Seperti yang kita telah ketahui, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dibangun pada tahun 1958 hingga tahun 1962 berdasarkan gagasan Presiden Soekarno untuk menyambut Asian Games ke IV.Alasannya jelas agar Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri memiliki salah satu stadion terbesar di dunia ketika itu.

Cukup sulit bagi saya untuk mencari 10 alasan yang valid agar artikel ini dapat dibaca tanpa memicu kontroversi berlebihan dari para Pembaca. Namun kalau anda memang mau pendapat saya, dibawah ini adalah beberapa alasan saya pribadi mengapa sudah seharusnya SUGBK direnovasi dengan segera:

Semenjak awal berdiri hingga saat ini, SUGBK baru satu kali direnovasi, yakni pada tahun 2007 untuk menyambut Piala Asia.Kapasitas stadion dikurangi menjadi “hanya” sekitar 88.000 penonton demi alasan keselamatan (walaupun ketika sedang full house, kapasitas pasti lebih dari itu). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa stadion yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun ini belum pernah sekalipun direnovasi secara menyeluruh. Tidak harus menunggu rubuh terlebih dahulu baru diperbaiki, bukan?

Saya pernah duduk hampir di semua kategori. Secara keseluruhan, hanya bangku VIP dan VVIP yang berbeda dengan kelas-kelas lain. Ketika si biru dan si kuning menggunakan bangku perorangan dari plastic, kategori lainnya terbuat dari kayu panjang. Untuk menyiasati peraturan regulasi standard stadion bertaraf Internasional, maka bangku tersebut diberi sekat kecil untuk menjadikannya bangku perorangan. Terlebih lagi, luas antar bangku sangatlah sempit. Hal ini juga berlaku untuk kelas VIP dan VVIP loh!

Saya sering bertanya-tanya. Mengapa dari begitu banyak pintu untuk masuk ke dalam stadion ini, mengapa sering kali hanya satu pintu yang dibuka? Terlebih lagi, pintu tersebut sangat sempit dan hanya muat untuk satu orang. Coba bayangkan kalau mereka mau membuka beberapa pintu yang tersedia. Pasti kita akan nyaman dalam mengantri.

Sehubungan dengan hal diatas, salah satu hal yang membuat saya tidak mau masuk stadion kalau sudah dekat waktu kick-off adalah karena saya malas harus ikut mengantri dalam antrian yang panjang. Terlebih lagi, terkadang tidak jelas antrian tersebut sebenarnya membuat berapa baris. Dari awalnya yang tiga atau empat baris, pada saat diujungnya akan mengerucut menjadi satu.

Sanitasi adalah salah satu tolak ukur sebarapa maju sebuah negara. Oleh sebab itu, keadaan toilet SUGBK yang sekarang jelas harus diperbaiki.Selain kotor dan kerap terdapat genangan air, fasilitas di dalam toiletpun sudah banyak yang rusak.

Ingat bagaimana suporter Arab Saudi ditimpuki oleh para penonton dan langsung mengungsi ke tempat media? Dari sini terlihat bahwa zona media yang seharusnya bersih dari penonton dapat dengan mudah dimasuki. Hal ini juga berkali-kali terjadi ketika stadion kelebihan kapasitas (you know why).

Berbicara tentang SUGBK, sudah sepantasnya kompleks Gelora Bung Karno juga diperhatikan. Maka oleh sebab itu, saya mohon agar lampu jalan dinyalakan ketika malam hari. Hampir tidak pernah saya merasakan berjalan hanya dengan bantuan pencahayaan dari sinar bulan.

Mengenai masalah antrian yang sudah dibahas diatas, tidak terlepas dari kurang memadainya area yang ada. Ring road stadion yang hanya berlebar 20 meter itu seharusnya lebih diperbesar untuk memudahkan kita membentuk antrian yang lebih tertib dan teratur. Jangan lupa juga untuk tidak membiarkan mobil parkir di zona ini ketika hari pertandingan.

Sewajarnya, jalur bus yang membawa pemain dibuatkan barikade agar penonton tidak bisa mendekat. Sedangkan di SUGBK, kita bisa melihat bus melewati kerumunan penonton di ring road stadion dengan mudahnya. Untung saja bus yang membawa tim nasional Malaysia U-23 tidak dibakar oleh penonton ketika Sea Games dua tahun lalu.

Terlepas dari 10 hal diatas, sebenarnya yang harus diperbaiki adalah mental para pengurus stadion.Saya kurang paham apakah pengurus stadion ini tergabung dengan pengurus PSSI atau tidak. Yang jelas, mereka harus benar-benar mengutamakan keamanan dan kenyaman penonton ataupun pemain. Karena kalau melakukan renovasi besar-besaran tetapi tidak dirawat, maka hasilnya akan sama saja.

Kebanyakan, yang membersihkan sampah tersebut adalah para pemulung. Saya bukannya ingin mengambil rejeki mereka, namun sudah sepantasnyalah pihak pengurus membentuk petugas kebersihan resmi yang bertugas menjaga keindahan dan kebersihan stadion.

Misalnya, setiap sector diberi dua hingga lima orang yang bertugas mengangkat sampah seusai pertandingan. Kalau perlu, mereka juga bertugas mengelapi setiap bangku secara rutin, mengepel lantai, hingga menghapus coretan-coretan yang kerap terlihat di tangga stadion. Mereka yang duduk di tribun atas pasti tahu betapa kumuhnya suasanya tangga menuju ke dalam stadion.

Kapasitas dan besarnya SUGBK saat ini hanya seperti kamuflase untuk menutupi keadaan dan fasilitas yang terdapat didalamnya. Maka sudah sepantasnya stadion kebanggaan rakyat Indonesia ini segera direnovasi. Stadion ini memang harus segera kembali menjadi salah satu simbol bangsa seperti sedia kala.

Lagipula dengan merenovasi SUGBK, kalian para politisi, pengurus PSSI, atau siapapun kalian pasti jadi lebih terlihat berguna di mata masyarakat. Meski hanya sekedar pencitraan sekalipun, percayalah kami akan tetap menghargai perkejaan kalian itu.