Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gogon80Avatar border
TS
gogon80
[siti zuhro mencla mencle] Serangan kepada Jokowi Tak "Dibeli" Publik


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Joko Widodo menjadi sasaran tembak. Sepak terjang di pemerintahannya menyedot komentar miring. Mulai dari, sebut saja Ruhut Sitompul, hingga Amien Rais menyatakan Jokowi tak sebaik yang diberitakan di media massa. Namun, publik tetap membelanya. Serangan malah berbalik kepada Ruhut dan Amien. Mengapa kondisi tersebut bisa terjadi?

Pengamat politik LIPI Siti Zuhro mengungkapkan, serangan pernyataan tersebut tak lepas dari konteks perebutan kekuasaan pada Pemilu Presiden 2014 mendatang. Semua elite, tokoh, pejabat, dan lain-lain yang memiliki kepentingan untuk masuk ke dalam sebuah kompetisi politik rela menciptakan opini tertentu di masyarakat.

"Tapi nyatanya komentar-komentar mereka itu istilahnya tidak "dibeli" sama publik. Karena apa? ya karena civil society sudah menjatuhkan pilihan mereka kepada Jokowi. Dia punya bukti kerja yang konkret daripada yang lain," ujar Siti ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (29/9/2013).

Siti mengatakan, dalam kompetisi politik, elite dan tokoh di Indonesia dianggap masih learning by doing dalam mencari isu atau wacana untuk jadi bahan pertarungan. Sayangnya, terkadang isi pernyataan para elite tersebut tak substantif. Kerap kali, sensasi lebih diutamakan daripada isi, sambil berharap komentarnya mendikte publik.

Contohnya, lanjut Siti, ya seperti yang keluar dari mulut Ruhut Sitompul dan Amien Rais. Ruhut menuding Jokowi tak lebih baik dari pemimpin Jakarta sebelumnya, atas dasar Ibu Kota masih macet dan banjir. Amien menyamakan Jokowi dengan bintang film yang jadi Presiden Filipina, Joseph Estrada. Jokowi dianggap dipilih menjadi Gubernur DKI Jakarta hanya karena popularitas.

Lantas, apa yang terjadi? Koran, televisi, media elektronik, bukannya menayangkan kebutuhan publik, malah terpaksa memunculkan wacana murahan, debat saling menjatuhkan secara personal. Tentu kondisi tersebut, kata dia, tidak memberikan pendidikan demokrasi yang baik bagi masyarakat.

"Harusnya, kompetisi politik itu mengarah pada konsolidasi demokrasi yang baik antara tokoh. Namun, yang terjadi malah pembelokan konsolidasi itu. Semua statement terdistorsi," ujarnya.

sumur : http://megapolitan.kompas.com/read/2....Dibeli.Publik

Komen ane :
Kok kontra diktif ama treat sebelah : http://www.kaskus.co.id/thread/53018...u-orang-sakit/

Punya gelar doktor nih komentator politik lho, tapi kok mencla mencle. esuk dele sore tempe. ngarti ora son
emoticon-Ngakak
0
3.1K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.5KThread41.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.