Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ghilang27Avatar border
TS
ghilang27
Bang BEN, sang seniman peka nasib Jakarta


Bang BEN, sang seniman peka nasib Jakarta
Jakarta kebanjiran
Di Bogor angin ngamuk
Rumah ane kebakaran gara-gara kompor meleduk

Penggalan lirik itu adalah salah satu lagu gubahan Benyamin Sueb yang paling tenar, berjudul "Kompor Meleduk". Hanya dari lirik tersebut, kita dapat mengetahui persoalan Jakarta belum naik kelas sejak 40 tahun lalu, ketika karya itu pertama kali diciptakan.

Benyamin, tanpa tedeng aling-aling langsung menyoroti tiga permasalahan yang masih menghantui masyarakat Jakarta sampai saat ini, yaitu banjir, banjir kiriman akibat cuaca buruk di Bogor, serta kebakaran akibat kompor meledak. Lirik itu menemukan konteksnya dimulainya konversi minyak tanah ke gas pada 2010, banyak kasus tabung gas 3 kilogram meledak akibat produksi buruk.

Demikian lah Bang Ben, sapaan akrab Benyamin merefleksikan kotanya. Jujur, sekaligus kritis. Pria kelahiran Jakarta, 5 Maret 1939 menjadi satu ikon kebudayaan tersaingi, baik dari produktivitas maupun kualitas karya, oleh seniman Betawi lainnya.

Masa kecil Benyamin harus menjalani kesulitan hidup. Sang ayah, Bernama Sueb, meninggal saat dia masih berusia dua tahun. Ibunya, Aisyah harus pontang-panting menghidupi tujuh kakaknya. Alhasil, Ben kecil mesti ikut mencari nafkah.

Saat berusia tiga tahun, ia diajak kedua kakaknya mengamen demi mendapat tambahan penghasilan keluarga. Darah keseniannya diwarisi dari kakeknya bernama Haji Ung, pemain teater rakyat Betawi pada masa itu disebut Dulmuluk. Sementara dari garis ibu, ada Engkong Saiti, seorang musisi.

Berkat gemblengan dua kakeknya, Ben mengasah bakat seni Betawi. Kemampuan berkesenian itu terbukti kelak memberinya bekal menjalani kerasnya kehidupan di Jakarta.

Ben sempat pindah ke Bandung hingga menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar. Beranjak ke bangku SMP, Ben kembali ke Jakarta. Di masa itu, Ben sempat meninggalkan musik.

Selama itu pula, Benyamin terkenal kocak, nakal lantaran berani melawan guru, tapi juga bersuara merdu. Dia punya banyak kawan di Bandung maupun Jakarta.

Selepas sekolah, Ben sempat bergonta-ganti pekerjaan. Dia menganggur karena memutuskan keluar dari kuliah di Akademi Bank Jakarta. Pekerjaan sebagai kenek bus PPD pernah dijalani Bang Ben, tapi tak lama memilih keluar karena uangnya selalu habis.

Pekerjaan menjadi tukang roti keliling juga pernah dilakoninya. Bang Ben kembali melirik musik ketika ditawari Kodam V Jaya untuk melatih musik.

Peruntungan Benyamin berubah ketika membentuk Melodyan Boy bersama teman-temannya di Kemayoran. Dua lagu mereka "Si Jampang" dan "Nonton Bioskop" meledak. Hal itu tak lepas dari bantuan seniman Bing Slamet yang menyanyikan ulang "Nonton Bioskop", sehingga semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Namun, karir grup itu sempat terhambat karena Soekarno sempat melarang alunan musik yang kebarat-baratan, atau disebut 'ngak-ngik-ngok'. Grup itu memang memainkan alat musik modern, seperti gitar listrik dan organ.

Benyamin mengakali sensor negara dengan memainkan gambang kromong. Karir Ben di industri musik semakin menanjak saat bergabung dengan orkes Naga Mustika pada akhir 1960-an. Saat jatuhnya pemerintahan Orde Lama, Bang Ben kembali menggabungkan Gambang Kromong dengan sentuhan pop.

Di masa-masa ini, perusahaan rekaman berebut mengontrak Ben dan kawan-kawan. Semula, Ben bergabung dengan Mesra Records, kemudian berlabuh ke Diamond Record, lantas menambatkan diri cukup lama ke Remaco. Di perusahaan rekaman terakhir, Benyamin disandingkan dengan Ida Royani. Pelbagai hits tercipta, misalnya "Begini Begitu" atau "Di Sini Aje", dan keduanya menjadi artis papan atas.

Di masa 1969 itu pula, lahir "Kompor Meleduk". Memasuki periode 1970-an, Benyamin menekuni dunia film. Lahirlah beberapa sinema yang ikonik berkat perannya, misalnya "Benyamin Biang Kerok" (1972), "Si Doel Anak Betawi" (1973) arahan sutradara legendaris Sjumandjaja.

Di dunia seni peran, Bang Ben juga tidak setengah-setengah atau aji mumpung semata. Buktinya, saat berperan sebagai bapak Doel di "Si Doel Anak Modern", dia menyabet penghargaan pemeran utama pria terbaik pada Festival Film Indonesia 1977.

Produktivitas itulah yang membuat Benyamin sulit ditandingi seniman tradisional sezamannya. Tercatat Bang Ben menghasilkan 75 album musik dan membintangi 53 film. Mayoritas laris manis.

Selain itu, Benyamin bersikeras menggunakan bahasa Indonesia, meski tentu dengan logat Jakarta. Bahkan, untuk seniman tradisional, dia teramat cerdas karena menggabungkan bahasa Inggris secara parodi di lagu "Superman".

Pada masa jayanya pada 1970-an, Benyamin pentas di seluruh Indonesia. Kendala bahasa Indonesia dialek Betawinya tidak menjadi masalah. Bahkan penonton dari Kalimantan, Sulawesi, maupun Papua dikabarkan selalu terpingkal ketika dia pentas. Sebab, selama tampil di atas panggung, Bang Ben tidak hanya mengandalkan kedaerahan, tapi juga gestur dan musik yang pas untuk mengiringi liriknya yang jenaka.

Dan dari lirik lagu itulah, kita tahu Benyamin bukan semata seorang pelawak. Dia bukan hanya ikon yang menciptakan istilah "Muke Lu Jauh" saja, tetapi juga seseorang yang sangat peka dengan nasib rakyat kebanyakan, khususnya kaum jelata, di kota kelahirannya Jakarta.

Pada lagu "Badminton", dia menggambarkan rakyat main permainan bulu tangkis dengan alat seadanya, termasuk menggunakan talenan, karena raket tak terbeli. Dan lagu itu dinyanyikan dengan lirik bahasa Sunda.

Dia juga dapat menggambarkan kemiskinan dan ekonomi non-formal dalam "Tukang Loak" dan "Tukang Tuak".

Dan kritisisme Bang Ben paling puncak adalah "Kompor Meleduk". Sebab, dia mencetuskan salah satu gagasan agar persoalan Jakarta bisa teratasi, yaitu partisipasi warga.

"Ayo ayo bersihin got, jangan takut badan belepot, coba teman jangan pada ribut, jangan pada kalang kabut," tandasnya.

Bang Ben meminta warga Jakarta ingat, bahwa got mampet karena salah mereka sendiri. Maka perbaikan secara kolektif mutlak diperlukan, dan fokus. Warga tidak boleh mementingkan diri sendiri "jangan pada ribut, jangan pada kalang kabut".

Jelang meninggalnya, Benyamin masih sempat meninggalkan ingatan manis bagi publik Indonesia, yaitu dengan perannya sebagai babe di sinetron tersukses di Tanah Air "Si Doel Anak Sekolahan" (1995).

Keluarganya juga diwarisi sebuah jaringan radio yang diberi nama "Bens Radio", kini memiliki cabang di 13 kota.

Selepas bermain sepak bola, Bang Ben mengaku kelelahan, rupanya itu adalah awal dari serangan jantung yang merenggut jiwanya pada 5 September 1995.

Ben meninggalkan lima anak dari istri pertama, dan empat anak dari istri kedua. Namun, tidak hanya itu, kepergiannya juga meninggalkan duka bagi puluhan juta penggemarnya di seluruh Indonesia.

Sepatutnya warga Jakarta di ulang tahun kota ke-486 ini, mengingat kembali pesan Bang Ben yang tidak lekang oleh zaman. Bila ingin masalah besar dan pelik seperti macet, banjir, atau kebakaran usai di Ibu Kota, maka kita semua harus "jangan takut badan belepot".



emoticon-Kisssosok seorang seniman yg selalu tampil apa ada nyaemoticon-Kiss
Diubah oleh ghilang27 23-06-2013 10:31
0
2.7K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread41.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.