Berkaca Sejenak Dari Cinta Mereka Pada Indonesia... [+Pict] Good to read
TS
andrew5454k
Berkaca Sejenak Dari Cinta Mereka Pada Indonesia... [+Pict] Good to read
Jangan Lupa, ane Minta Tolong Rate dan Komen yah gan...
Spoiler for xxx:
Komen paling rasional, berbobot dan cerdas, hadiah +1 cendol gan
Salam rekan-rekan kaskuser,,, di media belakangan ini penuh banget dah ama berita Koruptor , Maling , ABG tawuran , Politik busuk, ampe kelakuan para Pejabat yang bikin kita miris ama Indonesia Tercinta ini gan..
Ini sekedar reminder, kalau kita beralih ke beberapa hal, masih banya yang bisa kita kagumi dari Negeri tercinta kita ini. Tapi seberapa besarkah cinta kita pada negeri ini? Mari kita berkaca pada sejumlah warna negara keturunan asing yang telah membuktikan kecintaannya pada Indonesia.
Sekali lagi, ini hanya paparan ane tentang bagaimana warga negara asing mencintai Ibu pertiwi kita dengan caranya masing-masing. siapa saja 'sedikit' diantara mereka??
Cekidooot gan
1. Elizabeth D. Inandiak (Memperkenalkan dan menduniakan sastra Jawa)
Spoiler for Other Pict:
Quote:
Seorang wartawan lepas asal Perancis, Elizabeth D. Inandiak, menginjak tanah Jawa pertama kali pada 1988. Saat itu ia menjadi wartawan lepas dan bertugas menulis tentang islam dan kebatinan. Dimata Elizabeth, Jawa adalah tempat eksotis yang bisa membawanya ke masa kanak-kanak yang indah . Tak heran bila ia jatuh cinta dan hingga tahun 1990 ia memilih bolak-balik antara Yogyakarta dan Paris, lalu kemudian menikah dan memiliki seorang putri.
Kecintaan pada negeri ini, terutama tanah Jawa, semakin kuat, ketika tahun 1991 Elizabeth mengetahui tentang kitab Serat Centhini. Serat Centhini adalah karya sastra besar dari khazanah kesusastraan Jawa, yang ditulis pada tahun 1742 Jawa atau 1814. Sebagai karya besar, Serat Centhini bisa dikatakan menjadi salah satu kitab yang paling tersembunyi di antara berbagai kitab klasik lainnya.
Elizabeth mulai menterjemahkan Serat Centhini. Dan kini, Serat Chentini sudah ia terbitkan dalam berbagai bahasa, yakni bahasa Indonesia, Perancis, Dan Inggris. Tak cukup sampai menterjemahkan, Elizabeth juga memperkenalkan karya satra ini ke berbagai negara dengan cara mementaskan Serat Chentini bersama sejumlah seniman Jawa. Tak puas hanya dengan Serat Centhini, ia berencana menulis ulang karya sastrawan Jawa, Ronggowarsito. Elizabeth juga sempat menulis beberapa buku, seperti The White Banyan, Lahirnya Kembali Beringin Putih, pada 1998.
Elizabeth mengaku bahwa Indonesia kini sudah seperti negeranya, “Meski saya tidak lahir di Indonesia, tapi saya melahirkan di Indonesia dan menanam ari-ari putri saya di sini,” ujarnya.
2. Willie Smits(bekerja untuk keselamatan dan kelestarian alam dan orang utan yang hampir punah.)
Spoiler for Other Pict:
Quote:
Willie Smits mendapatkan gelar ahli hutan tropis (tropical forestry) dan ahli Ilmu Tanah (soil science) dari Agricultural University of Wageningen, Belanda. Ia mengerjakan tesis doktoral dan risetnya di Balikpapan, Kalimantan Timur. Dan yang dilakukannya sejak tahun 1985 sampai sekarang adalah mengabdi untuk alam di Indonesia. Bahkan selama 20 tahun, ia telah bekerja untuk keselamatan dan kelestarian orang utan yang hampir punah.
Willie Smits menunjukkan kecintaan pada Indonesia dengan perhatiannya yang besar pada kelestarian alam. Ia adalah salah satu pembela orangutan dan habitat alami. Selain itu, ia juga merupakan penemu bidang kehutanan yang menciptakan revolusi pada teknik dan kebijakan reboisasi di seluruh dunia.Sebagai pendiri Borneo Orangutan Survival Foundation, ia secara konsisten bekerja menangani akar masalah penggundulan hutan dengan berfokus pada hubungan antara dunia binatang, planet yang kita tempati, dan manusia. ”Orang utan itu sangat membantu proses regenerasi hutan kita, makanya mereka perlu dilestarikan,” katanya.
Tak heran jika kemudian Willie pernah mendapat penghargaa Satya Lencana Pembangunan Award (1998). Dan Willie adalah orang asing pertama yang menerima penghargaan ini.
kini sudah 33 tahun (2013) ia tinggal dan mengabdi bagi kelestarian alam di negeri ini. “Saya bahkan bisa mengalami culture shock jika kembali menetap di Belanda,” tuturnya.
3. Gavin Birch. aka. Husin Abdullah (Pemulung di Lombok)
Spoiler for Other Pict:
Orang lokal pada ngeliatin, Bule biasanya bejemur, santai, dia malah "mulung"
Quote:
Laki-laki kelahiran Selandia Baru ini mengganti namanya ketika ia memutuskan menjadi seorang mualaf di tahun 1976. Walau lahir di Selandia Baru, Husin Abdullah tumbuh dan besar di negara Australia.
Husin Abdullah mengenal tanah Lombok sejak tahun 1983, namun baru di tahun 1986 Husin memutuskan untuk menetap di Lombok. Salah satu alasan mengapa Husin memutuskan untuk menetap di Lombok adalah karena ia merasa prihatin melihat kondisi masyarakat Lombok yang miskin dan hidup dalam lingkungan yang kotor.
Husin juga pernah merasa prihatin dengan perilaku warga sekitar yang tak mengenal kakus. Maka ia sempat menjual rumahnya di Australia dan membangunkan sejumlah kakus di pinggir Pantai Desa Batu Layar. Tapi sayang, kakus itu tidak dirawat dengan baik, hingga sekarang sudah rusak.
Cita-cita untuk membantu membersihkan wilayah Lombok Ia mulai dengan inisiatif pribadinya. Tak heran jika kita melihat Gavin Birch atau Husin memunguti setiap sampah di tempat-tempat wisata atau di jalan-jalan utama. Kadang ia membawa mobil bak sendiri atau mengangkutnya dengan motor.
Pada perjalanannya, Husin kemudian mengajak masyarakat dan mengajarkan pada mereka cara mengolah sampah yang baik. . “Awalnya saya jalan sendiri atas inisiatif pribadi, kemudian dibantu oleh beberapa teman. Kami mendirikan program ‘Cinta Lingkungan Lombok’. Program tersebut berjalan selama lima belas tahun, dan kemudian di tahun 2000 dibentuklah sebuah yayasan bernama Yayasan Sosial Cinta Lingkungan Lombok-Sumbawa,” katanya.
Selama 24 tahun bergerak dalam urusan sampah tidak membuat laki-laki yang kini berusia 69 tahun ini bosan. Selama itu pula, Husin Abdullah mengaku akan terus berupaya untuk menjadikan Indonesia Bersih dan Hijau, meski jelas-jelas inii bukanlah negaranya.
Pak Husin Abdullah yang sering dijuluki bule gila ini sudah meninggal pada 18 Agustus 2010, namun anaknya masih akan melanjutkan perjuangannya.
Dan Roberts seorang pemuda asal Texas Amerika Serikat. Dia menjadi guru sirkus dan badut untuk anak-anak miskin di Clincing, Jakarta Utara.
Dan pernah tinggal selama 6 tahun di Jakarta dan sekolah di Jakarta Internasional School (JIS) dari tahun 1994 – 2002. Ketika tinggal di Jakarta, ia sempat melihat kehidupan anak-anak jalanan di Jakarta yang benar-benar miskin.
Pada 2002, setelah menyelesaikan studinya di JIS, Dan kembali ke Chicago, Amerika Serikat, untuk meneruskan kuliah dan mengambil jurusan teater di Roosevelt University’s Chicago College of Performing Arts. Di sinilah dia belajar tentang badut.
Setelah lulus, Dan bekerja untuk berbagai macam circus seperti: Circus Smirkus, Cirque du Soleil’s Cirque du Monde and Chicago’s CircEsteem. Di Chicago, Dan sempat terlibat dalam sejumlah aksi sirkus sebagai badut yang beratraksi juggling.
Aktivitas ini membawanya kepada Moshe Coen, pendiri Clown Without Borders, organisasi internasional beranggotakan badut profesional dengan motto “We send laughter around the world” yang mengadakan pertunjukan sirkus secara gratis kepada mereka yang mengalami musibah di seluruh dunia. Organisasi nirlaba ini berkeliling dunia menghibur anak-anak kurang mampu dengan atraksi badut. Atas saran Coen, Dan yang punya kecintaan akan Indonesia kemudian mendirikan Hidung Merah di Indonesia.
Kini ia mengajar anak-anak pengupas kulit kerang itu bermain sirkus dan beraktraksi juggling. Tak hanya itu, pemuda berusia 25 tahun itu, bersama yayasan ”Hidung Merah” nya kemudian memberikan pendidikan informal lainnya, seperti kelas bahasa inggris.
Robin Lim yang biasa dipanggil Ibu Robin adalah seorang bidan dari Amerika Serikat. Beliau menjadi bidan setelah mengalami tragedi yang merenggut orang2 terdekatnya karena komplikasi kehamilan. Beliau mendirikan Yayasan Bumi Sehat di Bali yang melayani kehamilan, kelahiran, dan bantuan medis.
Yup, gratis!Di tengah situasi carut marut negeri ini, saat semua harga dirasa mencekik, saat semua harus diurus menggunakan uang, di saat semua orang mengeluh, “Aduh gw ga punya duit, jadi ga bisa bantu orang lain,” ada seorang asing yang rela pindah rumah dari sebuah negara besar kaya adidaya yang mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Ibu Robin memberi pelayanan gratis kepada semua yang membutuhkannya. In fact, alasan beliau memilih Indonesia adalah tingginya angka kematian ibu dan bayi; di negeri ini seringkali orang tidak mendapat perawatan dan tidak dapat mengambil bayinya karena tidak mempunyai uang.
So? Gimana dokter-dokter muda Indonesia? Ada yang tertarik membaktikan diri seperti ini daripada mengejar karir di rumah sakit ternama dengan segala kemewahannya?
6. Hirotako Hirano (Pak Tani dari Negri Sakura)
Quote:
Hirano adalah seorang peneliti dan pengusaha pertanian asal Jepang yang peduli untuk memajukan pertanian di Indonesia. Awalnya beliau berkecimpung di bidang pariwisata yang mendapat beasiswa S-2 Bahasa dan Sastra di UI. Beliau pindah ke pertanian setelah sponsornya yang Dirut Japan Airlines mengundurkan diri setelah salah satu pesawatnya mengalami musibah naas.
Saat orang-orang Indonesia sibuk ngerjain hal-hal yang muluk2 seperti pesawat terbang atau bensin dan padi ajaib, Pak Hirano mencoba mengembangkan sesuatu yang sederhana dan seharusnya mudah dikembangkan di Indonesia: pertanian berbasis KUD (koperasi unit desa).
Selain mengembangkan berbagai komoditas pertanian Jepang yang bisa ditanam di Indonesia, beliau setia menjembatani petani dan pelajar Indonesia mengikuti program pelatihan pertanian di Jepang sejak 1992.
Beliau bekerja sama dengan KUD di Jepang membuat pelatihan yang pada akhirnya bertujuan meluluskan orang Indonesia yang paham sistem pertanian dan bisnis Jepang. Beberapa alumnus sudah berhasil mengembangkan KUD dan bisnis pertanian di tempat masing-masing.
Hirano bertahan sampai sekarang meskipun banyak aral-melintang. Pemilihan calon pemagang bernuansa KKN sehingga ada yang melarikan diri sebelum berakhir (kayaknya sih cuma mau jalan2 gratis ke Jepang aja nih). Peserta magang juga banyak yang tidak menghubungi beliau setelah sukses, yang menurut orang Asia Timur sangat kurang ajar dan mengecewakan.
Yah, memang beginilah bangsa yang menyebut diri santun, ramah, gemar menolong, dan menjunjung tinggi budaya ini, Pak Hirano
Demikian Thread yang susah payah ane buat di siang bolong yang terik ini gan, kalo berkenan timpukin Es Cendol yang dingin seger-seger yah,,,
Love Indonesia, Be Proud to be Indonesian
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
0
4.8K
Kutip
26
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!