Merdeka.com - Penghancuran situs cagar budaya dengan dalih pembangunan masih saja dilakukan di Kediri, setelah sebulan lalu masjid kuno di Desa Kolak Ngadiluwih yang dibangun pada abad 17. Kini giliran Situs Setono Gedong komplek makam Syaikh Syamsuddin Al-Wasil yang merupakan peninggalan abad 12 juga dirusak dengan alasan perluasan komplek masjid.

Penelusuran merdeka.com, perusakan situs dilakukan di belakang masjid. Di bagian belakang masjid adalah struktur batu yang dibangun mirip menyerupai bangunan candi yang kini telah beralih fungsi menjadi pendopo. Pembangunan pendopo sendiri dibangun sekitar tahun 2006-2007 lalu, meski pembangunan pendopo di atas situs, namun pembangunan tetap jalan.

Dan pada 2013 rencana perluasan masjid yang rencana diselesaikan dalam waktu 4 tahun dengan menelan biaya kurang lebih Rp 3,5 miliar dilakukan takmir masjid Setono Gedong. Pembangunan perluasan yang diinsinyuri salah satu mahasiswa ITS (Institut Teknologi Surabaya) ini justru melakukan pengulangan kesalahan dengan merusak struktur bangunan cagar budaya.

Padahal jelas-jelas di sekitar lokasi pembangunan ada papan peringatan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan agar tidak melakukan perusakan, pembongkaran situs cagar budaya. Tidak hanya itu ancaman perusakan juga disertakan ancaman hukumannya.

Dikonfirmasi terpisah, Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Olah Raga Pemerintah Kota Kediri, Roni Yusianto mengaku sudah melarang tentang rencana pembangunan tersebut, sebab pihaknya masih berkoordinasi dengan BPCB Trowulan.

"Secara tertulis memang kita belum mengeluarkan surat kepada takmir, tapi kita sudah melakukan pelarangan. Karena kita masih koordinasi dengan BPCB Trowulan. Insya Allah Senin (11/11) kami akan berkirim surat ke takmir, karena apa yang mereka lakukan melanggar UU," kata Roni pada merdeka.com, Jumat (8/11).

Kabar perusakan situs ini juga membuat kaget dari pihak BPCB. Danang, salah satu arkeolog dari BPCB mengaku izin pihak takmir kepada BPCB hanya perluasan bagian depan dan tidak menyentuh situs yang merupakan peninggalan abad ke-12.

"Senin (11/11) tim arkeolog akan mendatangi lokasi perusakan, sebab mereka telah melakukan pelanggaran, meski mereka telah koordinasi dengan kami. Namun kami belum memberi izin," kata Danang.

Terpisah, H Muhajir, Ketua Pembangunan sekaligus takmir Masjid Setonogedong menyebut pembangunannya tidak bermasalah. Menurutnya situs Setono Gedong adalah situs yang telah rusak.

"Wong situs ini sudah rusak jadi apa yang kami lakukan tidak masalah. Sebab komplek masjid ini sudah tidak muat oleh jamaah. Maka perluasan dan renovasi dengan menelan biaya swadaya sebesar Rp 3,5 miliar dengan pembangunan kurang lebih 4 tahun," ujarnya.

Menanggapi perusakan tersebut Wakil Wali kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, meminta kepada pihak takmir agar tidak meneruskan pembangunan dulu sebelum duduk satu meja antara pemerintah Kota Kediri dan BPCB Trowulan.

Seperti diketahui, Setono Gedong adalah situs peninggalan abad ke-12 yang diperkirakan masa peninggalan Prabu Joyoboyo. Sebab ditemukan logo Garudea yang merupakan lambang kerajaan Kediri.

Di tempat tersebut juga terdapat makam Syaikh Syamsuddin Al Wasil yang di dalam Kitab Kakimpoi Hariwangsa disebutkan sebagai guru spiritual Prabu Joyoboyo. Syaikh Syamsuddin Al-Wasil sendiri dari Negeri Ngerum /Rum (Persia) yang datang ke Kediri untuk berdakwah dan atas permintaan Raja Kediri Sri Maharaja Mapanji Jayabhaya untuk membahas kitab Musyarar yang berisi ilmu pengetahuan khusus seperti perbintangan (ilmu falak) dan nujum (ramal-meramal).

Ember

Bagus2.. lain kali sekalian aja Candi Prambanan dan Candi borobudur dijadikan masjid, biar jati diri bangsa ini benar2 ilang