noel18Avatar border
TS
noel18
Tidak Ada Demokrasi Untuk Orang Bodoh
Monggo di baca gan, siapa tau menginpirasi



“Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepentingan atas keputusan tersebut.

Frankly speaking, demokrasi jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi terbatas.

Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi? Bukankah Anda tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, di mana letak bodohnya?

Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kampung itu dikelilingi sungai besar. Satu-satunya akses keluar adalah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil dengan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Mendesak, segera mungkin.

Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil keputusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang itu cara terbaik: demokrasi.

Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan tersebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga malam, ketua kampung memutuskan mengambil keputusan dengan suara terbanyak. Bisa ditebak hasilnya, suara menolak menang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Selesai.

Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba runtuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan sungai, tertimpa batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang harus dibayar dengan suara terbanyak, bukan?

Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Difirmankan Tuhan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi adalah ciptaan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci.

Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara Tuhan. Coba kau bayangkan sebuah kota yang dipenuhi pemabuk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di mana pun. Juga masalah lain seperti pernikahan sesama jenis, kebebasan melakukan aborsi bayi. Bahkan dalam kasus ekstrem jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tindakan legal, maka di mana suara Tuhan?

Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih jelas lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri.”


tulisan diatas diambil dari novel “Negeri di Ujung Tanduk” karangan Darwis Tere Liye, yang mungkin bisa membuat kita sedikit mengerti mengenai demokrasi.

Spoiler for pendapat ane:


kalau pendapat agan2 sekalian gimana nih?
Diubah oleh noel18 13-01-2014 15:13
0
2.8K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.