Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

christianandyAvatar border
TS
christianandy
MISTERI MAKAM GANTUNG DI BLITAR
Spoiler for WELCOME:
Masyarakat Blitar biasa menyebut Makam Gantung. Di makam itu terdapat sosok yang dianggap sakti bernama Eyang Joyodigo.

Makam Gantung ini dijaga oleh dua sosok gaib dengan wujud binatang, yaitu ular sebesar batang pohon kelapa dan seekor harimau loreng sebesar anak sapi.

Konon, para peziarah ada yang pernah diperlihatkan dua penunggu gaib ini. Sampai Eyang Joyodigo meninggal, penunggu gaib itu masih setia menunggu makam majikannya.

Eyang Joyodigo merupakan seorang sufi yang menguasai ilmu langka: Aji Pancasona. Ilmu yang bisa menghidupkan kembali seseorang yang mati saat jasadnya menyentuh tanah.

Alasan itulah yang membuat Makam Eyang Joyodigo digantung. Walau demikian, jasadnya tidak digantung melainkan dimasukkan ke dalam peti besi dengan empat penyangga.

Kuncen Makam Gantung bernama Biran mengatakan, Eyang Joyodigo adalah satu-satunya orang yang menguasai Aji Pancasona.

Biran juga menceritakan, Eyang Jogodigo merupakan pengikut setia Pangeran Diponegoro dan ikut berperang melawan penjajah Belanda.

Tak hanya sekali, tokoh sakti ini tertangkap dan dieksekusi mati oleh Belanda. Namun, karena mempunyai Aji Pancasona, begitu jasadnya dibuang oleh Belanda, Joyodigo hidup lagi tanpa sepengetahuan kompeni.

Hingga pada akhirnya, pada 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap karena siasat licik pihak kompeni. Namun walau Pangeran Diponegoro telah diasingkan ke Makasar setelah tertangkap, bukan berarti darah pejuang Joyodigo padam.

Walau saat pecah perang Pangeran Diponegoro, usianya masih menginjak sekitar 30-an. Ia terus melakukan perang gerilya bersama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Namun, karena saat itu wilayah Yogyakarta terlalu banyak penjagaan oleh kompeni, Joyodigo memilih perang gerilya menuju arah timur.

Singkat kata, dalam perjalanannya ke arah timur, setiap pos Belanda yang lengah, pasti diserang. Hingga pada akhirnya, sampailah Joyodigyo di wilayah Blitar. Di kota ini, tanpa sepengetahuan pihak penguasa Blitar saat itu, Joyodigo terus melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Merasa wilayahnya aman dari pemerasan kompeni, kemudian Adipati Blitar saat itu, mengirim pasukan telik sandi (intel) untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang telah membuat takut kompeni di wilayah Blitar.

Hingga pada akhirnya, telik sandi yang dikirim oleh sang Adipati, menemukan Joyodigo di sebuah hutan yang masuk Blitar Selatan. Atas perintah Adipati Blitar, telik sandi mengundang Joyodigo untuk datang ke pendopo.

Namun permintaan utusan Adipati Blitar ini ditolak dengan halus. Alasannya, Joyodigo saat itu, masih sibuk melatih laskar untuk mengusir kompeni.

Karena tolakan halus dari Joyodigo ini, kemudian telik sandi langsung pulang dan melapor kepada Adipati. Dua tahun kemudian, Adipati Blitar kembali mengirim utusan. Saat itu, patih di kadipaten Blitar mangkat dan harus segera dicarikan pengganti.

Maksud Adipati mengirim utusan yang kedua, agar Joyodigo bersedia menjadi pati di kadipaten Blitar. Dan karena banyak pihak kompeni yang meninggalkan Blitar lantara serangan gerilya pasukan Joyodigo, tokoh ini bersedia menerima tawaran Adipati Blitar.

Sebagai seorang keturunan darah biru dan pernah tinggal di keraton, ketika diangkat menjadi patih di kadipaten Blitar, Joyodigo sudah tak asing lagi dengan pemerintahan. Patih Joyodigo mampu mengambil kebijakan yang sangat cakap.

Hal inilah yang membuat salut sang Adipati Blitar. Karena kecakapan ini, kemudian sang Adipati memberinya tanah perdikan yang sekarang berada di Jalan Melati kota Blitar. Di tanah perdikan ini, Joyodigo kemudian membangun sebuah rumah besar untuk keluarganya dan diberinya nama, "Pesanggerahan Joyodigo."

Hingga saat ini, rumah yang didirikan oleh joyodigdo masih berdiri kokoh. Sebagai manusia biasa, walau mempunyai Aji Pancasona, Joyodigdo akhirnya wafat pada tahun 1905 diusia seratus tahun lebih. Karena khawatir akan hidup lagi begitu menyentuh bumi, kemudian oleh para kerabat, makamnya diusahakan agar tidak menyentuh tanah. Jasad Joyodigdo dimasukkan kedalam peti besi, dan peti itu kemudian disangga dengan empat tiang yang juga terbuat dari besi.

Sumber : majalah misteri

Spoiler for Pict:

Spoiler for Pict:

Spoiler for Pict:

Spoiler for Pict:


Spoiler for AWASS...!!!:
Diubah oleh christianandy 27-06-2013 17:55
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
11.4K
21
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.