Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gustav84Avatar border
TS
gustav84
Mengenal Penyakit Nomophobia (Pecandu Gadget)
Mengenal Penyakit Nomophobia (Pecandu Gadget)


Mengenal Penyakit Nomophobia (Pecandu Gadget)


Jika kita memperhatikan sekitar, terutama saat menggunakan transportasi umum, maka akan ditemukan fenomena menarik. Baik kita mengamati di stasiun commuter line, busway, kereta api, terminal antara propinsi, ataupun bandara, akan jamak kita temui orang-orang yang asik dengan gadgetnya masing-masing.

Bermain dengan smartphone dan tablet, seakan-akan lebih mengasyikkan daripada berdiskusi dengan orang lain. Satu hal yang ironis, dalam kumpul keluarga, ternyata setiap anggotanya banyak yang asik dengan gadgetnya, bukan ngobrol dengan keluarga sendiri.

Seakan, gadget sudah menjadi semacam 'fetish' yang menarik seluruh kesadaran mereka. Apakah yang terjadi?

Nomophobia di mana-mana
Nomophobia (no mobile phone phobia) adalah istilah baru, yang berarti ketakutan akan dipisahkannya pengguna dengan gadget kesayangannya. Istilah ini diperkenalkan oleh peneliti dari Inggris.

Adapun, di luar negeri sudah banyak penelitian mengenai nomophobia. Yang paling banyak dikutip adalah penelitian oleh securenvoy, sebuah perusahaan IT di Inggris. Menurut penelitian mereka, dari 1.000 responden yang menjawab polling mereka, sekitar 66 persen memiliki rasa takut kehilangan atau terpisah dari ponsel mereka.

Sementara lebih dari 41 persen memiliki lebih dari satu smartphone. Hal ini memprihatinkan, karena beberapa tahun yang lalu, survey serupa menyatakan bahwa hanya 53 persen responden yang takut kehilangan gadget mereka, sekarang angka itu naik ke 66 persen.

Survei yang tak kalah menarik dilakukan oleh Chicago Tribune, di Amerika Serikat, dimana lebih dari 40 persen responden menyatakan 'lebih baik tidak gosok gigi selama seminggu daripada pergi tanpa smartphone'.

Ada juga survei yang dilakukan oleh 11Mark, yang menyatakan bahwa 75 persen responden menggunakan smartphone di kamar mandi. Namun, tidak hanya Amerika Serikat dan Inggris saja yang terkena gangguan mental ini, namun juga Australia.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Cisco di Australia, 9 dari 10 orang berusia dibawah 30 tahun mengakui mengalami nomophobia. Survei tersebut dilakukan terhadap 3800 pemakai smartphone.

Bagaimana dengan di Indonesia? Memang sampai sekarang belum ada data yang pasti. Namun, di Asia sendiri, nomophobia telah menjadi ancaman nyata. Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan di India, 45% dari responden mengalami nomophobia.

Namun menurut Dr Sanjay Dixit, seorang psikiater yang juga penelilti riset tersebut, nomophobia belum dimasukkan dalam kategori 'phobia' secara resmi oleh buku teks Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

Meski demikian, menurut Dr Dixit, semakin banyaknya pengguna gadget yang nomophonia dapat saja mencapai skala epidemik.

Efek Nomophobia
Nah, apa saja efek dari nomophobia? Menurut riset-riset tersebut, efek yang terjadi boleh dibilang tidak jauh berbeda dengan social disorder lain yang pernah didokumentasikan. Di antaranya:

Quote:


Gadget, sebagai 'fetish' baru, telah menjadi semacam 'dewa' baru yang dipuja-puji. Hal ini menarik, karena di masa lalu, ketergantungan terhadap teknologi yang begitu masif seperti sekarang ini sama sekali tidak pernah terjadi.

Sampai 30-20 tahun yang lalu, teknologi tinggi hanya dapat diakses oleh segelintir orang. Namun, sekarang ini, hampir semua orang dapat menggunakan media sosial dari gadget mereka. Mengapa? Sebab dengan smartphone seharga tidak sampai sejuta rupiah, maka fitur media sosial dan chatting sudah dapat digunakan.

Menghindari dan Mengobati Nomophobia

Apa yang harus kita lakukan untuk terhidar dari nomophobia? Salah satu yang dapat dilakukan adalah disiplin dengan gadget. Kita seyogyanya membiasakan waktu tertentu dimana pertemuan keluarga 'disterilkan' sama sekali dari gadget, supaya ada diskusi yang hangat dan bermakna.

Gadget adalah ciptaan manusia, sehingga jangan sampai kita diperbudak olehnya. Kemudian, salah satu aktivitas yang dapat mengurangi nomophobia adalah mengintensifkan kegiatan outdoor, seperti rekreasi alam, dan olahraga secara teratur.

Satu hal yang tak kalah penting, sebagai orang yang beragama, maka mengintensifkan ibadah dan terlibat secara intens pada pertemuan jemaat atau umat dapat mengurangi tendensi anti sosial yang timbul dari nomophobia.

Jika ketergantungan sudah parah dan mengganggu, konsultasi dengan ahlinya, dalam hal ini psikolog dan psikiater, sama sekali bukan opsi yang ditabukan. Mereka dapat memberikan saran dan terapi untuk mengurangi ketergantungan terhadap gadget.

Apakah agan trmasuk dlm Nomophobia?? emoticon-Angkat Beer

Klo emoticon-Blue Repost manggapin gan emoticon-Big Grin
#nganu gan,.... emoticon-Big Grin

Mengenal Penyakit Nomophobia (Pecandu Gadget)


Mampir Ke Thread Ane Lainnya gan..

Quote:


Mengenal Penyakit Nomophobia (Pecandu Gadget)
0
3.5K
39
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.