Hingga saat ini, belum ada capres yang benar-benar sudah pasti. Bahkan, nama-nama capres yang sudah beredar pun bisa jadi batal di tengah jalan, baik karena persyaratan yang tidak terpenuhi, karena ada negosiasi yang dinilai lebih realistis, atau karena ada alasan lain yang lebih pragmatis dan taktis.
Dalam konteks ini, cukup relevan bila ada pandangan dari sementara orang untuk menduetkan Jokowi dan SBY; Jokowi sebagai capres, dan SBY sebagai cawapres. Dari sisi Jokowi, hal ini mungkin, lebih-lebih bila akhirnya PDI Perjuangan tidak mengusungnya menjadi capres. Bila pun pada akhirnya Jokowi diusung PDI Perjuangan, maka berkoalisi dengan Demokrat juga bukan sesuatu hal yang mustahil. Apalagi bila rumus matematika politik Indonesia belum berubah dari bingkai kemungkinan.
Dari sisi SBY, hal ini juga sangat mungkin, dan dinilai jauh lebih realistis untuk menyelamatkan Demokrat dibandingkan harus terus menggantungkan nasib pada hasil Konvensi. Faktanya, Konvensi Demokrat tidak sefenomenal yang dibayangkan sebelumnya. Konvensi Demokrat lenyap ditelan oleh isu-isu politik lain yang datang silih berganti.
Bahkan, hingga saat ini, sebagaimana terekam dalam berbagai hasil survei, elektabilitas 11 bakal calon presiden yang diundang atau mendaftar jadi peserta Konvensi masih kalah jauh dibandingkan nama-nama dari partai lain yang dijagokan untuk bertarung dalam pilpres. Elektabilitas para bakal capres itu pun masih di bawah 10 persen, persis sebagaimana elektabilitas Demokrat yang masih tersungkur di papan bawah.
Titik soal tentu saja bukan dari para bakal capres saja. Persoalan juga muncul dari mesin partai. Struktur partai terlihat ogah-ogahan. Bisa dikatakan, mesin partai hampir mogok karena Konvensi berjalan setengah hati. Di titik inilah, bisa dikatakan, Konvensi Demokrat gagal sejak awal. Tujuan utama Konvensi untuk kembali meningkatkan elektabilitas Demokrat yang jatuh terpuruk pasca kasus korupsi beberapa kadernya terungkap ke publik, menuai kegagalan.
Di titik inilah, banyak yang percaya, ada cukup alasan bagi SBY untuk menggagalkan hasil Konvensi. Dan SBY lah satu-satunya matahari di Demokrat. Posisi dan elektabilitas SBY pun masih di atas para bakal capres itu. Bila SBY yang maju langsung sebagai cawapres, karena tidak mungkin lagi menjadi capres, maka struktur partai akan jauh terkonsolidasi dan kader di bawah lebih punya arah yang jelas.
Bagi SBY, pilihan paling aman dibandingkan menjadi cawapres orang lain, adalah menjadi cawapres Jokowi. Elektabilitas Jokowi yang berada di puncak, ditambah dengan sosok SBY yang masih mengakar di Demokrat, bisa jadi menjadi duet maut yang paling menggemparkan.
sumber