- Beranda
- The Lounge
Diving di gua suku Maya
...
TS
tankyek
Diving di gua suku Maya
Spoiler for diving:
Sebagai penyelam Indonesia, saya jadi punya standar yang tinggi mengenai tempat diving. Bagaimana bisa ada yang mengalahkan indahnya alam bawah laut Indonesia Timur yang terletak di Coral Triangle alias pusat biodiversitas laut dunia! Karena kudu terus berhemat selama trip #TNTrtw ini, maka saya hanya mau diving di tempat yang benar-benar beda dari Indonesia, contohnya di Kepulauan Galapagos, Ekuador, untuk bertemu ikan hiu martil dan singa laut.
Sampai di Meksiko, saya pun memutuskan untuk ikut cenote diving karena diajak juga oleh Ken, teman sekapal di Raja Ampat yang nyusul liburan. Cenote (baca: se-no-te) adalah lubang air alami akibat runtuhnya batuan kapur pada zaman es yang merupakan karateristik di Semenanjung Yukatan, Meksiko. Ia telah dijadikan sumber mata air sejak peradaban Maya ribuan tahun yang lalu, bahkan dianggap suci sehingga sering dijadikan tempat persembahan korban berupa manusia. Hiy!
Jam 8 pagi saya dan Ken sudah sampai di kantor dive operator bernama Bullshark Diving di Playa del Carmen. Seperti biasa, kami mengisi formulir dan menunjukkan lisensi diving. Kami pun dijemput oleh Aurelign, Dive Master (DM) ganteng yang berasal dari Prancis. Dia juga yang menyupiri, mengangkut tabung dan peralatan, menyediakan makanan dan minuman, sekaligus jadi guide bawah air! Dua orang cewek ikut dalam grup kami berasal dari AS. Pagi itu hujan deras tapi DM mengatakan, “Nggak ngaruh lah, kan kita di dalam gua.” Oh iya, ya!
Cenote Dos Ojos dari atas
Cenote yang kami datangi bernama Dos Ojos, artinya “Dua Mata”, karena ada dua lubang besar untuk masuk. Ia adalah salah satu sistem sungai bawah tanah terpanjang di dunia, sampai 310 km! Bahkan kedalamannya juga memegang rekor sepropinsi karena mencapai 119 meter. Lokasinya sekitar 45 menit naik mobil dari Playa del Carmen ke arah Tulum. Dari parkiran mobil, kami harus berjalan kaki menuruni tangga semen sampai ke bibir cenote.
Si DM lalu mem-brief kami. Sehari kami akan melakukan 2 dives, yaitu jalur Barbie Line dan Bat Cave. Ketika saya bertanya kenapa dinamakan demikian, DM nggak mau jawab, “You will find out. It’s a surprise.” Darinya saya baru tahu perbedaan antara cavern diving dan cave diving. Cavern diving termasuk recreational diving karena di dalam gua yang masih terlihat cahaya luar siang hari atau terdapat guideline sehingga dapat dilakukan oleh penyelam yang bersertifikat Open Water. Sementara cave diving adalah technical diving yang memerlukan sekolah dan lisensi khusus karena lebih ke eksplorasi gua yang lebih dalam dan menggunakan peralatan khusus. Makanya DM harus sudah memiliki lisensi full cave diver dan rasio DMenyelam harus 1:4.
Ternyata peraturan diving di laut dan gua berbeda. Hand signal di laut tidak berlaku, karena di gua gelap sehingga harus menggunakan senter (tahan air). Contohnya,“oke” di laut adalah dengan melingkarkan jempol dan jari telunjuk, sedangkan di gua adalah dengan menyenter ke arah depan membentuk bulatan kecil. Memanggil DM caranya dengan menyenter dari atas ke bawah berkali-kali. Berenangnya pun nggak bisa pake kaki gaya bebas, tapi pake gaya dada dengan minimal gerak. Oksigen setiap 1/3 dan 2/3 dari isi tabung wajib lapor ke DM, karena DM tidak akan menanyakan. Hal ini penting karena di gua, sekali masuk harus terus maju sampe ke ujungnya, jadi nggak bisa balik arah. Yang membuat serem, kalau di laut ada apa-apa tinggal naik ke permukaan, nah di gua nggak bisa karena atasnya tertutup! Saya baru menyadari bahwa istilah “maju terus pantang mundur” sejatinya berlaku di cavern diving. Wuah, adrenalin saya langsung memuncak. Ngeri-ngeri sedap!
Kami memakai dive gear di parkiran mobil, sambil ngos-ngosan bawa tangki dan peralatan seberat 20 kg turun ke bibir cenote, baru nyebur. DM pake dry suit dan membawa 2 tangki sekaligus di punggungnya. Ternyata airnya dingin kayak es! Untung air tawar sehingga nyaman di mata dan mulut, plus superjernih. Setelah cek buoyancy, kami pun turun ke kedalaman menuju mulut gua dengan berenang berurutan, kayak baris tapi di air. Urutannya: DM yang pertama, lalu di belakangnya dimulai dari diver yang paling cemen sampai paling jago. Saya bahagia bukan yang paling belakang (kan takut kalo ada makhluk yang narik kaki gue dari belakang!), karena salah satu cewek AS itu sudah pernah diving 500an kali. Ken yang baru diving 25 kali lebih bangga lagi, “Wah, ternyata ada yang lebih bodoh daripada gue!” Tapi saya justru khawatir, mengingat Ken diving-nya masih bergaya “bebek kena potas” sehingga kalau dia nabrak gua, saya yang bakal kena runtuhannya!
Di dalam air awalnya masih terang karena cahaya matahari masuk dari lubang cenote, namun bagaikan corong, lama-lama jalurnya mengecil karena memasuki lubang gua sehingga makin lama makin gelap. Dan diver cewek paling depan pun terserang panik! Ia minta balik sehingga kami semua berenang mundur. Waduh! Setelah ia ditenangkan dan dibawa naik, DM masuk lagi dan tinggalah kami ber-4 yang masuk gua. Reaksi saya, “WOW!” karena melihat formasi stalaktit dan stalakmit yang spektakular! Seperti berada di gua kering, tapi ini dipenuhi oleh air dan kita berenang bermanuver di antara pilar-pilar endapan mineral! Benar-benar serasa berada di planet lain. Suasana begitu tenang dan dingin, saya hanya mendengar suara tarikan napas sendiri. Tidak ada kehidupan di dalam gua berair ini karena nyaris tidak ada cahaya matahari. Paling ada sekelompok “blind fish”yang berukuran sebesar jari jempol. Dinamakan demikian karena ikan ini tidak punya mata alias buta karena berevolusi.
Kesunyian ini terusik karena si Ken buoyancy-nya masih kacau sehingga sering menabrak stalaktit dan serpihannya menimpa saya yang berada di belakangnya! ARRGGH! Sialnya, saya tidak bisa marah karena posisi diver depan-belakang membuat sulit untuk berkomunikasi. 20 menit kemudian saya baru menyadari mengapa jalur ini disebut “Barbie Line”. Rupanya di ujung belokan gua diikatlah mainan buaya karet yang memakan kepala boneka Barbie! Hahaha… kejam!
Tak berapa lama kemudian di ruang yang agak luas, DM membalik badan dan memberi sinyal agar kami menutup senter dengan telapak tangan. Tidaaak! Bagaimana nanti saya melihaat?! Tapi akhirnya kami menyerah. Dan di ujung gua terlihat cahaya biru terang yang bergerak-gerak terkena refleksi air, mirip seperti aurora borealis! Cahaya biru itu pun menyorot stalaktit dan stalakmit sehingga begitu dramatis, membuat mata saya terbelalak kagum. Gilaaa kerennyaaa!! Total 45 menit kami menyelam. Begitu naik ke permukaan, Ken langsung minta maaf. Huh!
Penyelaman kedua berlokasi di Bat Cave. Kami tetap ber-4 karena cewek tadi tetap panik. Seperti yang sudah diperingatkan DM sebelumnya, jalur ini lebih gelap karena lebih jauh dari lubang cenote. Kekaguman saya justru bertambah, karena dengan modal cahaya senter, suasana gua lebih mencekam. Formasi stalaktit dan stalakmitnya pun lebih masif dan kompleks, sampai ada yang berbentuk akordeon raksasa. Kali ini Ken menyelam lebih baik, namun karena ditambah pemberat, ia cenderung nyusruk sehingga sedimen di dasar gua bertebaran membuat pemandangan saya jadi kabur. Hadooh!
Di ruang agak lebar, DM menyuruh kami naik ke permukaan air bersama-sama. Saya pikir ada situasi darurat, nggak taunya DM menunjuk langit-langit gua. Dua meter di atas kepala kami terdapat ribuan kelelewar menggantung! Saya menganga melihat pemandangan ini, sambil tak lupa menutup mulut karena takut boker kelelawar masuk mulut. Sesekali kelelawar terbang ke sana ke mari, anehnya badan kami masih berada di dalam air sehingga tidak bisa ngeles dengan menunduk atau berjongkok seperti di gua kering. Pantaslah jalur ini disebut “Bat Cave”.
Ah, diving di cenote sungguh merupakan salah satu pengalaman diving terbaik saya!
tekeape menyelam
0
1.6K
Kutip
11
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.2KThread•83.7KAnggota
Terlama
Thread Digembok