Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Budaya
  • .: PULAU MADURA (PART II), RADEN SEGARA KEMBALI KE MEDANG KAMULAN :.

KhaYuAvatar border
TS
KhaYu
.: PULAU MADURA (PART II), RADEN SEGARA KEMBALI KE MEDANG KAMULAN :.


Cerita ini merupakan lanjutan dari cerita sebelumnya, PULAU MADURA (PART I), PUTRI TUNJUNGSEKAR TAK BERSALAH. Pada bagian kedua ini diceritakan tentang Raden Segara yang semakin beranjak dewasa dan adanya sebuah peristiwa yang mengungkap jati diri Raden Segara.

Waktu terus berjalan. Putri Tunjungsekar mengasuh Raden Segara dengan penuh kasih sayang. Mereka hanya hidup berdua, meskipun kadang Kyai Poleng datang dengan membawa makanan.

Selain Kyai Poleng yang datang, beberapa kali ada kapal pedagang yang singgah di tempat Raden Segara dan ibunya berada. Awak kapal itu mengaku melihat cahaya terang yang indah seperti cahaya rembulan pada malam hari. Oleh karena itu, para pedagang tersebut berhenti untuk berlabuh dan memberi hadiah kepada Raden Segara.

Saat berumur 2 tahun, Raden Segara sering bermain di tepi pantai dekat kediaman keduanya. Pada suatu hari, muncullah dua ekor naga yang amat besar dari arah lautan. Naga-naga itu mendekat ke arah Raden Segara. Demi melihat makhluk tersebut, Sagara kecil berlari ketakutan sambil menangis kepada ibunya.

Raden Segara menceritakan hal tersebut pada ibunya. Khawatir akan keselamatan anaknya, Tunjungsekar memanggil Kyai Poleng. Setelah Kyai Poleng datang, Tunjungsekar menceritakan kejadian yang baru saja dialami puteranya. Kemudian Kyai Poleng mengajak Raden Segara ke pantai tempat dia bertemu naga tadi.

Tak lama sesudah mereka datang, kedua ekor naga tersebut muncul lagi. Kyai Poleng menyuruh Raden Segara memegang ekor naga tersebut dan membantingnya ke tanah. Raden Segara menuruti perintah Kyai Poleng dan setelah dibanting, dua ekor naga itu menjelma menjadi dua buah tombak.

Kedua tombak tersebut diberikan kepada putri Tunjungsekar. Tombak pertama diberi nama Kyai Nenggolo sedangkan tombak kedua diberi nama Kyai Aluquro.

Pada usia 7 tahun, Raden Segara pindah dari gunung Geger ke desa Nepa. Disebut desa Nepa karena di tempat tersebut banyak sekali tumbuh pohon Nepa, yaitu sejenis kelapa tapi lebih kecil pohonnya. Desa Nepa saat ini letaknya di sekitar pantai sebelah utara Kabupaten Sampang, tepatnya di daerah Ketapang. Daerah tersebut hingga kini masih banyak kera-nya.

Sejenak kita tengok kehidupan di Medang Kamulan, negeri yang dahulu pernah didiami ibunda Raden Segara. Medang Kamulan masih dipimpin oleh Sang Hyang Tunggal.

Ternyata Medang Kamulan sedang ditimpa bencana. Negeri tersebut sedang diserbu musuh dari Cina. Raja kebingungan karena berkali-kali kalah dalam pertempuran dan kelangsungan kerajaannya sedang dalam bahaya. Dalam keadaan genting tersebut, raja bermimpi bertemu dengan orang tua yang mengatakan bahwa di sebuah pulau di utara Medang Kamulan, ada seorang pemuda sakti yang bisa membantunya.

Maka demi keselamatan kerajaannya, raja mengutus beberapa patih dan prajurit untuk pergi ke pulau yang ada di mimpinya dan mencari pemuda sakti tersebut. Sesampainya di Madura, utusan raja mencari pemuda sakti dan akhirnya bertemu Raden Segara. Mereka menyampaikan maksud kedatangannya sebagai utusan dari Medang Kamulan.

Putri Tunjungsekar mengijinkan putranya pergi. Namun sebelum Raden Segara berangkat, Tunjungsekar membekali putranya dengan tombak Kyai Nenggolo dan dipanggilnya Kyai Poleng untuk mendampingi Raden Segara. Kyai Poleng ikut serta dengan rombongan ke Medang Kamulan, namun yang bisa melihat Kyai Poleng hanya Raden Segara.

Raden Segara berperang dengan pasukan dari Cina dengan bersenjatakan tombak Kyai Nenggolo dan didampingi oleh Kyai Poleng. Setiap Raden Segara menghunuskan tombak Kyai Nenggolo ke arah musuh, sejurus kemudian musuh akan mati mendadak karena penyakit aneh. Karena semakin banyak kawannya yang mati, maka pasukan musuh yang tersisa segera melarikan diri dari Medang Kamulan.

Raja merayakan kemenangan itu dan memberi gelar Tumenggung Gemet kepada Raden Segara. Selain itu raja berkeinginan untuk menikahkan Raden Segara dengan salah seorang putrinya yang tak lain adalah adik dari putri Tunjungsekar.

Oleh karena itu, raja menyuruh Raden Segara menemui ibunya untuk menyampaikan maksud tersebut. Dengan dikawal oleh tentara kehormatan, Raden Segara pulang dan menyampaikan maksud raja.

Demi mendengar permintaan tersebut, menangislah Putri Tunjungsekar dan menceritakan bahwa dirinya adalah putri dari Raja Medang Kamulan. Raden Segara tak lain adalah cucu dari Sang Hyang Tunggal yang baru saja ditolongnya dan calon istrinya tak lain adalah bibinya sendiri.

Berpelukanlah mereka sambil menangis. Setelah itu, secara ajaib mereka menghilang dan prajurit yang mengiringi Raden Segara dari Medang Kamulan berubah jadi kera. Konon itulah asal muasal kera-kera yang banyak berada di desa Nepa sekarang ini.

Menurut cerita rakyat setempat, orang-orang tertentu yang memiliki tingkat keimanan tinggi, bisa melihat sosok raden Segara yang gagah disertai pakaian perang yang dilapisi kilauan emas. Dan konon, tombak Kyai Nenggolo dan Kyai Aluquro diwariskan kepada Pangeran Demong Plakaran, Bupati Arosbaya (Bangkalan sekarang). Sampai saat ini, tombak Kyai Nenggolo dan Kyai Aluquro menjadi senjata pusaka Bangkalan.

Demikian dongeng Pakde kali ini. Tunggu dongeng Pakde selanjutnya ya.. Hhehhehhe



- legenda -

Pakde Blangkon,
Diolah dari berbagai sumber
--------------------------
Photo Credit : zkarnain.tripod.com/madura.jpg
Diubah oleh KhaYu 20-07-2013 18:16
0
6.8K
12
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
BudayaKASKUS Official
2.3KThread1.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.