Bagi umat Muslim yang tinggal di negara-negara Eropa dan yang lebih dekat dengan lingkaran kutub utara, Ramadan menjadi lebih menantang setiap tahunnya. Sebagaimana yang dilansir euronews, Kamis (11/7/2013), di negara seperti Finlandia dan Norwegia, matahari terbit 3 jam lebih awal. Hal ini menandakan bahwa umat Muslim akan menjalankan ibadah puasanya lebih lama sekitar 20 jam.

Lamanya waktu berpuasa di negara-negara tersebut membuat warga Muslimnya hanya memiliki waktu yang singkat untuk makan, minum, dan bahkan menyiapkan waktu berbukanya. Meskipun begitu, justru hal ini tidak menyurutkan niat ibadah umat Muslim di sana dalam berpuasa.

"Waktu berpuasa yang lama adalah sebuah tantangan buat saya," kata Yaser Javed, seorang mahasiswa Teknik Elektro di Swedia. "Sebagai seorang mahasiswa dan pekerja paruh waktu, ini hal yang berat buat saya untuk memasak sendiri, belajar, dan menyelesaikan pekerjaan saya selama saya berpuasa hingga pukul 9 malam".

Javed juga mengatakan bahwa dirinya termotivasi untuk berpuasa karena bulan suci Ramadan hanya datang sekali setiap tahun. Dengan berpuasa akan menjadi cara bagi dirinya dalam menguatkan keyakinan agamanya.

Hal serupa juga dikatakan oleh seorang mahasiswa di Norwegia, Ibrahim Afridi, "Saya merasa senang jika saya bisa benar-benar mencapai untuk menahan diri. Yang memotivasi saya dalam berpuasa hanya semata-mata karena Allah," katanya.

Peritiwa ini tak hanya akan terjadi pada Ramadan tahun ini saja. Pada tahun 2015, umat Muslim di Norwegia, Swedia, dan Finlandia saat Ramadan bahkan tidak akan merasakan malam hari seutuhnya. Hal ini karena bulan puasa akan jatuh di pertengahan musim panas. Umat Muslim di negara-negara tersebut akan kembali mendapatkan tantangan yang lebih besar saat bulan puasa.