mendapat sejumlah itu dari pasangannya). Karena itulah, secara tidak sadar, ia selalu membentengi dirinya agar tidak terlalu dalam terlibat dalam mencintai orang lain.
Padangan hidupnya biasanya kan merasakan gejala ini sebagai perasaan dengannya karena ia sebenarnya “takut” kehilangan kontrol atas dirinya kalau ia terlibat terlalu dalam dengan pasangan hidupnya.
Editor: SASTROY BANGUN
Spoiler for sumber:
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=267373:ciri-ciri-seorang-workaholic&catid=54:gaya-hidup&Itemid=84
Spoiler for workafrolic itu:
MIZAN.COM - Apakah Anda kecanduan bekerja dan kerap disebut oleh sahabat sebagai workaholic? Sebagian orang barangkali tidak suka mendapat julukan workaholic. Sebagian lainnya santai-santai saja, bahkan mungkin merasa senang dianggap sebagai orang yang gemar bekerja. Bukan pemalas.
Tapi, julukan ini kemudian jadi berkonotasi kurang bergengsi, khususnya sejak muncul istilah workafrolic. Ditemukan (to be coined) oleh Richard St. John pada tahun 2005, workafrolic punya makna sebagai orang yang bekerja keras karena ia mencintai apa yang ia kerjakan dan ia juga merasa senang melakukannya.
Istilah workafrolic merupakan hasil perpaduan dua kata, yakni ‘work’ dan ‘frolic’. Frolic mempunyai makna terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan seolah bermain. Ada passion di dalamnya, ada kecintaan, rasa senang, melakukannya dengan sepenuh hati.
Misalnya saja, ada orang yang tenggelam dalam aktivitas fotografi hingga 10 jam sehari�”memotret, menyunting foto, menyimpannya, dsb. Meski profesinya memang fotografer dan editor foto, tapi ia melakukannya bukan semata sebagai pencaharian, tapi ia memang mencintai fotografi.
Passion itulah yang membedakan workafrolic dari workaholic, karena workaholic lantas ditafsirkan sebagai bekerja keras lebih dikarenakan alasan-alasan lain. Seseorang menjadi workaholic bisa jadi karena ia memang harus bekerja keras dan belum punya pilihan lain.
Nah, Anda merasa seorang workaholic atau workafrolic? (Dian Basuki)
Tapi, julukan ini kemudian jadi berkonotasi kurang bergengsi, khususnya sejak muncul istilah workafrolic. Ditemukan (to be coined) oleh Richard St. John pada tahun 2005, workafrolic punya makna sebagai orang yang bekerja keras karena ia mencintai apa yang ia kerjakan dan ia juga merasa senang melakukannya.
Istilah workafrolic merupakan hasil perpaduan dua kata, yakni ‘work’ dan ‘frolic’. Frolic mempunyai makna terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan seolah bermain. Ada passion di dalamnya, ada kecintaan, rasa senang, melakukannya dengan sepenuh hati.
Misalnya saja, ada orang yang tenggelam dalam aktivitas fotografi hingga 10 jam sehari�”memotret, menyunting foto, menyimpannya, dsb. Meski profesinya memang fotografer dan editor foto, tapi ia melakukannya bukan semata sebagai pencaharian, tapi ia memang mencintai fotografi.
Passion itulah yang membedakan workafrolic dari workaholic, karena workaholic lantas ditafsirkan sebagai bekerja keras lebih dikarenakan alasan-alasan lain. Seseorang menjadi workaholic bisa jadi karena ia memang harus bekerja keras dan belum punya pilihan lain.
Nah, Anda merasa seorang workaholic atau workafrolic? (Dian Basuki)
Spoiler for sumur gan awas dalem:
http://mizan.com/news_det/workaholic-atau-workafrolic.html
maaf yaa gan kalo masih berantakkan
0
2.1K
Kutip
5
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru