Sorry, momod, mimin, dan agan semua, ane ga cantumin repsol-repsolan, karena ane yakin trit ane ga repost, coz ini jiplak dari blog ane sendiri yang ane tulis sendiri yang pastinya bukan hoak namun ada sumbernya.
Quote:
Pagi ini ketika saya sedang browsing, saya menemukan sebuah berita percakapan antara seorang ahli Astronomi asal Indonesia dengan situs Deutsche Welle (DW). Sebuah berita dengan embel-embel Indonesia saya emang selalu tertarik membacanya. #curhat
Kenalan Dulu
Spoiler for Siapa dia?:
Quote:
Well, sebelumnya saya kenalkan dulu siapa itu Tri L. Astraatmadja.
Pada saat awal masa transisi demokrasi di Indonesia, lebih tepatnya tak lama setelah masa Orde Baru tumbang, Tri L. Astraatmadja menggeluti dua “panggilan“ sekaligus: belajar Astronomi dan aktif dalam gerakan mahasiswa. Ia adalah salah satu pimpinan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) organisasi mahasiswa berhaluan Kiri.
Demonstrasi dan rapat-rapat di Jakarta membuat ia telat menyelesaikan gelar sarjana di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kasian...
Kini, Tri tercatat sebagai satu diantara sangat sedikit orang Indonesia yang menekuni Astronomi. Ia meraih gelar Doktor di kampus bergengsi Leiden Institute of Physics di Belanda yang dikenal punya reputasi cemerlang dalam cabang ilmu paling tua di dunia tersebut.
Sejak setahun yang lalu, Tri melanjutkan program post doktoral di Max-Planck-Institut für Astronomie (MPIA) di Heidelberg, Jerman, yang merupakan salah satu lembaga terpenting dalam bidang Astronomi di Eropa. Di tempat ini, ia terlibat dalam proyek Gaia, sebuah misi ruang angkasa yang menyelidiki satu milyar bintang di langit
.
Wow..
Quote:
Tri L. Astraatmadja, 1999-2006 kuliah jurusan Astronomi ITB. 2006-2008 kuliah master di Leiden Observatory. 2008-2012 PhD di Leiden Institute of Physics Belanda. 2012 Post Doctoral di Max-Planck-Institut für Astronomie, Heidelberg, Jerman.
Kembali ke topik utama
Quote:
Kenapa saya menuduh dia seperti itu (seperti yang di judul)?
Jawabannya ada di percapkapan yang saya kutip dari situs DW seperti berikut:
Quote:
DW: Apakah bergulat dengan Astronomi, mempengaruhi Iman anda?
Tri L. Astraatmadja: Saya sekarang tidak percaya Tuhan.
That's fine, tapi itu bukan kebenaran tunggal.
Agama formal adalah bagian dari usaha manusia untuk mengorganisir dirinya dan juga untuk menempatkan dirinya di alam semesta. Itu juga bagian dari jawaban manusia tentang dari mana saya berasal, ke mana kita akan pergi dan di mana posisi saya di alam semesta. Agama adalah upaya mencari jawaban itu.
Quote:
DW: Apakah logika Sains memang bisa menggerogoti Iman?
Tri L. Astraatmadja: Saya pikir tergantung pribadi masing-masing. Ada banyak kolega saya yang percaya pada metode ilmiah tapi masih percaya pada Tuhan atau Agama. Mungkin itu yang disebut “God of the gaps,” karena masih ada ruang-ruang kosong yang belum dijawab ilmu pengetahuan, dan karenanya diisi dengan Tuhan. Cuma timbul pertanyaan, kalau sudah tidak ada kekosongan, nanti Tuhan akan ditaruh di mana?
Quote:
DW: Apa lagi yang berubah dari kesadaran anda setelah mempelajari Astronomi?
Tri L. Astraatmadja: Astronomi mengingatkan saya bahwa semua umat manusia di bumi ini adalah satu, yaitu bagian dari kemanusiaan, dan kita semua berada di kerikil yang sama mengitari matahari.
Quote:
Nah, gimana readers?
Well, saya pikir dia harus meneliti apakah matahari bisa menciptakan manusia (dirinya)? Sehingga dia harus mengelilingi matahari (baca: menyembah) dan terus menerus pikiran dan ilmu pengetahuannya dianggap tak ada hubungannya dengan Tuhan. Wallahu A'lam Bishawab.
Spoiler for Maaf:
Maaf, kalo ane sotoy. Tapi emang ane sotoy sih. Nah kalo agan anggep ane sotoy, tolong di doain biar jangan sotoy