Beliau adalah ratu
Omongannya adalah wacana yg harus disetujui para pengikutnya
Perintahnya adalah titah sang ratu yg harus dipatuhi
Bahkan pernyataan sedikit beliau ditafsirkan sarat arti oleh para punggawanya

Beliau diam bukan politik..karena memang perbendaharaan kata2 intelektualnya tidak sebanyak misalnya : Siti Zuhro, Hendri Saparini, atau Khofifah..
Pidato beliaupun harus dibuatkan teks agar tidak kagok..tidak selugas ayahnya dahulu
Tapi kenyataannya beliau adalah ratu saat ini dipartainya, siapa berani melengserkan beliau? Bahkan SBY sekalipun tidak boleh menyinggung soal dirinya (karena mungkin bekas anak buahnya dulu).
Media2 elektronikpun yg katanya independen tidak sanggup tuk mengundang beliau tuk menjadi bintang tamu atau narasumber (satu yg berhasil yaitu Metro TV dalam acara Kick Andy)
Bu Mega berpolitik bukan pada diamnya, beliau berpolitik yaitu pada saat kapan menentukan bakal Capres dari Internal PDIP yaitu pada saat setelah PILEG.
Kenapa setelah PILEG?
Karena bu Mega ingin melihat elektabilitas suara di pileg dulu dengan Jokowi menjadi elektabilisator, dan kalau ternyata tinggi maka beliaulah yg akan maju menjadi presiden.(Walau ada pengakuan dari beliau kepada Panda Nababan : "Memang aku gak tau malu, aku udah 67 sebentar lagi 68, udah nenek2") dan kalau ternyata rendah suara di pileg akan ada wacana berkoalisi dengan partai lain tuk mengantarkan Jokowi menjadi Capresnya atau Cawapresnya..kita lihat saja
nanti

Update pertanggal 19/5/2014
Buat mbok Mega n Puan..maaf ya! ternyata sementara ini salah menilai anda: