dennvaAvatar border
TS
dennva
Pola Kerja Calo Terminal Bus di Jakarta
no repost gan

Bus merupakan alternatif transportasi yang banyak dipilih masyarakat saat berpergian jauh. Dengan merogoh kocek semampunya, calon penumpang dapat memilih bus sesuai kelas dan fasilitas yang diinginkan. Ibu kota Jakarta memiliki 5 terminal bus besar yang seringkali dipadati calon penumpang yang bermaksud mudik atau anjangsana, yaitu Lebak Bulus, Pulo Gadung, Rawamangun dan Kampung Rambutan.

Terminal Kampung Rambutan adalah terminal bus yang berada di Jalan Lingkar Luar Selatan tepatnya berada di kawasan Kampung Rambutan, Jakarta Timut. Di sini terdapat pangkalan Bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) dan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP).



Biasanya, untuk berpergian, saya lebih terbiasa dengan Kereta Api. Selain lebih cepat dari bus, kereta juga dapat menghindari kita dari penyakit pegal pinggang, karena kita bisa mondar-mandir sewaktu-waktu. Tapi, senin (25/11) saya tertarik untuk mendalami kerja calo-calo yang ada di terminal besar itu. Selama ini saya hanya tahu dari kabar angin, bahwa di terminal Kampung Rambutan itu calo-nya sering maksa calon penumpang.

Ketika turun dari angkot, saya langsung didatangi seorang bapak berperawakan sedang, berpakaian seadanya, namun dicelananya menggelayut beberapa buah id-card yang tidak bisa saya amati. Saya namakan bapak itu bapak A. Bapak A dengan ramah bertanya kepada saya “Mau kemana mas?”. “Ke Jogja, Pak” jawab saya.

Jawaban saya merupakan langkah awal dari kerjanya. Jika saya menjawab dengan kesan menolak bantuannya, maka bapak A akan terus merayu hingga kita mau. Beda halnya jika kita dengan tegas menjawab tidak mau, maka bapak A akan meninggalkan kita.

Bapak A bisa membaca peluang dengan baik, begitu melihat calon penumpang yang terlihat kebingungan, dengan aktif bapak A akan menjadi pahlawan bagi calon penumpang itu. “Mari mas saya bantu”. “Berapa ya Pak?” polos saya. “Kalo itu urusan Pak Sopir, saya kan cuma bantu Anda biar gak salah naik” katanya. So sweet…

Eh, ternyata dia tidak menggandeng saya. Saya fikir, ceroboh sekali bapak A ini, kalau saya kabur pasti dia tidak tahu. Pikiran saya salah. Beberapa langkah setelahnya, bapak B bertanya ke A “ke mana?”, “Jogja” kata bapak A. Bapak B mendekati saya, bertanya “Jogja ya mas?”, “iya pak .

Posisi selanjutnya bapak B berada tidak jauh di belakang saya. Anggaplah bapak B ini sebagai tim sweeping, agar terhindar dari kaburnya calon mangsa. Diantara banyak bis yang berjajar parkir, bapak A bertemu dengan Bapak C, pakaian lebih rapi, berkemeja. Dilihat dari perwajahan dan perlogatan, bapak C bukanlah orang Jawa.

Saya dirangkul oleh bapak C, mengarahkan saya menuju loket nomer 19. Saya dipepet oleh bapak A, B dan C. Disana sudah standby bapak D, yang saya kira petugas agen resmi, karena berseragam. Yang aneh, petugas loket kok berdiri diluar loket. “Yang ekonomi saja pak, saya gak punya uang” melas saya meminta. “Satu enam lima mas” kata Bapak D.



Saya keluarkan uang 100.000. “Kurang mas” kata bapak D. “Lho, ekonomi lho pak, tadi bilang enam puluh lima” lawan saya dengan nada tinggi. “Seratus enam puluh lima” potong bapak D. “Udah kasih aja tuh yang 50″ sela bapak C, yang badannya lebih besar dari saya. “Saya gak punya uang lagi lho pak” melas saya.

Saya keluarkan uang dikantong saya yang ternyata uang ’simpanan’ ikut disitu. Bapak C akhirnya mengambil 10.000 dari uang ’simpanan’ itu “ini buat saya saja” katanya langsung ngeluyur. Saya dapat tiket, Jakarta-Jogja, kelas Ekonomi Rp. 160.000.



“Tunggu disini, berangkatnya jam5 nanti” kata bapak D. Lemas saya dibuatnya. Sambil menunggu, saya berhasil survey harga kepada calon penumpang lain. Madiun 100.000, Salatiga 195.000.

Jam5 kami ditarik kedalam ruang agen, melalui pintu belakang. Bapak D mengambil tiket sementara kami yang bertuliskan harga, untuk diganti dengan tiket yang tanpa harga. Sayang sekali HP saya mati, tidak bisa mendokumentasikannya.

“Mas, Pak, ini nannti semua diganti naik bis eksekutif ya, bisnya sudah ada, jadi tolong tambah 50.000″ pinta bapak D sambil menunjuk ke arah Bus Limas. Dua orang calon penumpang yang ikut agen tersebut manggut-manggut, tanda tidak keberatan. “Daripada ndak jadi pulang” eluh pak Kasdi (55) yang bertujuan ke Salatiga. Keduanya memberi uang tambahan yang berbeda, masing-masing 50.000 dan 30.000.

Giliran saya sekarang. Saya langsung menolak permintaan bapak D dengan halus “Maaf pak, uang saya sudah habis bapak ambil tadi, bapak lihat sendiri”. Bapak D seperti ingin membentak saya “Anj*ng kamu nyalahin saya”. “Lho, Anda yang tulis seratus enam puluh ribu ditiket saya, padahal Anda tahu uang saya cuma seratus tujuh puluh ribu” saya memberanikan diri dengan nada lebih tinggi. Bapak D gagal menekan saya.

Pola kerja calo di terminal bus bukan barang baru. Bahkan, calo yang di Kampung Rambutan merupakan ‘buangan’ dari terminal Pulo Gadung, setelah sebelumnya dilakukan penertiban. Saya jadi ingat pengumuman petugas Dinas Perhubungan yang standby di terminal itu melalui pengeras suara. Petugas mengingatkan calon penumpang tentang beberapa hal, yaitu :

1. Bis dengan destinasi Jawa Barat terdapat di bagian Timur, sedang Jawa Tengah di bagian Barat;

2. Calon penumpang diminta langsung menaiki bis tanpa melalui loket agen;

3. Pembelian tiket dilakukan setelah calon penumpang naik ke dalam bus;

4. Jika ada yang memaksa untuk membeli tiket, maka diharap melapor ke petugas Dinas Perhubungan dan Polisi Jaga;

Yang menggelitik adalah point ke-2, calon penumpang diminta langsung menaiki bus tanpa melalui loket agen. Lalu kenapa harus ada 35 loket (seperti tampak pada foto ke-2) berjajar disana tanpa tertera harga tiket disekitar konter agen? Itu sama saja memberi peluang kepada calo untuk meraup keuntungan yang berkali-kali lipat.

Terminal bus merupakan fasilitas umum, maka akan lebih rapi dan nyaman jika ruang tunggu hanya dihuni oleh calon penumpang, pengantar, awak bus dan petugas. Sepanjang saya menunggu kedatangan bus tidak saya temui satu-pun petugas yang mondar-mandir disekitar ruang tunggu (depan loket), lalu kemana Petugas bertugas?

Satu lagi, kepada calon pengguna jasa transportasi, apapun jenis dan kelasnya, agar menggunakan lebih jeli dalam memilih agen. Lebih baik lagi jika keberangkatan kita terencana, sehingga tiket yang kita butuhkan dapat kita cari jauh-jauh hari sebelum hari H. [asg]

sumber : disini gan
Diubah oleh dennva 27-11-2013 04:14
0
3.7K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.