• Beranda
  • ...
  • Health
  • Efek samping Ethambutol sebagai salah satu obat TB terhadap Mata

bukamatatelingaAvatar border
TS
bukamatatelinga
Efek samping Ethambutol sebagai salah satu obat TB terhadap Mata


Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksius yang sering terjadi, yang dapat menyebabkan kematian, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini umumnya mengenai organ paru, tapi dapat juga mengenai organ lainnya. Berdasarkan data WHO, kasus TB di Indonesia masuk dalam 5 besar di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus sebanyak 528 ribu pada tahun 2007. Indonesia telah membuat standar penanganan TBC . Dilaporkan keberhasilan pengobatannya telah mencapai 91% sejak tahun 2005-2008, mulai tampak peningkatan dibandingkan tahun 2003 (87%).

Terapi yang digunakan dalam pengobatan TB menggunakan kombinasi obat yang terdiri dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid dan Ethambutol. Ethambutol merupakan salah satu obat yang digunakan pada lini awal terapi TB, dan efek sampingnya telah diketahui sejak pertama kali digunakan untuk TB tahun 1960 (Carr RE, Henkind P. Ocular manifestations of ethambutol. Arch Ophthalmol 1962; 67:566-571.)

Efek samping Ethambutol yang tersering adalah toksisitas yang terjadi pada mata dan pencegahan terhadap munculnya efek samping ini masih merupakan kontroversi. Penelitian pada hewan ditemukan bahwa ethambutol memiliki efek toksik pada serabut saraf di ganglion retina. Onset terjadinya keluhan pada mata biasanya lambat, bisa berbulan-bulan setelah mulai terapi (rata-rata antara 3-5 bulan, bahkan ada yang sampai 12 bulan), jarang sekali yang muncul secara akut. Pasien yang terkena akan mengeluh penurunan tajam penglihatan pada kedua mata tanpa disertai rasa sakit, penurunan terhadap kontras dan sensitivitas warna serta gangguan lapang pandang. Pada pemeriksaan fisik, gangguan yang terjadi pada kedua mata didapatkan simetris.


Gambar 1 Pasien dengan TB otak yang sedang dalam terapi ethambutol
a dan b adalah gambaran saraf optik kanan dan kiri yang sudah menjadi pucat
c dan d adalah gambaran gangguan lapang pandang yang diderita, berupa gangguan cecocentral pada kedua mata


Gambar 2. Tes warna menggunakan Ishihara Test dan Farnsworth Munsell
Efek samping ini dikatakan berhubungan dengan dosis dan lamanya pengobatan. Biasanya masih dapat bersifat reversibel apabila pengobatan dihentikan. Tapi hal ini juga masih menjadi issue yang kontroversial. Belum ada dosis yang dikatakan sebagai dosis aman yang tidak menimbulkan toksisitas pada mata. Dosis ethambutol yang digunakan pada pengobatan TB 15-25mg/kgBB/hari. Namun komplikasi toksik ini masih ada dilaporkan bahkan pada dosis kurang dari 12.3 mg/kgBB/hr. Proses ekskresi ethambutol adalah melalui ginjal, maka pasien dengan fungsi ginjal yang buruk memiliki risiko lebih besar terkena komplikasi pada mata. Faktor-faktor predisposisi lain adalah diabetes, merokok dan alkohol.

Apabila terdapat tanda-tanda komplikasi terhadap okular, biasanya akan dilakukan penghentian pemakaian ethambutol dan pasien dirujuk ke dokter spesialis mata. Ketika komplikasi terhadap mata telah terjadi, untuk kembalinya keadaan mata seperti semula tidak dapat dipastikan. Perbaikan bisa terjadi dan memakan waktu bisa dalam hitungan minggu ataupun berbulan-bulan. Namun demikian pernah dilaporkan, walaupun ethambutol dihentikan, kemungkinan tetap terjadi perburukan visus masih ada. Beberapa penulis menganjurkan, ketika toksisitas terhadap mata yang terjadi cukup berat, disarankan penghentian terhadap ethambutol dan isoniazid. Isoniazid biasanya dihentikan 6 minggu setelah penghentian ethambutol.

Monitoring sebagai persiapan pencegahan perlu dilakukan pada semua pasien yang menerima ethambutol sebagai terapi. Pemeriksaan terhadap penglihatan sebelum diberikan terapi adalah wajib, sebagai data baseline. Perlu ditanyakan adanya perubahan tajam penglihatan atau keluhan mata lainnya setiap pasien datang kontrol. Skrining terhadap pemeriksaan penglihatan terhadap warna juga perlu dilakukan. Pemeriksaan rutin wajib dilakukan apabila pasien mendapat dosis lebih dari 15 mg/kgBB (bisa setiap 3-6bulan). Insidens terjadinya toksisitas mata lebih kecil apabila dosis yang diberikan kurang dari 15mg/kgbb, yaitu dibawah 1%. Apabila terdapat keluhan mata, pasien yang sedang dalam pengobatan TB sebaiknya dikonsulkan atau datang memeriksakan diri ke dokter mata.



dr. Rini Sulastiwaty, SpM

Artikel kesehatan lainnya : ww.bukamatadantelinga.com

Info kesehatan paru: www.klinikdokterparu.com
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
11.5K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
HealthKASKUS Official
24.6KThread10KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.