Jakarta -Mantan Menteri Perdagangan (Mantan Mendag) Gita Wirjawan menyampaikan pengakuan yang mengejutkan di akhir-akhir masa kepemimpinannya sebagai Mendag.Ia mengaku awal menjadi mendag sempat tak bisa membedakan antara beras biasa dengan beras ketan.
"Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman di Kemendag sejak Oktober 2011, banyak yang dilakukan termasuk membedakan ketan dan beras ketika kunjungan ke pasar tradisional," ucap Gita serius, di depan para pegawai dan pejabat Kementerian Perdagangan di Jalan Ridwan Rais Jakarta, Jumat (14/02/2014).
Gita berterima kasih kepada para pegawai Kemendag yang telah membantunya bertugas selama 2 tahun 3 bulan. Berkat bantuannya para bawahannya, Gita bisa mengerti cara membedakan ketan dan beras.
Selain itu, para pejabat Kemendag juga telah membantu Gita memahami perdagangan internasional dan perlindungan konsumen di dalam negeri.
"Diskusi dan kursus tentang perlindungan konsumen dan perdagangan luar negeri serta metrologi dan hal-hal yang membantu saya untuk kepentingan Kemendag. Rekam jejak dalam 2 tahun 3 bulan ini sudah ada kepuasan batin dan bapak sekalian saya berdiri di atas panggung dengan rasa bangga, hormat dan sedih. Walau ini adalah pilihan saya ke depan, dan bapak-bapak hormati pilihan saya," imbuhnya.
Gita pun memberikan pesan khusus kepada Muhammad Lutfi sebagai Mendag baru yang akan bertugas 7 bulan ke depan menggantikannya.
"Pak Lutfi, Insya Allah amanah semakin baik, lancar, dan dapat menindaklanjuti hal-hal yang cukup bersejarah seperti WTO dan UU Perdagangan. Semoga dengan Pak Lutfi semakin berjaya dan bersinar kemendag. Mohon maaf dan izin kepergian saya dari Kemendag. You are my family. Saya bisa ambil hikmah saat di Kemendag. Hikmah itu bisa saya ambil untuk ke depan," jelasnya.
Kalau beras Vietnam, apakah karena tak bisa bedakan antara jenis premium dan medium?
Atau dikibuli importir, beras umum di paking jadi premium?
Atau penjabat tutup mata, kongkalikong, wani piro atau itu bisa diatur?
Banyak pertanyaan dilontarkan dan penjabat terkait malah saling lempar tanggung jawab, parahnya malah melempar sejuta tanya tanpa jawab, ..... terus .... yang tanggung jawab siapa? masyarakatpun tepok jidat antara marah, bingung dalam seribu tanya tanpa jawab pula. Sementara petani dalam lusuh tetap kerja seperti biasa, bukan tak perduli tapi memang mereka tak tahu apa yg sedang terjadi.
BLUSUKAN di pasar bukan kegiatan yang terlalu aneh bagi para menteri. KedatanganMenteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, ditemani Wakil Menteri Perekonomian Bayu Krisnamurthi, ke pusat perdagangan beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, dua pekan lalu menjadi seperti biasa. Tapi, dalam kunjungan dadakan yang disertai wartawan itu, tiba-tiba seorang pengurus Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, Billy Harianto, muncul dan mengadukan beras impor yang labelnya premium tapi harganya lebih miring dari premium lokal. “Harganya lebih murah Rp 500 (per kilogram),” katanya menunjuk karung-karung beras dengan cap “AAA” dan “Apple” yang disebut beras premium impor dari Vietnam itu. “Ini kan bikin harga (premium lokal yang saya jual menjadi) jatuh.”
Pengaduan Billy ini pun berbuntut panjang. Impor beras memang hanya boleh dilakukan oleh Bulog agar pengawasan jadi lebih mudah. Impor dibatasi agar petani lokal tetap bersemangat menanam makanan pokok ini. Tapi Bulog akan mengimpor beras agar harga tidak terlalu tinggi, sehingga terjangkau semua lapisan masyarakat. Swasta hanya diizinkan mengimpor beras mahal, di antaranya beras Jepang, Basmati, Thai Mom Mali (beras wangi Thailand atau kadang disebut beras Jasmine), beras berkadar gula rendah, sampai tepung beras. Beras-beras ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus, seperti rumah makan, hotel, dan rumah sakit. Penjualannya pun terbatas.
Quote:
Ternyata beras import Vietnam yg katanya berjenis premium dijual lebih murah dari harga beras premium lokal, akal-2 an importir dan menipu konsumen ?
Spoiler for :
Beras premium ini harganya di atas Rp 11 ribu per kilogram atau lebih mahal daripada beras premium lokal—seperti Pandan Wangi—yang harganya Rp 9.000-10.500 per kilogram. Tidak aneh bila Billy terheran-heran melihat ada beras premium impor yang harganya lebih murah daripada premium lokal.
Secara fisik dengan mata telanjang, mata orang awam memang agak kesulitan membedakan beras premium atau bukan. Bedanya terlalu tipis untuk mata yang tidak terlatih. Meski demikian, kata Ahok, pemilik salah satu toko beras di Cipinang, PD Fajar Usaha, “Satu bulan di Cipinang juga pasti bisa membedakan beras impor kualitas medium dan premium.”
Berdasarkan harganya, Ahok tidak percaya beras yang diributkan itu masuk kategori premium seperti dituliskan pada karungnya karena harganya murah. “Beras premium dijual murah itu logikanya tidak masuk,” kata Ahok. “Mana ada pedagang mau jual rugi? Itu jelas beras medium.”
Jika importir ingin nakal juga gampang. Beras impor itu tinggal dicampur dengan beras lokal yang murah sehingga harganya bisa miring. Atau, cara nakal lain, menambahkan bau bahan kimia pada beras impor dan diberi cap premium. Apalagi membuat kemasan karung beras tidak susah. “Bikin tulisan karung beras itu gampang,” kata Ahok.
Sebaliknya, laboratorium Sucofindo, lembaga surveyor, menyebutkan beras itu masuk kategori premium karena hanya satu item yang masuk kategori medium, yakni persentase jumlah menir (bubuk beras). Menurut Sucofindo, bisa jadi itu akibat penyimpanan yang terlalu lama. Hanya, jika Sucofindo benar, penyebab murahnya harga belum terpecahkan.
Kementerian Perdagangan pun memeriksa tiga importir yang membawa beras Vietnam itu ke Indonesia. Pemerintah juga memperluas pemeriksaan. “Pemeriksaannya kami perluas bukan hanya pada tiga importir yang memasok beras merek AAA dan Apple itu saja,” kata Bayu. Kementerian Pertanian, yang salah satu tugasnya memberi izin impor beras kepada perusahaan tertentu, sudah punya ancang-ancang jika terbukti ada yang bermain impor beras murah. “Jika terbukti ada yang sengaja mengimpor
beras medium, importir itu akan masuk blacklist dan tidak mendapat rekomendasi impor dari Kementerian Pertanian,” kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan.
Pemerintah, dalam rapat koordinasi pada Kamis, 6 Februari lalu, merancang cara agar urusan impor beras ini tidak meledak seperti sekarang. Salah satu caranya adalah membagi kode tarif menjadi dua. Satu untuk impor beras umum dan satunya lagi nomor impor bagi beras khusus yang diperuntukkan bagi rumah makan, hotel, atau orang asing.
Quote:
Ini Sudah Terlalu Dipolitisasi!
Spoiler for :
JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon Presiden dari Partai Demokrat Gita Wirjawan menilai persoalan impor beras dari Vietnam dipolitisasi karena dikaitkan dengan pengunduran dirinya sebagai Menteri Perdagangan. Padahal, menurut Gita, faktanya berdasarkan hasil uji dua laboratorium, beras yang beredar di pasar induk Cipinang adalah jenis premium, bukan medium seperti yang diisukan.
"Tentunya ini membuktikan bahwa sangat dipolitisir beberapa hari terakhir ini. Bahkan, ada juga teman-teman yang politisasi seakan-akan ini kaitannya ada dengan keputusan saya mengundurkan diri. Ini semakin lucu aja," kata Gita di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (4/2/2014).
Gita menegaskan, pengunduran dirinya dari Kabinet karena ingin fokus di Konvensi Partai Demokrat. Gita menolak disebut lari dari tanggung jawab sebagai menteri.
Selain itu, menurut Gita, bukan kali ini saja muncul kisruh di Kementerian Perdagangan yang bermuatan politis. Sebelumnya, kata dia, ada tuduhan dugaan penyelewengan bawang putih impor dan kedelai.
“Sebelum beras apa? kedelai. Sebelum kedelai apa? bawang putih. Sebelum itu adalah daging sapi. Ya, ini memang sudah ranah politik. Jadinya kalau pun saya di sini, saya juga masih dipolitisir. Kalau saya sudah keluar, seakan-akan dikaitkan,” kata Gita.
Gita mengaku akan menelusuri pihak yang telah menebar isu tersebut. Gita meyakini, setelah ia tak lagi menjabat Menteri Perdagangan, Kementerian pun akan mampu menyelesaikan masalah tersebut.
“Saya akan telusuri siapa ini yang punya kepentingan untuk mempolitisir hal-hal seperti ini. Dan saya selama ini berkeyakinan kelembagaan yang ada di Kemendag ini sangat bisa menyelesaikan urusan-urusan seperti ini. Mungkin pesannya adalah kali kalau mau politisir sesuatu gunakanlah fakta bukan gosip atau rumor,” ujarnya.
Seperti diberitakan, hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Sucofindo dan Pusat Pengawasan Mutu Barang (PPMB) Kementerian Perdagangan menyatakan bila beras yang beredar di pasar induk Cipinang tersebut adalah jenis khusus atau premium.
Meski demikian, hasil pengujian laboratorium dari beras yang beredar di pasar Cipinang tersebut masih sebagian dari tahapan untuk membuktikan keabsahan dari jenis barang yang diizinkan. Setelah ini, Kemendag akan melanjutkan dengan pengujian dari para ahli dan akademisi. http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...muatan.Politis
Sampai saat ini belum ada kejelasan siapa yg bersalah dan yg harus bertanggung jawab, akankah mengikuti arah angin kemana duit bergerak.
Kesimpulan pasrah gw yg bingung :
Kepintaran adalah anugrah dari Allah, ternyata tak dapat bersinergi dengan moral berborok, hasilnya selalu kerusakan dan kerugian, terbukti sudah bahwa Allah tak berkompromi dengan dosa. Selamat menjabat para penjabat !
Diubah oleh duta.pertamax 15-02-2014 00:27
0
3K
Kutip
12
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.5KThread•41.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru