jangyukiAvatar border
TS
jangyuki
(Cerita 17-an) Biar Tekor yang Penting Semua Hepi
Awalnya tulisan ini mau saya posting di blog. Cuma begitu tahu KASKUS ngadain TANGKAS cerita 17-an saya langsung melipir kemari. Ngomong-ngomong ini trit pertama saya di KASKUS yang baru emoticon-Hammer (S):



BIAR TEKOR YANG PENTING SEMUA HEPI


Dulu ketika saya masih bocah, menyambut HUT Kemerdekaan RI (tujuhbelasan) sama antusiasnya seperti menyambut datangnya lebaran. Pada masa itu setiap menjelang tujuhbelasan kampung berubah semarak dengan segala pernak-pernik bernuansa merah putih, umbul-umbul, gapura dan sebagainya. Puncak kemeriahannya terjadi pada tanggal tujuh belas (tentu saja emoticon-Big Grin), ketika pawai/iring-iringan/karnaval menuju lapangan desa dimulai dan bermacam perlombaan digelar, lalu malamnya diadakan panggung hiburan rakyat. Cuma beberapa tahun belakangan kemeriahan seperti itu sudah jarang dijumpai di kampung halaman saya. Pernak-pernik khas tujuhbelasan sudah jarang nampak, tak ada perlombaan, pawai apalagi malam panggung hiburan rakyat. Sepi. Tanggal tujuh belas agustus kesannya sama saja dengan tanggal-tanggal lain dalam almanak.

Sebenarnya warga bukan tak ingin memeriahkan HUT kemerdekaan RI, kendalanya terletak pada masalah ‘siapa yang mau ngurusin yang begituan’. Remaja-remajanya kurang inisiatif (untuk tidak menyebut cuek), sementara golongan tua ogah-ogahan. Jadi, ya sudah, bablasss ...

Harus ada perubahan
Permasalahan bukan cuma pada urusan tujuhbelasan saja, tetapi lebih dalem dari itu. Intinya beberapa tahun belakangan kampung halaman saya seolah mengalami ‘mati suri’. Tak ada kegiatan-kegiatan positif yang bisa membuat kampung menjadi hidup. Termasuk nilai-nilai tradisional seperti gotong royong yang sudah mulai luntur. Masing-masing terlampau sibuk dengan urusan sendiri-sendiri. Individualis seperi kehidupan masyarakat perkotaan.



Berawal dari obrolan bersama seorang teman saat ngasih makan ikan di kolam jaring terapung dua hari setelah idul fitri kemarin (TS-nya yang pake topi emoticon-Big Grin), muncul ide untuk membentuk sebuah paguyuban pemuda. Tujuannya supaya para pemuda kompak, punya keinginan untuk maju dan mau bermasyarakat. Karena selama ini para pemuda seolah mempunyai dunia sendiri yang terpisah dari masyarakat (tidak bisa lebur). Contoh kecilnya ketika ada kegiatan gotong royong entah itu perbaikan jembatan, renovasi masjid dan semacamnya, mereka cenderung cuek dan menganggap itu urusan bapak-bapak. Atau ketika ada warga meninggal para pemuda tidak punya inisiatif untuk membantu.

Tanpa menunggu lama, malam harinya saya bersama kang Abas mengajak para pemuda kampung untuk berkumpul dan mengobrol sambil ngopi-ngopi.

Dari hasil riungan dengan para pemuda, saya mengambil sebuah kesimpulan bahwa mereka sebenarnya punya keinginan yang sama untuk membangun kampung cuma tidak ada yang menggerakan. Mereka juga ingin ada kegiatan-kegiatan positif, bukan cuma nongkrong atau wara wiri tidak jelas juntrungnya. Mereka merasa para orang tua (generasi tua kampung) tidak mengakomodir keinginan mereka. Alih-alih memberikan solusi, merangkul atau mengarahkan remaja-remaja supaya pergaulan mereka lebih ‘kondusif’, para orang tua justru lebih senang mengomel dan menggunjingkan mereka.

Acara curhat massal para pemuda akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk membentuk sebuah paguyuban dan ada iuran sebesar 20 ribu perbulan khusus bagi mereka yang sudah punya penghasilan. Penggunaan dana yang terkumpul nantinya digunakan salah satunya untuk memfasilitasi minat para pemuda.

Semangat tujuhbelasan
HUT Kemerdekaan RI ke-68 ini saya jadikan momentum untuk mengetes komitmen para pemuda. Apakah mereka mau aktif, mau diajak kompak, mau berdayaguna, mau berkontribusi buat kampung tercinta, atau cuma omong kosong belaka. Karena itu saya merekrut mereka dalam kepanitiaan acara tujuhbelasan.

Meski dadakan, tetapi itu tidak jadi kendala. Selama tiga hari kami lembur menghias kampung, mempersiapkan apa saja untuk keperluan lomba, termasuk juga mengerahkan segala kreativitas kami untuk mempersiapkan tim dan konsep yang akan kami persembahkan saat karnaval tujuhbelasan.

Spoiler for Lembur:


Persiapan karnaval
Kami sempat bingung memikirkan konsep yang akan dibawakan saat karnaval tujuhbelasan. Karena waktu mepet akhirnya kami cari aman dengan membuat konsep yang umum, yaitu menggambarkan suasana saat jaman perang dulu. Ada tentara belanda, pasukan bambu runcing, tank, PMI, rakyat jelata, santri dan kyai, pokoknya campur aduk (yang malah jadi seperti tak berkonsep).

Dana yang minim ternyata bikin pemuda lebih kreatif. Gerobak yang biasa dipakai buat mengangkut pasir disulap jadi tank yang dilengkapi meriam bambu. Untuk kostum kami pinjam sana-sini.



Minim dana tidak menyurutkan semangat
Dua hari menjelang tujuhbelasan dana yang terkumpul hasil saweran para pemuda cuma 245 ribu. Ternyata nominal tersebut cuma cukup buat menghias kampung dan membuat jampana yang akan dibawa pawai. Sementara untuk keperluan acara perlombaan, hadiah dan uang saku bocah-bocah yang ikut karnaval akhirnya mencomot tabungan yang tadinya buat beli batre laptop. Nggak apa-apalah tekor yang penting semua hepi. emoticon-Belo

Tak ada lapangan, sawah pun jadi
Karena kampung saya sekarang sudah tidak memiliki lapangan (dulu ada dua lapangan yang biasa dipakai main bola sama badminton), kami akhirnya menjadikan sawah sebagai lokasi perlombaan. Malam sebelum tujuhbelasan para pemuda saya kerahkan buat membabat rumput dan sisa-sisa padi (tunggul padi) supaya bisa dipakai buat arena lomba. Cuma karena perlombaan dilakukan siang hari yang panasnya bikin punggung seperti ditempeli setrikaan, kami memindahkan lokasi perlombaan ke lokasi yang lebih teduh. Sementara sawah yang sebelumnya telah dipersiapkan cuma dijadikan arena main bola.

17 Agustus 2013
Jam enam pagi kami sudah mulai mendandani pasukan karnaval lalu melakukan briefing sebelum akhirnya meluncur ke arena karnaval. Jalan desa begitu meriah karena tim dari masing-masing kampung berusaha tampil seheboh mungkin.
Spoiler for Karnaval:


Antusiasme mengikuti lomba


Pulang karnaval kami langsung menggelar acara perlombaan. Meski hadiah yang disediakan panitia cuma snack (yang kami kreasikan jadi serupa medali) tetapi anak-anak begitu bersemangat mengikuti setiap perlombaan, sementara para orang tua menonton dan riuh menyemangati.

Perlombaan yang digelar adalah jenis lomba khas tujuhbelasan seperti balap karung, makan kerupuk, koin, memasukan jarum ke botol, pukul air, joget balon, balap kelereng, rerebutan/panjat pinang (kali ini kami memilih pohon pisang) dan terakhir sepak bola. Semua pesertanya anak-anak. Semoga saja tahun depan bisa lebih meriah lagi, dan bisa melibatkan tidak hanya anak-anak, melainkan segala umur bisa ikutan lomba.

Spoiler for Perlombaan:


Spoiler for Panjat Pisang:


Rekor Baru

Pada tujuhbelasan kali ini, tim junior Kampung Pasir Buntu membuat rekor baru yang sepertinya akan sulit dipecahkan dalam beberapa tahun ke depan. Pada babak penyisihan pertama melawan kampung Cijambe wetan, tim junior PASBUN kalah 10-1 dan pada babak penyisihan kedua melawan tim junior Cijambe Kidul, tim junior PASBUN dibully 21-0. Coba lomba nyelem 'nyari tutut' pasti tim junior PASBUN yang menang telak. emoticon-Ngakak

Spoiler for Main Bola:


Cheerleader
Biar lebih meriah, setiap selesai satu perlombaan ada tim cheerleader-cheerleader-an yang perform. Kocak banget liat aksi mereka, apalagi pakai goyang ituk segala emoticon-Big Grin. Tadinya saya sempat merekam aksi mereka, sayangnya batre kameranya keburu lowbat jadinya cuma bisa foto-foto.
Spoiler for Cheer:


Keceriaan yang menghangatkan hati
Melihat keceriaan mereka yang berpartisipasi pada acara tujuhbelasan kemarin sungguh membikin hati terasa hangat. Apalagi menyaksikan kekompakan para pemuda (dalam hal positif) untuk pertama kalinya.
Kebahagiaan bertambah ketika sore harinya kami mendapat kabar dari pak RW bahwa rombongan karnaval dari kampung kami dinobatkan sebagai yang terbaik oleh bapak kepala desa. Saya tak tahu akan dapat hadiah apa, tetapi itu tak begitu penting. Sekedar pengakuan saja sudah cukup menjadi motivasi bahwa jika kompak kami bisa melakukan sesuatu yang membanggakan.
Spoiler for Pemberian hadiah lomba:


Awal kebangkitan pemuda
Semoga momen tujuhbelasan tahun ini menjadi awal kebangkitan para pemuda kampung saya. Imej pemuda pangedulan, baragjulan, madesu, semoga lekas berganti jadi pemuda kreatif, penuh semangat, mau berkontribusi dan tentu saja berimtaq. Aaamiiin ...

Akhirnya saya ucapkan selamat ulang tahun kemerdekaan RI ke-68. Merdeka!!!

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia


"Karya yang saya posting disini merupakan karya saya sendiri: JS Ahyar, tidak melanggar hak cipta pihak manapun dan diperbolehkan untuk dipublikasikan KASKUS"
0
4.5K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.