Quote:
Jakarta - Komunikasi antara Ridwan Hakim dengan Ahmad Fathanah tersadap oleh KPK. Di tengah pembicaraan, Ridwan menyerahkan telepon itu kepada seseorang yang diakuinya sebagai Bunda Putri.
Rekaman itu diputar oleh jaksa dalam sidang lanjutan Fathanah di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Kamis (29/8/2013). Berikut rekaman tersebut.
L: Lutfhi
R: Ridwan
B: Bunda Puteri
L: Masih di kompleks DPR?
R: Di rumah bunda, bunda marah-marah.
L: Katanya waktu di Lembang, saya langsung telepon, kata Bunda jangan diberitahukan dulu. Awalnya takut terlambat, makanya saya telepon langsung. Karena bakal disepakati langsung saya telepon. Kata Bunda supaya jangan terlambat diberi tahunya. Saya tak perlu kasih tau dulu. Karena setau saya prosesnya masih jauh.
R: Diusulkan saja tidak namanya, padahal malamnya itu beliau baru dari sini. Sampai jam 1 pagi.
L: O... Menteri?
R: Menteri. Pernyataanya kan hari Jumat, malam jumatnya dia di sini sampai jam 1 pagi, ngomongin rapat, gagal juga.
L: Kalau gitu gini aja, nanti kita coba dua arah. Siapa yang terbaiknya, Widhinya yang kita pegang 100 persen, biar satu komando.
R: Bentar bunda mau bicara dulu.
B: Assalamualaikum, ustaz.
L: bunda saya minta maaf baru bangun tidur, baru seger.
B: bunda juga baru pulang jam 8, karena pengen negerokok, bosen di rumah sakit dari hari jumat, pengen merokok. Ini lagi ngobrol sama Iwan (sapaan Ridwan). Kalau bangun. Bakbuk-bakbuk, jangan senen. Kalau bangun. Iwan bisa cover zakat di istana. Jangankan orang dekat siapa nanti. Ini alternatif saja hilang.
L: waktu itu di depan bunda, saya telepn ke sana supaya memberi tahu segera. Karena prosesnya sudah panjang supaya dihentikan prosesnya untuk memperjuangkan yang namanya ... Udah hentikan nanti sampe arah yang...
B: ...itu kan sahabatnya si manyun.
L: siapa, si Widhi itu?
B: iya, orang dari DPD, kalau dari DPP sih nggak apa apa
L: mungkin begini, memang mereka berbicara soal itu. Dia nanya yang tidak ada alternatif untuk gantikan yang lama itu. Saya tidak kenal betul tapi setelah dapat restu dari bunda Langsung saya telepon
B: Itu kiblatnya satu, itu kiblatnya HP. Sekarang saya bilang ke Iwan, bunda tak akan lagi bicara pada pak haji susu, bunda gak akan negor lagi, gak akan minta lagi, kalau sampe, harusnya kan hari ini, Fathan sudah duduk, harusnya menurut pak haji. Kalau sampe ia dikabulkan, bunda berhenti semuanya. Wan bunda tak mau dimainin. Apa yang pak haji susu minta sama bunda, bilang pak lurah semua bunda temui, seorang fathan, bunda dihianati. Bunda tidak bisa terima. Kalau fathannya sudah. Kita yang butuh dia. Nggak masalah Fathan sih, Sudah jangan bicara lagi wan, bunda capek.
L: Saya khawatir mereka jalan terus.
B: sampe dianter ke pintu jam 1 malam. Bunda bilang jangan dikasih alternatif, nanti alternatifnya yang dibesarin. Besok gak ada namanya Fathan.
L: saya tadi pagi ketemu sama dia, tapi untuk urusan lain sama menteri-menteri lain.
B: sekarang ini, bunda ini jam 10 ditunggu Dipo kan. Sebelum dia ke JCC. Katanya kan, bun jadi nanti kita ketemu sama mas boed jam 2.45. Bunda di Grand Hyyat saja, supaya gak ke mana-mana Nah kalau sudah begini, males kita urusin TPA-nya. Nanti kalau Maret ada reshuffle, ya sudah saja, nanti saya gnmomong sama pak lurah, bener apa yang kamu bilang tentang haji susu itu, sudah babat saja, aman. Bunda gituin aja, aman. Bunda disuruh ngurus beliau emang di atas satu orang, banyak orang, saya tantang
[URL="http://news.detik..com/read/2013/08/29/195619/2344678/10/1/ini-rekaman-telepon-luthfi-bunda-putri-dan-ridwan-hakim"]Link corong KPK[/URL]
yang mau berkicau ane persilahkan udah ane bikinin nih threadnya dari al hail detik dot com
para hatter PKS dengan jutaan kloneng akan segera hadir
pay per post lumayan buat beli nasi uduk
DIPO ????
hati-hati jangan kena istana lagi ntar sprindik bocor lagi lo mad