bektiae.Avatar border
TS
bektiae.
manusia dengan ijazah terbanyak.
Ini orang gila sekolah, atau memang punya
niatan untuk memotivasi orang lain agar rajin
sekolah atau kuliah yah...

Ternyata ada orang
Indonesia yang punya gelar akademis banyak
bener....

sampai namanya aja gak ada apa-
apanya panjangya dibandingkan dengan
gelarnya.

CekodiT agan uniknih berita
uniknya...

SERATUS SKS TIAP SEMESTER SELAMA 13
TAHUN PRIA INI RAIH 18 GELAR
AKADEMIS DAN PROFESI




Hitung sebentar gelar di belakang nama
Anda? Satu, dua, atau tiga? Buat Weli
Kusuma , gelarnya tidak cukup jika dihitung
dengan sepuluh jari tangan. Pasalnya, dia
punya 18 gelar akademis dan profesi. Dia
butuh waktu 13 tahun untuk mengumpulkan
gelar-gelar itu di berbagai kampus di
Surabaya.
Welin Kusuma, 31, mengeluarkan satu per
satu ijazah dari dalam tas ranselnya.
Saat ditata di atas meja, tinggi tumpukan ijazah itu hampir sejengkal. Maklum, pria asal Kendari
tersebut memiliki 18 gelar akademis dan profesi. Rinciannya, dia menyandang delapan
gelar sarjana, tiga gelar magister, dan tujuh
gelar profesi.

Pada penghargaan itu, tertulis nama
Welin Kusuma ST, SE, SSos, SH, SKom, SS, SAP, SStat,
MT, MSM, MKn, RFP-I, CPBD, CPPM, CFP,
AffWM, BKP, QWP .

Saking panjangnya gelar
yang menyertai, nama tersebut sampai ditulis
dalam tiga baris.
Welin telah mengurutkan gelar-gelar tersebut
sesuai dengan periode pendidikan yang
ditempuhnya mulai 1999– 2012. Setelah lulus
dari SMAN 1 Kendari, dia langsung
melanjutkan ke jurusan teknik industri di
Ubaya pada 1999. Lima tahun kemudian, dia
mendapatkan gelar sarjana teknik (ST) pada
2004.
Saat semester lima di jurusan teknik industri
atau pada 2001, Welin mengambil jurusan
ekonomi manajemen di STIE Urip Sumoharjo.
Pada 2002 dia mengikuti perkuliahan di
jurusan ilmu hukum Unair dan jurusan
administrasi negara di Universitas Terbuka
(UT). Seolah haus dengan dunia pendidikan,
pada tahun yang sama Welin mengambil
jurusan teknik informatika di Sekolah Tinggi
Teknik Surabaya (STTS).
”Pada 2003 saya mengambil jurusan sastra
Inggris di UK Petra,” tutur pria kelahiran
Makassar itu. Dia juga menempuh pendidikan
S-1 di Universitas Terbuka pada jurusan
administrasi publik dan statistik.
Pendidikan magister teknik industri
ditempuhnya di ITS pada 2004. Welin
kemudian meraih gelar magister sains
manajemen (MSM) dan magister kenotariatan
(MKn) di Universitas Airlangga (Unair). Pria
31 tahun tersebut sengaja mengambil
program magister di perguruan tinggi negeri
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih
bermutu.
Pendidikan profesi yang pernah dia dapatkan
adalah registered financial planner Indonesia
(RFP-I), certified professional in brand
development (CPBD), certified professional in
product management (CPPM), certified
financial planner (CFP), affiliate wealth
manager (AffWM), bersertifikat konsultan
pajak (BKP), qualified wealth planner (QWP),
dan certified professional human resource
(CPHR). ”Gelar profesi itu berkaitan dengan
manajemen, keuangan, dan perpajakan,”
urainya.
Selama menjalani pendidikan tersebut hampir
tiap tahun, dia menempuh sampai seratus
SKS tiap pekan. Bahkan, dia pernah
menempuh 111 SKS dalam satu semester
genap pada periode Februari–Agustus 2003.
Saat itu Welin menempuh kuliah di lima jurusan
S-1 sekaligus. Yakni, teknik industri Ubaya (9
mata kuliah/MK-24 SKS), ekonomi manajemen
STIE Urip Sumoharjo (4 MK-11 SKS),
administrasi negara UT (10 MK-28 SKS),
teknik informatika STTS (9 MK-25 SKS),
dan hukum Unair (7 MK-23 SKS).
Welin memperoleh rekor Muri yang kedua atas
111 SKS yang ditempuhnya. Penghargaan
tersebut dia dapatkan pada Agustus lalu. Dia
menuturkan, setiap hari dirinya mengikuti
kuliah mulai pukul 07.00 dan baru selesai
pada pukul 22.00. Bahkan, pada Sabtu dan
Minggu dia juga mengambil kuliah. Misalnya,
jurusan ilmu hukum di Unair yang dia tempuh di
kelas ekstensi.
Padatnya jadwal kuliah itu membuat dia
pontang-panting dari satu kampus ke kampus
lain. Bahkan, dia harus pintar-pintar
menyesuaikan jadwal perkuliahan pada satu
jurusan agar tidak bertabrakan dengan jadwal
kuliah di jurusan lain. ”Saya sediakan buku
khusus untuk mencatat jadwal kuliah agar
lebih cermat,” tutur pria berkacamata
tersebut.
Namun, sepandai-pandainya mengatur jadwal,
anak kedua di antara tiga bersaudara itu
menemui jadwal yang benar-benar mepet.
Saat itu, pada 2003, dia mengambil kuliah di
jurusan sastra Inggris UK Petra dan teknik
komputer STTS. Di UK Petra ada jam kuliah
mulai pukul 13.30–15.30. Pada hari yang
sama di STTS dia harus mengikuti kuliah pada
pukul 15.00–18.00.
Dengan terpaksa Welin harus izin untuk keluar
kelas dari perkuliahan UK Petra pada pukul
15.00. Dia pun memacu kendaraannya dari
Jalan Siwalankerto untuk segera mengikuti
kuliah di STTS, Jalan Ngagel Jaya Tengah.
Dia baru bisa masuk ke dalam kelas itu pukul
15.35. Karena batas toleransi keterlambatan
hanya 30 menit, dia tidak diperkenankan
masuk ruang kuliah. ”Selama satu semester
itu saya terlambat empat kali. Untung, masih
batas toleransi,” tuturnya.
Lantaran kuliah di beberapa tempat yang
berbeda, Welin beberapa kali bertemu dengan
dosen yang sama. Dosen tersebut memang
mengajar di dua kampus berbeda. ”Dosen itu
jadi ingat terus sama saya,” ceritanya lantas
tertawa.
Anak pasangan Onny Kusuma-Sisilia Chandra
tersebut telah menuntaskan semua
pendidikan yang dia tempuh. Terakhir, dia baru
saja menyelesaikan kuliah di jurusan teknik
informatika STTS pada 2012. Itu pendidikan
paling lama yang dia tempuh, yakni sepuluh
tahun. Dia menuturkan, cukup sulit lulus dari
STTS karena harus bisa membuat aplikasi
yang bagus dan teruji. ”Saya memang tidak
mau main-main dengan tugas akhir saya.
Harus bagus,” tegasnya.
Dia pernah mendapatkan surat peringatan
akan dikeluarkan dari STTS karena tak
segera menyelesaikan studi. Surat yang
sama pada awal 2011 itu juga dia terima saat
menempuh pendidikan magister sains
manajemen di Unair. Namun, akhirnya Welin
berhasil menyelesaikan studi di magister
sains manajemen pada September 2011. Di
STTS dia telah yudisium pada Februari lalu.
”Waktu dapat surat peringatan DO (drop out,
Red) itu, saya sempat down. Pusing,”
ucapnya.
Welin mengungkapkan, minatnya untuk
menempuh aneka pendidikan tersebut didorong
keinginan untuk menjadi konsultan. Cita-cita
itu telah muncul sejak kecil. ”Konsultan apa?
Hmmm, konsultan yang terintegrasi,”
tuturnya.
Dalam bayangannya, seorang konsultan
terintegrasi bisa memberikan pandangan dari
banyak perspektif. Mulai hukum, ekonomi,
hingga keuangan. Saat ini dia menjadi
konsultan pajak lantaran punya gelar BKP.
Namun, pekerjaan resmi yang dia tekuni
sekarang adalah bidang sistem informasi
pada sebuah perusahaan di kawasan Rungkut
Industri. Welin mengaku pernah pula bekerja di
bidang properti dan perbankan. ”Dari bekerja
itu pula biaya pendidikan saya tanggung
sendiri,” ucapnya. Dia membiayai sendiri
sebagian besar pendidikan yang dia tempuh
sejak 2004.
Setelah 13 tahun menempuh pendidikan dan
mendapatkan 18 gelar itu, Welin berencana
menempuh pendidikan lagi. Dia ingin mengambil
program doktoral. Namun, sama dengan
tahapan pendidikan di tingkat sarjana dan
magister, Welin tak mau main-main dengan
kampus yang dipilih. ”Mau cari yang negeri
atau yang bagus. Tetapi, saya masih
menyesuaikan jadwal kerja,” katanya.
Sebenarnya, dia baru saja memperoleh gelar
profesi CPHR (certified professional human
resource). Jadi, bisa dibilang gelar Welin kini
menjadi 19 buah.

”Saya ingin berbagi dengan
orang lain. Mungkin semacam memberikan
motivasi,” terangnya



Spoiler for sumber:
0
4.2K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.