Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

YmoedAvatar border
TS
Ymoed
Conventional Adv vs Lean Adv
Pernah mendengar istilah ‘lean advertising’? Iklan jenis ini bisa dibilang sebagai pengganti iklan televisi konvensional. Bisa dikatakan, perusahaan seringkali bergantung pada iklan televisi ataupun radio yang harga pemasangannya selangit. Tapi itu dulu. Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem ‘lean advertising’. Mereka menggunakan jasa agensi untuk membuatkan iklan yang akan ditayangkan di YouTube. Dengan begitu, perusahaan menghemat biaya pemasangan iklan di televisi dan radio. Perusahaan-perusahaan ini juga bisa membuat konsep sendiri yang nantinya akan diserahkan kepada agensi iklan untuk dituangkan ke dalam video yang menarik.

Salah satu contohnya adalah iklan sepatu DC yang dibuat pada tahun 2009. Dalam iklan ini, perusahaan membuat video yang menampilkan sang rekan pendiri Ken Block mengendarai mobil tricked-out di sekeliling bandara yang tertutup, taman bermain dan bahkan di pelabuhan San Fransisco. Beberapa shoot menegangkan menampilkan sepatu DC yang dikenakan driver. Iklan yang diunggah di YouTube ini telah dilihat lebih dari 180 juta kali. Efeknya? Di tahun 2011, videonya banyak di share dan DC mengalami peningkatan penjualan hingga 15%.



Contoh lain adalah iklan Blendtec. Pemilik Blendtec mengunggah video demo kekuatan alatnya. Dalam video tersebut, dia memblender berbagai alat yang sulit dihancurkan seperti kelereng hingga iPhone. Video yang diunggah sejak 2007 ini telah mengumpulkan hampir 240 juta views.



Semakin maraknya penggunaan smartphone melahirkan perubahan gaya hidup masyarakat. Awalnya, televisi merupakan salah satu hiburan yang menjadi pilihan utama. Namun ketika virus smartphone meluas ke berbagai penjuru dunia, masyarakat pun lebih memilih menonton berbagai video di YouTube, dan mulai meninggalkan televisi. Perubahan gaya hidup ini ternyata menguntungkan beberapa perusahaan yang beriklan. Memanfaatkan YouTube bisa mengurangi belanja iklan mereka. Seperti data yang ditampilkan oleh Harvard Business Review, sebuah perusahaan harus mengeluarkan dana sebesar $100.000 – $ 1.000.000 untuk iklan televisi selama 30 detik. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk iklan seperti sepatu DC dan Blendtec tak sampai $10.000. Sangat besar bukan perbedaannya?

Hal ini juga berlaku di Indonesia. Tri Always On yang baru diunggah tiga minggu sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 520 ribu views. Kreatifitas dalam menampilkan ide dan konsep memang lebih banyak ditemui pada iklan provider internet maupun seluler seperti Axis, smartfren, xl dan banyak lagi.



Sedangkan iklan susu Bebelac yang diunggah pada tahun 2010 telah dilihat lebih dari 214 ribu views. Menurut AC Nielsen, penjualan susu Bebelac lebih unggul dibanding susu formula lainnya, yakni 46,4% dari pemasaran seluruh susu formula yang ada di Indonesia.



Beberapa hasil riset menunjukkan adanya dua kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat setelah melihat iklan di YouTube. Pertama-tama mereka akan mengunjungi link website, lalu mereka akan membagikan link YouTube dan website produk yang disukai ke dalam akun social media mereka. Dan tentunya hal ini menguntungkan perusahaan.

Proses pembuatan iklan yang tayang di YouTube ini hampir sama dengan iklan televisi. Pertama, tentu membuat konsep atau ide cerita. Menampilkan sisi menarik atau unik yang nantinya akan menjadi kekuatan brand. Lalu merealisasikan ide atau konsep saat proses shooting, melakukan editing, baru kemudian di-upload ke YouTube. Setelah di YouTube, apa proses selesai? Tentu belum. Video iklan harus di viral layaknya virus ke berbagai social media dan social bookmarking, mengundang sebanyak-banyaknya pengunjung, dan membuat mereka men-share video tersebut di akun social media mereka.

Perusahaan juga bisa menyesuaikan budget mereka dengan fasilitas layanan yang ditawarkan oleh agensi iklan. Ada paket lengkap, mulai dari brainstorming ide dan konsep awal, melakukan shooting video iklan, dan melakukan viral terhadap video-video tersebut sesuai dengan segmen klien. Atau paket tanpa ide, dimana perusahaanlah yang melakukan brainstorming terhadap ide dan konsep awal yang akan dituangkan menjadi sebuah iklan video oleh agensi. Semua tergantung kreatifitas dan budget yang dimiliki perusahaan.

Jadi, mana yang Anda pilih untuk mengiklankan produk Anda di Indonesia?. Masih tetap memilih iklan konvensional atau mencoba memasang iklan di YouTube? Jangan lupa sesuaikan dengan segmen dan budget iklan Anda.
0
987
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Ilmu Marketing & Research
Ilmu Marketing & ResearchKASKUS Official
6.2KThread2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.