Udara pagi itu cukup sejuk dan jalan sepanjang Pertama Hijau hingga komplek Istora Senayan Stadion Gelora Bung Karno (GBK) basah. Aspal hitam jalan yang tergenang air ibarat kaca, karena bisa memantulkan bayangan setiap benda yang melewatinya. Suasana itu wajar karena hujan mengguyur Jakarta dari dini hari hingga jelang siang, Minggu (6/1).
Namun, niat warga lokal dan pendatang Jakarta berolahraga di Senayan tidak surut walaupun cuaca saat itu kurang bersahabat. Akan tetapi, memang jumlah mereka tidak sebanyak ketika keadaan cuaca cerah atau lebih baik.
Di Senayan, umumnya pengunjung melakukan aktivitas olahraga di sekitaran GBK, karena kawasan itu cukup permai dengan pohon-pohon rindang nan rimbun menghitarinya. Pengunjungnya mulai dari orang per orangan, pasangan, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang terdiri dari tua-muda, pria-wanita, dan warga lokal-pendatang bahkan warga asing.
Aktivitas olahraga yang dilakukan di sana, yakni bersepeda, jogging, jalan santai, tekwondo, capoeira, senam, sepatu roda, skateboard, menendang bola kaki, bulutangkis, dan bermain tenis dengan cara unik yang bolanya diikat dengan tali sehingga bisa kembali ke pemukulnya. Ada pula yang melakukan aktivitas non olahraga, yakni latihan bernyanyi yang dilakukan grup paduan suara, cek kesehatan oleh beberapa mahasiswa/i kedokteran dari perguruan tinggi di Jakarta, dan fotografi oleh beberapa orang fotografer.
Di Minggu pagi, mulai dari perkumpulan dan komunitas olahraga ada di GBK, yakni perkumpulan senam, sepatu roda, tenis, komunitas sepeda fixie, sepeda BMX, dan skateboard, serta ada juga kelompok suporter The Jakmania, yaitu pendukung tim asal Ibu Kota Pesija Jakarta, yang sedang melakukan persiapan untuk pertandingan Pesija sorenya. Beberapa pedagang pun banyak berjualan di sana, yakni bubur ayam, ketupat sayur, nasi goreng, mie goreng, minuman, dan koran serta tabloid. Bahkan ada pula tukang pijat urut, cukup banyak pelanggannya dari pengunjung yang pegal-pegal selepas berolahraga.
Akan tetapi yang memprihatinkan adalah banyak sampah yang berserakan di jalanan lingkungan GBK, yakni puntung rokok, bungkus rokok, bekas botol minum, tutup botol minum, kantong kresek, bekas wadah makanan, bungkus nasi, kertas, tissue, bungkus permen, dan bekas permen karet. Tampak kesadaran para pengunjung di sana untuk menjaga kebersihan lingkungan sangat rendah. Sebagian besar pengunjung yang berolahraga di sana membuang sampah sembarangan. Padahal di sekeliling GBK, cukup banyak tersedia wadah sampah, yang ukurannya cukup besar, sehingga sangat jelas terlihat dan bisa menampung cukup banyak sampah.
Lalu ada yang aneh muncul di sana, sampah yang berserak itu dipunggut oleh sekelompok orang, sebagian besar berwajah oriental, yang semuanya memakai kaos berwarna hijau dan bertuliskan Jakarta Osoji Club di bagian dada kaos. Mereka dengan serius memungut sampah yang berserakan di sekitaran GBK. Semua sampah, dari ukuran besar hingga kecil, sangat teliti mereka punggut dengan menggunakan peralatan, yakni alat penjepit sampah, sarung tangan, dan karung sampah yang bergambar animasi seseorang membuang sampah pada tempatnya. Dari nama klub, aktivitas, dan wajah sebagian besar anggotanya tersebut, dapat ditebak mereka adalah komunitas warga Jepang yang peduli dengan kebersihan lingkungan Jakarta.
Hal itu sangat unik, ketika para orang Indonesia membuang sampah sembarangan di negaranya, justru para orang Jepang memungut sampah itu untuk menjaga kebersihan di negara yang bukan asalnya. Lucunya ketika para orang Jepang itu memunguti sampah, masih ada orang Indonesia yang tanpa malu membuang sampah sembarangan.
Menurut Ketua Jakarta Osoji Club Asidah, kegiatan yang mereka lakukan adalah bentuk keprihatinan dengan kebersihan lingkungan di Indonesia, khususnya di Jakarta. “Banyak sampah berserakan, sehingga terlihat kotor dan jorok, tapi warganya kurang peduli keadaan itu,” tutur Asidah.
Asidah mengatakan, dari keprihatinan itu muncul inisiatif mengajak rekan-rekan sesama warga Jepang untuk melakukan kegiatan sosial memunguti sampah yang berserakan di Jakarta, maka terbentuklah Jakarta Osoji Club pada tanggal 29 April 2012. “Harapannya kegiatan ini bisa menjadi teladan semua orang, khususnya untuk orang Indonesia, agar tergerak hatinya untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan,” kata Asidah.
Beberapa orang Indonesia kemudian bergabung dengan Jakarta Osoji Club, karena penasaran dengan aktivitas para warga Jepang tersebut. “Saya bergabung karena malu melihat orang Jepang saja mau membersihkan Jakarta, kenapa kita tidak,” kata Syawal, mahasiswa asal Jakarta, bergabung di Jakarta Osoji Club pada Desember 2012.
Awalnya semua anggota Jakarta Osoji Club warga Jepang, saat ini anggotanya sekitar 100 orang, terdiri dari 60-an orang Jepang dan 40-an orang Indonesia. Jakarta Osoji Club melakukan kegiatan rutin setiap dua minggu sekali di GBK, dengan motto “Malu Buang Sampah Sembarangan”.
namanya hosida san member JOC yang pertama
dia gak pernah absen loh gan membersihkan GBK