- Beranda
- The Lounge
Epic Java: Apa Indonesia Siap Dengan Travel Movie?
...
TS
bayang5800
Epic Java: Apa Indonesia Siap Dengan Travel Movie?
Quote:
Spoiler for :
Traveling. Seberapa sering Urbanesian melakukannya karena terpengaruh sesuatu; seperti bacaan, iklan, atau cerita teman? Bagaimana dengan film? Pernahkah terlintas sebuah film yang menggerakkan niat Urbanesian untuk melakukan traveling?
Mengangkat isu ini, bersamaan dengan diputarnya sebuah film berjenis timelapsekarya filmmaker muda, berjudul Epic Java di Blitzmegaplex Grand Indonesia, Jumat 13 September lalu, sebuah diskusi seputar travel movie pun terselenggara.
Bersama dengan tim yang membuat Epic Java, Arie Naftali Hawu Hede sebagai produser, Febian Nurrahman Saktinegara sebagai sutradara, dan Denny Novandi Ryan sebagai music composer dan sound designer, serta salah satu pembicaranya, Cahyo Alkantana, videographer dan juga traveler tanah air yang sudah mendunia. Pembahasan pun dilakukan cukup seru mengenai film Epic Java sendiri khususnya dan dunia travel movie pada umumnya. Diskusi santai ini juga disaksikan oleh penonton yang memenuhi satu auditorium dimana tiket menonton Epic Java habis terjual untuk pemutaran keduanya ini di Jakarta, dengan sebelumnya yang pertama di Bandung.
Spoiler for :
Sebuah pencapaian yang cukup signifikan untuk film pendekbuatan filmmaker semuda mereka dengan modal terbatas, tapi berhasil menyajikan karya apik yang meski mungkin masih terbilang baru untuk masyarakat Indonesia dalam menikmati film di bioskop.
Epic Java adalah film nonnaratif yang menyajikan momen-momen menakjubkan yang terjadi dari timur hingga barat Pulau Jawa. Dalam 30 menit, film ini memberi penggambaran Pulau Jawa dari mulai terbentuknya kehidupan, masyarakat yang mulai mengenal ketuhanan dan religiusitas, hingga kehidupan masyarakat yang modern seperti saat ini.
Spoiler for :
Proses syutingEpic Java dimulai sejak akhir 2011 dengan modal nekat dan dengan dana yang sangat terbatas dari kantong sang produser. Mereka berkeliling Pulau Jawa mengunjungi lebih dari 50 tempat dengan anggaran biaya yang sesederhana mungkin, dengan menyewa motor atau naik kendaraan umum. Berusaha merekam apa yang mereka temui hanya dengan bermodalkan dua kamera DSLR, yaitu kamera Canon 5D Mark II yang dikhususkan mengambil gambar timelapse dan Canon 550D yang dikhususkan mengambil video slowmotion.
Maka, Cahyo Alkantana sebagai senior dan sudah sangat menyelam dalam bidang ini pun angkat bicara soal apa saja yang harusnya diperhatikan pembuat film jenis ini, khususnya di Indonesia. Cahyo menyayangkan soal penggunaan perangkat yang minim sehingga gambar yang dihasilkan belum mencapai batas maksimal sebagai gambar bergerak dari sebuah travel movie.
Spoiler for :
Cahyo pun memberi masukan perkara pesan yang harus hadir dalam media yang sedang jadi mainan baru di industri pariwisataIndonesia ini, agar penonton bukan hanya menikmati gambar-gambar indah di dalamnya, tapi juga bisa menangkap pesan apa yang mau disampaikan pembuatnya meski tanpa narasi.
Cahyo juga menambahkan lagi agar film jenis ini harus juga bisa dijual di luar negeri, karena dari sisi pembuat film akan lebih menjual di sana. Seperti yang sering terjadi, di Indonesia sendiri, apresiasi untuk sebuah karya masih sangat kurang, dan masyarakat kita masih butuh banyak pengetahuan soal cara menikmati alam dengan benar tanpa harus merusaknya.
Apapun hasilnya kita harus tetap berbangga menemukan (lagi) penerus bangsa yang memanfaatkan bakatnya untuk hal positif. Apalagi jika nantinya pemuda bangsa kita sendirilah yang paling bisa menyebarkan kebaikan alam Indonesia untuk masyarakat Indonesia dan juga dunia!
Sumber foto:
Facebook Epic Java
Dokumentasi Penulis
0
1.9K
Kutip
6
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya