Amien Rais sepertinya mendapatkan tugas politik untuk terus menerus ‘menjebret’ Jokowi, setelah sebelumnya membangun isu soal kurangnya kadar nasionalisme Jokowi kini malah menyamakan Jokowi dengan Erap Estrada. Sebuah kalimat pernyataan harus dilihat ‘titik substansi’ dengan membedah pernyataan-pernyataan artifisial. Disini titik substansinya adalah faktor kepopuleran dan perlu digarisbawahi faktor : “Plesetan terkenalnya Jokowi karena Media Darling”.

Dilansir melalui detik..com :

“Dengan segala hormat saya, untuk memilih ‘Lurah’ Indonesia, tidak boleh hanya berdasar popularitas,” kata Amien di aula Fisip Undip Semarang.

Ia mencontohkan negara Filipina yang memilih artis Joseph Estrada sebagai presiden. Menurut Amien, Estrada dipilih karena popularitasnya dalam memerankan tokoh di film, namun saat menjabat sebagai presiden, Estrada tidak mampu menjalankannya.

“Setelah sembilan bulan dilengserkan karena sering tenggak minuman keras, main wanita, dan lain-lain,” tegasnya.

Meski demikian, lanjut Amien, popularitas Jokowi dan Estrada memang berbeda. Menurutnya Jokowi merupakan sosok yang baik, namun namanya menjadi besar karena pemberitaan di media sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Sebutan untuk Jokowi sebagai salah satu Wali Kota terbaik di dunia, menurut Amien, dianggap kurang tepat. Karena saat Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo, ternyata kota tersebut masih menjadi salah satu dari 5 daerah tingkat dua termiskin di Jateng

(detik..com : Amien Rais Bandingkan Jokowi dengan Erap Estrada).

Disini ada dua titik plesetan : Pertama, menyatukan frekuensi kepopuleran Jokowi dengan Erap Estrada bintang film Filipina yang kemudian dijatuhkan lewat serangan politik kelas menengah. Erap adalah bintang film yang kerap bermain sebagai jagoan, dia adalah ‘chuck norris-nya’ Filipina. Pemujaan terhadap Erap adalah harapan kaum miskin Filipina adanya jagoan yang membela kemiskinan mereka dan melawan para tuan tanah sesuai dengan banyak film-film yang dibintangi Erap. Disini ketenaran Erap menjadi artifisial, bahkan dukungan Erap dari rakyat adalah gabungan antara dukungan ‘tontonan dengan dukungan datangnya ratu adil’ bagi orang-orang miskin Filipina.Erap kemudian jatuh, karena kelas menengah Filipina yang terdidik menolak keras Erap, berbagai macam bukti kejahatan berhasil dibongkar dan Erap tersingkir dalam politik. Tampaknya Amien Rais secara nggak langsung menghina kecerdasan orang Indonesia dalam melihat panggung publik dan penilaian-penilaiannya.

Di kalimat tudingan Jokowi, memang Amien Rais mengungkapkan bahwa “Jokowi adalah orang baik” namun balutan ini jelas bila tidak dipisahkan dari siapa Erap, siapa Jokowi akan melaburkan fakta sesungguhnya. Apalagi Jokowi dianggap Amien Rais hanya besar di media. Pertanyaannya kenapa masyarakat begitu menyukai Jokowi.

Fakta kerja Jokowi adalah dukungan masyarakat itu sendiri, sementara fakta hiburan Erap adalah sumber dukungamn. Fakta Kerja terkait sekali dengan reputasi Jokowi sehingga kepemimpinan Jokowi menjadi pemimpin yang ’sungguh-sungguh ada’ bukan bagian dari harapan kosong.

Soal tuduhan Amien soal Jokowi gagal memimpin Solo, cukup ditertawai saja karena banyaknya award yang diterima Jokowi menunjukkan bagaimana kerja-nya, bahkan Hatta Rajasa sendiri mengakui Jokowi memiliki reputasi mengendalikan laju inflasi di Kota Solo dan mendapatkan award dari pemerintahan pusat.

Hal yang mungkin tidak disadari Amien Rais adalah setiap ucapan sentimen negatif Amien Rais pada Jokowi maka hasilnya justru indeks sentimen positif di banyak media tracking yang mengambil tiap ucapan tokoh-tokoh penting politik serta semakin mengamblaskan tokoh yang menjelek-jelekkan Jokowi.