Ada sedikit info nih gan :
Quote:
Riset Unitomo: Mayoritas Kerupuk Mengandung Boraks
Surabaya (beritajatim.com) - Kerupuk adalah salah satu makanan ringan pelengkap menu utama. Banyak produsen makanan ringan ini melakukan kecurangan dengan menggunakan zat kimia berbahaya yakni Bleng.
Bleng adalah bahan kimia bentuk tidak murni dari asam borat, sementara bentuk murninya dikenal dengan boraks. Manfaat bleng dalam makananan adalah memberikan efek renyah dan lebih mengembang. Di Indonesia, zat berbahaya ini banyak ditemukan dalam kerupuk puli, mie basah, juga bakso dan lontong.
Justru, diikatakan Ir. Fadjar Kurnia Hartati, MP, dosen peneliti Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, para pelaku industri makanan rumahan berani mencantumkan nomer izin tertulis dari Departemen Kesehatan RI. Padahal, Fadjar meyakini bahwa cap DesKes tersebut hanya buatan pengusaha semata.
"Soalnya, setelah kami uji, 13 kerupuk tersebut mengandung paling terendah 11,8 ppm - 120 ppm asam bleng. Ini berarti lebih dari 1 gram/1 kg yang diperbolehkan atau 1:1000. Tapi saya tidak bisa menyebutkan nama-nama produsennya. Kebanyakan sih produsen kerupuk asal Sidoarjo," ungkapnya kepada beritajatim.com.
Fadjar meminta, seharusnya para pelaku usaha makanan mulai mencoba alternatif lain yang tidak berbahaya dan lebih menyehatkan. Hanya menggunakan bahan-bahan sederhana serta harga yang terjangkau, para pelaku industri ini tak perlu khawatir mendapatkan keuntungan yang minim.
"Sebenarnya ada penganti bleng/boraks yang aman dipakai dan memberikan efek yang sama. Yakni menggunakan kapur sirih dan sodium tripolipospat (STPP). Bahan ini mudah didapatkan di apotek-apotek," ujarnya.
Bahan lain adalah air merang yang berasal dari abu pembakaran batang padi dan rumput laut yang direndam terlebih dahulu untuk hilangkan kadar garamnya. Kemudian rumput laut dihancurkan, lalu campurkan dengan adonan. Ini fungsinya untuk merenyahkan dan mengembangkan adonan. "Justru manfaat utama rumput laut ini sangat baik, yakni mengandung serat yang sangat tinggi," pungkasnya.
Sementara ditambahkan Rektor Unitomo Dr. Bachrul Amiq, SH, MH mengaku, siap membantu masyarakat yang ingin mengetahui lebih lanjut perihal zat berbahaya tersebut. Sebab, setelah ini, hasil riset akan ditindaklajuti kepada institusi yang punya kewenangan. "Kami serahkan hasil riset kepada Dinkes juga BPOM. Agar segera dieksekusi," tutupnya.[faf/kun]