- Beranda
- The Lounge
Menyoal Pendidikan Indonesia
...
TS
FaizulQomar
Menyoal Pendidikan Indonesia
SELAMAT DATANG
Quote:
BUDAYAKAN KOMEN GAN
Quote:
Kita patut prihatin terhadap kualitas pendidikan di Indonesia yang kian merosot. Di tingkat ASEAN saja, kita sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Dua kekuatan utama pendidikan, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, diikuti kemudian oleh tiga negara di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura. Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai ‘di atas rata-rata’ lebih baik dari Belanda, Selandia Baru, Kanada dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok ranking menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Prancis.
Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia ada hubungannya dengan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia, United Nations Development Programme (UNDP) mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2012 sebesar 0,629. Data yang dirilis oleh UNDP pada Senin, 18 Maret 2013, menunjukkan angka IPM Indonesia sedikit naik dibandingkan di 2011 sebesar 0,624 dan pada 2010 sebesar 0,620.
IPM Indonesia belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Dengan nilai IPM saat ini, Indonesia menempati urutan ke-121 di seluruh dunia untuk nilai IPM. Naik tipis dari tahun sebelumnya yang menempati posisi 124. IPM mengukur indeks pembangunan manusia suatu negara berdasarkan tiga dimensi dasar yang tercermin dalam taraf pendidikan, kesehatan, serta kemampuan daya beli.
Penyebab
Fenomena penyebab merosotnya pendidikan Indonesia antara lain; pertama, sistem pengelolaan pendidikan yang benar-benar tidak konsisten dalam menjalankan sistem, kebijakan-kebijakan yang ada selalu berubah-ubah.
Belum lagi sistem pendidikan masih coba-coba, mencari sistem yang ideal dan tepat sesuai dengan karakter dan budaya Indonesia. Indonesia belum punya sistem pendidikan yang tetap, kebanyakan sistem pendidikan kelinci percobaan. Relatif sulit kita temukan di negara lain hal serupa. Contoh kasus terakhir adalah Ujian Akhir Nasional (UAN) SD dihapus, setelah dilaksanakan cukup lama.
Faktor kedua, adalah kualitas tenaga pendidik (guru) yang memang relatif masih belum dapat dikatakan baik. Guru berkualitas tinggi penting membuat aktivitas belajar mengajar menjadi menyenangkan. Seorang guru tentunya ingin membangun iklim komunikasi yang baik dengan siswanya, agar para siswa mengerti apa yang disampaikan.
Kemudian guru harus berjuang ke arah gaya mendidik yang proaktif dan aktif mendengarkan apa yang disampaikan siswanya. Hal ini menunjukkan bahwa guru benar-benar mencoba untuk memahami secara verbal dan nonverbal pesan yang disampaikan, merasakan perasaan, dan pikiran.
Salah satu solusi mencapai kualitas pendidikan yang bermutu tinggi yakni dengan mengadakan pelatihan guru secara berkala. Jika setiap guru di Indonesia diberi pelatihan pendidikan yang cukup, konsisten dan berkelanjutan, bukan hal mustahil mutu pendidikan di Indonesia akan setara bahkan lebih dari negara-negara lain di dunia. Untuk itu, pemerintah dan swasta harus dapat bergandengan tangan untuk dapat melahirkan sosok guru yang berkualitas, bukan hanya mengajar tapi juga mendidik.
Selain itu, untuk sukses mendidik siswa bukan hanya gurunya berkualifikasi sarjana S1 dan S2 saja namun juga memiliki ilmu-ilmu dan kemampuan lain yang menunjang diantaranya quantum teaching, smart teaching, guru hebat, guru dahsyat, guru asyik, dan mampu memetakan potensi sang anak. Sekali lagi guru termasuk faktor yang sangat menentukan dalam membentuk kepribadian, intelektual dan bakatnya siswa setelah orang tuanya sendiri.
Ketiga, yang sangat menghancurkan dunia pendidikan di Indonesia adalah maraknya korupsi mulai pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa dan bahkan hingga di sekolah-sekolah.
Pada tahun 2013 ini anggaran pendidikan meningkat menjadi Rp. 286,56 triliun atau sekitar 20,20% dari total APBN Rp 1.418,49 triliun (tahun 2011 anggaran pendidikan 248,98 triliun atau 20,25 persen dari total APBN Rp. 1.229,56 triliun). Tapi berapa persen anggaran yang betul-betul termanfaatkan sekolah-sekolah dan dapat dinikmati siswa untuk meningkatkan pendidikan? Betapa banyak gedung-gedung sekolah seperti kandang kambing, atapnya sering kali jebol pada waktu siswa belajar, belum lagi dugaan penyimpangan dana BOS.
Keempat, pendidikan karakter masih lemah di Indonesia, padahal sangat penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan kharakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu termasuk budaya integritas. Pendidikan kaarakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki kharakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Inilah segelintir permasalahan serius fenomena pendidikan Indonesia, pendidikan Indonesia pada saat ini masih perlu perbaikan-perbaikan. Guru harus memaksa siswa untuk menjadi pribadi yang jujur. Sekolah adalah benteng terakhir pembelajaran kejujuran dan pembentukan moral bangsa.
Akhirnya, kedepan alangkah bijaknya jika pendidikan tidak hanya mementingkan Intelektual Quetion (IQ) tetapi juga harus dikontrol dengan Emosional Quetion (EQ). Jika hal itu tidak terjadi maka muncul kepribadian yang individual dan cendrung mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama. Perpaduan antara IQ dan EQ yang hanya berorientasi pada materi semata perlu bingkai melalui sisi spiritualitas siswa. Untuk itu ESQ (Emotional Spiritual Quotient) sangat cocok dalam program pembinaan pembentukan karakter kepemimpinan, yang menggabungkan kecerdasan emosional, spritual dan quotient yang kemudian melahirkan generasi penerus bangsa yang berkarakter.
SUMBER
Dua kekuatan utama pendidikan, yaitu Finlandia dan Korea Selatan, diikuti kemudian oleh tiga negara di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura. Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai ‘di atas rata-rata’ lebih baik dari Belanda, Selandia Baru, Kanada dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok ranking menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Prancis.
Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia ada hubungannya dengan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia, United Nations Development Programme (UNDP) mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2012 sebesar 0,629. Data yang dirilis oleh UNDP pada Senin, 18 Maret 2013, menunjukkan angka IPM Indonesia sedikit naik dibandingkan di 2011 sebesar 0,624 dan pada 2010 sebesar 0,620.
IPM Indonesia belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Dengan nilai IPM saat ini, Indonesia menempati urutan ke-121 di seluruh dunia untuk nilai IPM. Naik tipis dari tahun sebelumnya yang menempati posisi 124. IPM mengukur indeks pembangunan manusia suatu negara berdasarkan tiga dimensi dasar yang tercermin dalam taraf pendidikan, kesehatan, serta kemampuan daya beli.
Penyebab
Fenomena penyebab merosotnya pendidikan Indonesia antara lain; pertama, sistem pengelolaan pendidikan yang benar-benar tidak konsisten dalam menjalankan sistem, kebijakan-kebijakan yang ada selalu berubah-ubah.
Belum lagi sistem pendidikan masih coba-coba, mencari sistem yang ideal dan tepat sesuai dengan karakter dan budaya Indonesia. Indonesia belum punya sistem pendidikan yang tetap, kebanyakan sistem pendidikan kelinci percobaan. Relatif sulit kita temukan di negara lain hal serupa. Contoh kasus terakhir adalah Ujian Akhir Nasional (UAN) SD dihapus, setelah dilaksanakan cukup lama.
Faktor kedua, adalah kualitas tenaga pendidik (guru) yang memang relatif masih belum dapat dikatakan baik. Guru berkualitas tinggi penting membuat aktivitas belajar mengajar menjadi menyenangkan. Seorang guru tentunya ingin membangun iklim komunikasi yang baik dengan siswanya, agar para siswa mengerti apa yang disampaikan.
Kemudian guru harus berjuang ke arah gaya mendidik yang proaktif dan aktif mendengarkan apa yang disampaikan siswanya. Hal ini menunjukkan bahwa guru benar-benar mencoba untuk memahami secara verbal dan nonverbal pesan yang disampaikan, merasakan perasaan, dan pikiran.
Salah satu solusi mencapai kualitas pendidikan yang bermutu tinggi yakni dengan mengadakan pelatihan guru secara berkala. Jika setiap guru di Indonesia diberi pelatihan pendidikan yang cukup, konsisten dan berkelanjutan, bukan hal mustahil mutu pendidikan di Indonesia akan setara bahkan lebih dari negara-negara lain di dunia. Untuk itu, pemerintah dan swasta harus dapat bergandengan tangan untuk dapat melahirkan sosok guru yang berkualitas, bukan hanya mengajar tapi juga mendidik.
Selain itu, untuk sukses mendidik siswa bukan hanya gurunya berkualifikasi sarjana S1 dan S2 saja namun juga memiliki ilmu-ilmu dan kemampuan lain yang menunjang diantaranya quantum teaching, smart teaching, guru hebat, guru dahsyat, guru asyik, dan mampu memetakan potensi sang anak. Sekali lagi guru termasuk faktor yang sangat menentukan dalam membentuk kepribadian, intelektual dan bakatnya siswa setelah orang tuanya sendiri.
Ketiga, yang sangat menghancurkan dunia pendidikan di Indonesia adalah maraknya korupsi mulai pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa dan bahkan hingga di sekolah-sekolah.
Pada tahun 2013 ini anggaran pendidikan meningkat menjadi Rp. 286,56 triliun atau sekitar 20,20% dari total APBN Rp 1.418,49 triliun (tahun 2011 anggaran pendidikan 248,98 triliun atau 20,25 persen dari total APBN Rp. 1.229,56 triliun). Tapi berapa persen anggaran yang betul-betul termanfaatkan sekolah-sekolah dan dapat dinikmati siswa untuk meningkatkan pendidikan? Betapa banyak gedung-gedung sekolah seperti kandang kambing, atapnya sering kali jebol pada waktu siswa belajar, belum lagi dugaan penyimpangan dana BOS.
Keempat, pendidikan karakter masih lemah di Indonesia, padahal sangat penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan kharakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu termasuk budaya integritas. Pendidikan kaarakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki kharakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Inilah segelintir permasalahan serius fenomena pendidikan Indonesia, pendidikan Indonesia pada saat ini masih perlu perbaikan-perbaikan. Guru harus memaksa siswa untuk menjadi pribadi yang jujur. Sekolah adalah benteng terakhir pembelajaran kejujuran dan pembentukan moral bangsa.
Akhirnya, kedepan alangkah bijaknya jika pendidikan tidak hanya mementingkan Intelektual Quetion (IQ) tetapi juga harus dikontrol dengan Emosional Quetion (EQ). Jika hal itu tidak terjadi maka muncul kepribadian yang individual dan cendrung mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama. Perpaduan antara IQ dan EQ yang hanya berorientasi pada materi semata perlu bingkai melalui sisi spiritualitas siswa. Untuk itu ESQ (Emotional Spiritual Quotient) sangat cocok dalam program pembinaan pembentukan karakter kepemimpinan, yang menggabungkan kecerdasan emosional, spritual dan quotient yang kemudian melahirkan generasi penerus bangsa yang berkarakter.
SUMBER
0
1.3K
Kutip
4
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
922.9KThread•82.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru