- Beranda
- The Lounge
Hikmah Lain dari Gerhana Bulan (Lunar Eclipse)
...
TS
YhugazKidd
Hikmah Lain dari Gerhana Bulan (Lunar Eclipse)
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Gerhana bulan hampir total, malam gelap gulita. Matahari berada pada satu garis dengan bumi dan bulan. Cahaya matahari yang memancar ke bulan tidak sampai kepermukaan bulan karena di tutupi oleh bumi. Sehingga bulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari ke permukaan bumi.
Matahari adalah lambang Tuhan, cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi, yang semestinya di pantulkan oleh bulan. Bulan adalah para kekasih Allah : para Rasul, para Nabi, para Ulama, para Cerdik cendekia, para Pujangga, dan siapa saja yang memantulkan cahaya matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi.
Karena bumi menutupi cahaya matahari maka malam gelap gulita. Dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi. Orang tidak dapat menatap wajah orang lain dengan jelas. Orang menyangka kepala adalah kaki. Orang menyangka utara adalah selatan. Orang bertabrakan satu sama lain. Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain, atau bahkan saling sengaja menjegal satu sama lain.
Di dalam kegelapan, orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah. Akan kemana melangkah, dan bagaimana melangkah. Ilir-ilir kita memang sudah nglilir, sudah bagun, sudah bangkit, bahkan kaki kita berlari kesana kemari, namun akal pikiran kita belum, hati nurani kita belum! Kita masih merupakan anak-anak dari orde yang kita kutuk di mulut namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita.
Kita mengutuk perampok dengan mengincarnya untuk kita rampok balik. Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian kenapa bukan kita yang maling. Kita mencaci penguasa lalim dengan berjuang keras untuk menggantikannya (bukan menggantikannya untuk jadi pemimpin yang baik melainkan menggantikannya untuk menjadi penguasa yang meneruskan kelalimannya).
Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan, yakni dengan melarangnya untuk insaf dan bertobat. Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur. Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan-pemusnahan. Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana Iblis yakni kita halangi usahanya untuk memperbaiki diri.
Siapakah selain Setan, Iblis dan Dajjal yang menolak Khusnul Khatimah manusia? Yang memblokade pintu surga, yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka?. Sesudah di tindas kita menyiapkan diri untuk menindas. Sesudah di perbudak kita siaga untuk ganti memperbudak. Sesudah di hancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan.
Yang kita bangkitkan bukan pembaruan kebersamaan melainkan asyiknya perpecahan. Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan. Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan melainkan prasangka dan fitnah. Yang kita perbarui bukan penyembuhan luka, melainkan rencana-rencana panjang untuk menyelenggarakan perang saudara. Yang kita kembang suburkan adalah kebiasaan memakan “bangkai” saudara-saudara kita sendiri. Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta melainkan mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan iri hati.
Pilihanku dan pilihanmu adalah, apakah kita akan menjadi bumi yang mempergelap cahaya matahari sehingga bumi kita sendiri tidak akan mendapat cahayanya. Ataukah kita berfungsi menjadi bulan, kita sorong diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa dapatkan sinar matahari, dan kita pantulkan nilai-nilai Tuhan itu kembali ke bumi?
Matahari adalah lambang Tuhan, cahaya matahari adalah rahmat nilai kepada bumi, yang semestinya di pantulkan oleh bulan. Bulan adalah para kekasih Allah : para Rasul, para Nabi, para Ulama, para Cerdik cendekia, para Pujangga, dan siapa saja yang memantulkan cahaya matahari atau nilai-nilai Allah untuk mendayagunakannya di bumi.
Karena bumi menutupi cahaya matahari maka malam gelap gulita. Dan di dalam kegelapan segala yang buruk terjadi. Orang tidak dapat menatap wajah orang lain dengan jelas. Orang menyangka kepala adalah kaki. Orang menyangka utara adalah selatan. Orang bertabrakan satu sama lain. Orang tidak sengaja menjegal satu sama lain, atau bahkan saling sengaja menjegal satu sama lain.
Di dalam kegelapan, orang tidak punya pedoman yang jelas untuk melangkah. Akan kemana melangkah, dan bagaimana melangkah. Ilir-ilir kita memang sudah nglilir, sudah bagun, sudah bangkit, bahkan kaki kita berlari kesana kemari, namun akal pikiran kita belum, hati nurani kita belum! Kita masih merupakan anak-anak dari orde yang kita kutuk di mulut namun ajaran-ajarannya kita biarkan hidup subur di dalam aliran darah dan jiwa kita.
Kita mengutuk perampok dengan mengincarnya untuk kita rampok balik. Kita mencerca maling dengan penuh kedengkian kenapa bukan kita yang maling. Kita mencaci penguasa lalim dengan berjuang keras untuk menggantikannya (bukan menggantikannya untuk jadi pemimpin yang baik melainkan menggantikannya untuk menjadi penguasa yang meneruskan kelalimannya).
Kita membenci para pembuat dosa besar dengan cara setan, yakni dengan melarangnya untuk insaf dan bertobat. Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran dengan cara menggusur. Kita menolak pemusnahan dengan merancang pemusnahan-pemusnahan. Kita menghujat para penindas dengan riang gembira sebagaimana Iblis yakni kita halangi usahanya untuk memperbaiki diri.
Siapakah selain Setan, Iblis dan Dajjal yang menolak Khusnul Khatimah manusia? Yang memblokade pintu surga, yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka?. Sesudah di tindas kita menyiapkan diri untuk menindas. Sesudah di perbudak kita siaga untuk ganti memperbudak. Sesudah di hancurkan kita susun barisan untuk menghancurkan.
Yang kita bangkitkan bukan pembaruan kebersamaan melainkan asyiknya perpecahan. Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan tapi menggelegaknya kecurigaan. Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan melainkan prasangka dan fitnah. Yang kita perbarui bukan penyembuhan luka, melainkan rencana-rencana panjang untuk menyelenggarakan perang saudara. Yang kita kembang suburkan adalah kebiasaan memakan “bangkai” saudara-saudara kita sendiri. Kita tidak memperluas cakrawala dengan menabur cinta melainkan mempersempit dunia kita sendiri dengan lubang-lubang kebencian dan iri hati.
Pilihanku dan pilihanmu adalah, apakah kita akan menjadi bumi yang mempergelap cahaya matahari sehingga bumi kita sendiri tidak akan mendapat cahayanya. Ataukah kita berfungsi menjadi bulan, kita sorong diri kita bergeser ke alam yang lebih tepat agar kita bisa dapatkan sinar matahari, dan kita pantulkan nilai-nilai Tuhan itu kembali ke bumi?
Quote:
Quote:
Ya shohibu baiti.. Wahai tuan rumahku.
Ya Imamu hayati.. Wahai pemimpin hidupku.
Mursyidu imanii.. Penuntun imanku.
Anta syamsu qolbiy.. Engkau (cahaya) mentari hatiku.
Qomaru fuadi.. Rembulan jiwaku.
Ya qurratu ‘aini.. Wahai penyejuk mataku.
Syafi’u nashibiy.. Penolong (dari) beban (berat)ku.
Ya maula jihadiy.. Wahai muara perjuanganku.
Ufuqu Syauqi.. Cakrawala rinduku.
Ya baabu akhirati.. Wahai pintu keabadianku.
Ya Imamu hayati.. Wahai pemimpin hidupku.
Mursyidu imanii.. Penuntun imanku.
Anta syamsu qolbiy.. Engkau (cahaya) mentari hatiku.
Qomaru fuadi.. Rembulan jiwaku.
Ya qurratu ‘aini.. Wahai penyejuk mataku.
Syafi’u nashibiy.. Penolong (dari) beban (berat)ku.
Ya maula jihadiy.. Wahai muara perjuanganku.
Ufuqu Syauqi.. Cakrawala rinduku.
Ya baabu akhirati.. Wahai pintu keabadianku.
Diubah oleh YhugazKidd 16-06-2013 10:39
0
805
Kutip
0
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru