Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dedy46Avatar border
TS
dedy46
Selamatkan Permainan Tradisional
Sangat mungkin kalau orang-orang di usia saya adalah generasi terakhir anak yang lahir di kota besar yang masih menikmati asyiknya memainkan berbagai permainan tradisional. Saya melalui masa-masa SD pada tahun 1988-1997 di sebuah perkampungan di Mampang, Jakarta Selatan. Mirip dengan buah yang datangnya musiman, permainan tradisional kami mainkan secara bergantian, musiman juga. Kami memainkan gundu (kelereng) dengan berbagai variasinya, galasin (gobak sodor), galetot (dampu), gasing, gambaran, kuartet, congklak, tokadal (patil lele), tapak gunung, petak umpet, kasti, bola gebok, anggar bambu, benteng, lompat karet, sepiring dua piring, dsb.


Kami merasa sangat beruntung sekali atas manfaat yang diperoleh dari memainkan permainan tradisional itu. Permainan-permainan tersebut sangat membantu meningkatkan kemampuan psikomotor dan psikososial dengan cara yang sangat menyenangkan. Banyak bergerak dan bernyanyi pada saat bermain membuat fisik kami cukup kuat, sehingga jarang ditemukan anak yang kegemukan saat itu.

Hal ini berbeda dengan yang dialami anak-anak sekarang. Keponakan-keponakan saya yang berada di Jakarta sudah tidak pernah lagi memainkan permainan tradisional itu. Anak saya, 5 tahun, yang sekarang tinggal di Lampung, dengan area bermain yang cukup luas, memainkan sedikit saja varian permainan tradisional bersama teman-temannya. Ingin sekali mengenalkan kembali permainan tradisional yang dulu saya mainkan. Namun, saya menemukan beberapa kendala: beberapa permainan saya lupa cara memainkannya dan repotnya hampir seluruh permainan tradisional adalah permainan berkelompok yang mau tidak mau harus juga mengajak teman-teman anak saya pada saat di “ajarkan” berbagai permainan tradisional itu.

Jika banyak anak-anak sekarang yang jarang memainkan permainan tradisional lagi, permainan tradisional lambat laun akan punah. Lalu, siapa yang bertanggung jawab dan kita harus melakukan apa? Tentu saja, orang-orang yang terkait dengan pendidikan anak yang memiliki tanggung jawab ini. Orangtua, dengan pengalamannya sebagai pelaku permainan tradisional di masa lalu, adalah pihak yang paling efektif mengenalkan permainan tradisional ke anak. Selain itu permainan tradisional perlu lebih banyak lagi digiatkan di berbagai sekolah tingkat dasar, perpustakaan anak, taman bacaan, masjid, gereja, dan berbagai komunitas lain. Terkait dengan

sekolah dasar, saya cukup senang Pramuka menjadi kegiatan ekstra kurikuler wajib pada kurikulum 2013. Dengan adanya Pramuka yang sering mengadakan kegiatan luar ruangan, saya berharap akan ada banyak kegiatan memainkan permainan tradisional di sekolah dasar.

Permainan tradisional adalah produk kreatif Indonesia yang memiliki makna lebih dari sekedar permainan. Permainan tradisional Indonesia adalah permainan berkelompok yang bisa efektif menanamkan jiwa sosial dan toleransi kepada anak. Sebagai produk kreatif bangsa, ia memiliki nilai yang sama tingginya dengan batik, kain songket, rendang, dan produk kreatif bangsa lainnya

Sumber : Kompasiana
Diubah oleh dedy46 20-06-2013 08:37
0
1.3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Lounge Pictures
Lounge PicturesKASKUS Official
69KThread11KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.